Mahasiswa Unimed KKN Di Desa Lumban Suhi-suhi Toruan Samosir, Menyulap Eceng Gondok Jadi Kompos. |
Samosir, S24 - Guna menyelesaikan perkulihan di Perguruan Tinggi, Mahasiswa/i diwajibkan menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke Desa-Desa sebagai pengabdian ditengah-tengah masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat.
Mahasiswa/i Universitas Medan (Unimed) mengadakan KKN di Desa Lumban Suhi-suhi Toruan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara.
Mahasiswa/i yang KKN tersebut membuat program terobosan menarik yaitu membantu masyarakat untuk membuat pupuk kompos yang di olah dari tumbuhan enceng gondok.
Sebelum di olah menjadi pupuk kompos mereka bersama dengan masyarakat membersihkan areal Danau Toba tumbuhan enceng gondok yang telah mencemari sepanjang pantai Danau Toba tersebut di bantu dengan menggunakan alat berat Excavator.
Untuk membuat pupuk kompos tumbuhan enceng gondok tersebut mahasiswa KKN Unimed telah melakukan suatu riset kecil-kecilan di Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan. Di mana di tempat itu mereka melihat perkembangan eceng gondok perairan Danau Toba yang tidak terkendali. Meskipun sebagian masyarakat memanfaatkan eceng gondok sebagai kerajinan, namun tumbuhan yang mengapung di air tersebut masih banyak sekaligus menghambat tumbuh kembang hewan perairan.
"Setelah kami lakukan observasi, ternyata di desa ini banyak tumbuhan eceng gondok di tepian danau yang bisa menjadi pemicu berkurangnya keanekaragaman hayati pada daerah yang ditempati," uhar Putri Sinaga selaku PIC mahasiswa yang melakukan KKN di Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan.
Berangkat dari hal tersebut, Putri dan teman-temannya berusaha mencari cara bagaimana agar eceng gondok dapat dibersihkan dan limbahnya bisa dimanfaatkan. Ini disebutnya sebagai manifestasi pengabdian kepada masyarakat sekaligus menjadi solusi berbasis ekologis.
"Untuk pengolahan limbahnya sebenarnya bisa juga dimanfaatkan menjadi bentuk kerajinan tangan (kewirausahaan). Akan tetapi mengingat banyaknya limbah eceng gondok ini, jadi kami lebih baik mengolahnya ke pupuk kompos. Karena juga proses untuk membuat kerajinan tangan dari eceng gondok cukup lama dan itupun hanya mengurangi sedikit limbahnya," beber Putri.
Tampak mahasiswa KKN itu mengumpulkan eceng gondok berskala cukup besar. Di mana dalam proses pemgumpulan itu, mereka menggunakan alat berat Excavator. "Kita menggunakan Excavator milik desa. Alat penggilingnya sama juga dari desa," kata Putri.
Mulanya, mereka mengumpulkan eceng gondok menggunakan Excavator. Setelah terkumpul, eceng gondok itu digiling lalu kemudian dicampur dengan komposisi tertentu untuk dilakukannya fermentasi.
"Kita juga mencampurkan Em4, dedak, sekam padi, kotoran kambing, cairan gula merah yang dilarutkan. Pembuatan pupuk kompos ini membutuhkan masa fermentasi. Jadi bahan Em4 tadi berperan dalam penghancuran atau pembusukan komposisi yang dicampur tadi," jelas Putri.
Putri bersama teman-temannya dalam hal ini memiliki fokus membantu sektor pertanian. Eceng gondok yang kemudian siap difermentasi akan mereka salurkan secara sukarela kepada para petani di salah satu desa di Kepulauan Samosir.
"Kompos akan dibagikan kemasyarakat secara sukarela untuk sektor pertanian masyarakat. Di sini banyak menanam jagung, padi, bawang merah, hingga cabai juga ada. Karena pupuk kompos dapat meningkatkan hasil produktivitas tanaman," beber Putri.
Lebih lanjut Putri dan teman-temannya berharap agar masyarakat setempat dapat melakukan pembersihan eceng gondok secara rutin yang berada di pesisir danau. Pemanfaatan limbah eceng gondok disebutnya akan lebih bermanfaat lagi jika disulap jadi pupuk kompos, pupuk cair, bahan bakar, atau juga sebagai bentuk kerajinan tangan.
Posting Komentar