"JPI menggelar kegiatan-kegiatan di antaranya talk show "Indahnya Beragam Ulos," penampilan Bornok Hutauruk, Penampilan Saxophone Yuyun George, Tarian Khas Batak, Fashion Show Ulos karya designer anggota JPI, Bazar UMKM ulos, lomba manortor dan best dress di Arion Suites Hotel-Kemang Jakarta Selatan, kemarin," ujar Ketua Umum JPI Purnama Sitompul, Kamis (17/10/2024).
Hari Ulos Nasional ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 270/P/2014 tentang Penetapan Ulos Batak Toba Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Hari penetapan tersebut dijadikan sebagai Hari Ulos yang diperingati setiap 17 Oktober. Atas dasar itu ulos memiliki peluang didaftarkan ke lembaga dunia. Menurut Purnama, ini merupakan Perayaan Hari Ulos Nasional yang kedua yang pihaknya laksanakan.
"Kami sebenarnya di sini mau memasyarakatkan ulos agar masyarakat tahu bahwa pemerintah telah menetapkan Hari Ulos Nasional. Kita ingin nantinya ulos seperti batik, tenun dan lainnya yang sudah memasyarakat. Jadi itu yang ingin kami laksanakan," tutur Purnama.
Sebagai perempuan maupun ibu, ia mengaku dirinya harus lebih sering menyampaikan kepada anak-anak muda bahwa ulos merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Mereka, ujar Purnama, bukan hanya melestarikannya tetapi juga harus memakainya.
"Agar warisan ini tidak hilang tidak diambil orang lain dan salah satu syarat dari UNESCO kita harus sering memakainya bukan berasal dari mana tapi siapa yang paling sering memakainya sehari-hari," ungkap Purnama.
Menurut Purnama, setelah pihaknya mengadakan Perayaan Hari Ulos tahun lalu, pada tahun ini lebih banyak komunitas yang mengadakan kegiatan Perayaan Hari Ulos Nasional, ujar Purnama.
"Jadi artinya sudah mulai memasyarakat, nah generasi muda agar ikut tetap mempertahankan ulos. Kita ingin berlomba-lomba terus melaksanakan kegiatan seperti ini ke depannya, saling bersinergi sesama komunitas," kata dia.
Kain Ulos, menurut Purnama memiliki nilai simbolis dalam berbagai ritus yang mengisi keseharian masyarakat Batak. Sekaligus menjadi simbol kasih sayang, kehangatan, perlindungan dan penghormatan dalam upacara adat.
"Walau demikian, di balik itu semua adalah doa dari keluarga bahwa ulos ini mampu menghangatkan kehidupan kita," ucap Purnama.
"Kain ulos sendiri banyak ragamnya ada diberikan ketika lahir, ketika hamil, ketika perkawinan, ketika mendapatkan berkat-berkat kemudian ketika kematian juga diberikan ulos yang disesuaikan dengan keadaan," imbuh Purnama.
Kain ulos, lanjut dia, merupakan buah pikir dan memiliki seni kualitas tinggi dalam proses pembuatannya karena merupakan warisan leluhur. Nilai sakralitas ulos, adalah gambaran dunia batin orang Batak, karenanya tidak semua ulos dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun selain itu, lanjut dia, Jiwa Perempuan Indonesia (JPI) melakukan giat untuk stunting, membantu masyarakat dan mendampinginya.
"Sekarang ini bulan ketiga di wilayah Jakarta Timur. Dalam visi misi kami adalah peduli ibu dan anak, budaya dan ekonomi. Ternyata biaya stunting cukup mahal, khususnya untuk anak-anak dalam peningkatan asupan gizi. Kami punya banyak tenaga untuk melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan," tandas Purnama. (Berbagai Sumber, S24/FS).
Posting Komentar