Oleh: Saiful Huda Ems.
Perang politik antara Megawati melawan Jokowi jelas sudah dimenangkan oleh Megawati. Bukti yang tak terbantahkan adalah tetap jayanya PDIP meskipun Banteng sudah "ditombak" berkali-kali oleh Jokowi dan terluka parah, namun Banteng tetap berjaya dengan memegang erat Merah Putih.
Di sisi lain, PSI partai yang diketuai anaknya Jokowi (Kaesang Pangarep) tidak lolos ke Senayan, meskipun sebelumnya Istana sudah habis-habisan mengkarbit partai ini untuk segera besar.
Ini sebuah pembuktian betapa para pendukung buta dan tuli Jokowi yang selama ini menganggap, PDIP akan terpuruk ketika ditinggalkan oleh Jokowi tidaklah terbukti.
Justru yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, Jokowi tanpa PDIP bukanlah sia-siapa, bahkan semakin terlihat hina nantinya setelah Jokowi tak lagi berkuasa.
Jokowi hanya akan berlindung di partai gurem (PSI), dan jikapun akan berlindung ke Partai GERINDRA, Jokowi akan selalu was-was karena partai itulah yang dahulu "menghajarnya" habis-habisan.
Partai GERINDRA sendiri sampai detik ini --jika mengikuti hasil PEMILU dari Quick Count maupun KPU yang hitungannya masih terus berproses-- perolehan suaranya masih di bawah jauh dari PDIP.
Apabila suara PDIP di Parlemen nantinya bergabung dengan suara partai-partai pendukung Capres 01, maka akan menjadi sangat besar dan berpotensi menjadi gelombang oposisi yang sangat tangguh.
Maka mau tak mau, jikapun nantinya Prabowo-Gibran yang menang (terpilih menjadi Presiden), Prabowo akan mati-matian melobi partai pendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD (PDIP) dan partai-partai pendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (NASDEM, PKB, PKS).
Pertanyaannya, maukah PDIP, NASDEM, PKB dan PKS mendukung Pemerintahan Prabowo-Gibran, jika partai-partai itu tak mendapatkan apa-apa dari dukungannya?
Rasanya hal itu sangat mustahil, disinilah mengapa saya harus katakan bahwa PDIP masih akan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perjalanan Pemerintahan Prabowo-Gibran di masa mendatang.
Belum lagi jika kita melihat --maaf-- faktor kesehatan Prabowo di usianya yang ke 73 tahun ini, tentunya Prabowo akan sangat melemah dan Gibran akan tertinggal sendirian tanpa kekuatan Parpol yang memback upnya selain akan berharap banyak pada dukungan PDIP.
Ini jika kita berbicara dalam konteks politik yang ideal, dimana hasil perolehan suara dalam PILPRES dan PEMILU 2024 ini hasil Quick Count selaras dengan perhitungan KPU.
Sedangkan sampai detik ini masih ditemukan banyak bukti kecurangan elektoral yang dilakukan oleh kubu Prabowo-Gibran dan masih terus menuai protes dari berbagai pihak. Bila kemudian nantinya terbukti banyak kecurangan hasil perolehan PILPRES, maka PILPRES berpotensi untuk diulang atau setidaknya terjadi dua putaran.
Jika kemudian yang terakhir ini yang terjadi, maka Banteng bukan lagi akan berdiri kokoh menginjak Mawar Merah simbol PSI Partainya Guremnya Jokowi, namun juga Banteng akan menginjak Pemerkosa Demokrasi yang saat ini masih berkuasa dengan kepanikannya.
Megawati menang itu sudah pasti, lalu kemana wajah Pemerkosa Demokrasi yang melahirkan Anak Haram Konstitusi itu akan disembunyikan? Raja Yogyakarta (Sri Sultan Hamengkubuwono X) toh sudah mewanti-wanti pada Presiden Jokowi,"Jangan hianati Ibu Megawati, beliau Putri Bapak Proklamator, yang jika tidak ada bapaknya Indonesia belum tentu bisa merdeka".
Akankah Jokowi kuwalat dunia-akhirat? Wallahu a'lam, yang jelas tanda-tanda alam sudah menuju kesana...(SHE). (16 Februari 2024-Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pengamat Politik, bukan Kader PDIP tetapi pasti penantang Pemerkosa Demokrasi).
Posting Komentar