Ketua DPD PIKI Sumut Dr Naslindo Sirait, SE, MM |
Medan, S24 - Sudah merupakan tradisi akademis setiap tahunnya, Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) Provinsi Sumatera Utara menggelar refleksi awal tahun dan Focus Group Discussion (FGD) tahun 2024.
Dalam refleksi awal tahunnya diawali ibadah dibawakan Pdt Parulihan Sipayung PhD dan dilanjutkan forum yamg mengulas secara ilmiah 4 isu penting nasional dalam bentuk FGD interaktif yang melibatkan Dewan Pakar DPD PIKI Sumut dan DPC PIKI se-Sumut, Sabtu (27/1/2024), di Aula DPD PIKI Sumut, Jalan Harmonika Baru, Medan.
Dalam kegiatan tersebut Ketua DPD PIKI Sumut Dr Naslindo Sirait, SE, MM memaparkan sikap PIKI yang menjadi dasar PIKI dalam menyikapi berbagai peristiwa yang terjadi.
“PIKI mengedepankan sikap berpikiran positif dan dapat menerima semua yang terjadi, dengan sikap yang demikian, atas semua peristiwa yang terjadi saat ini, kami tidak buru-buru menolaknya, apalagi emosional untuk menyikapinya. Hal ini kami dasari pada ayat firman Tuhan.
“Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” dan kami sangat meyakini, bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa seijin Tuhan, dan kami yakin bahwa atas semua peristiwa terjadi adalah alat Tuhan untuk mendewasakan kita. PIKI sebagai organisasi Kristen tidak akan melakukan penolakan-penolakan terhadap kebijakan pemerintah, apalagi melakukan demontrasi dijalanan," ujarnya.
Selanjutnya dalam mengembangangkan sikap kritis terhadap situasi apapun, apakah itu baik maupun tidak dalam kondisi baik. sebagai organisasi yang bercirikan intelektualitas, Naslindo menjelaskan bahwa PIKI akan selalu melihat segala sesuatu dari akar permasalahan, tidak hanya melihat fenomena dari setiap kejadian, karena fenomena bisa saja menyesatkan.
PIKI melihat segala sesuatu secara rasional dan objektif dengan demikian kita akan terhindar dari jebakan. Terkadang sesuatu itu kelihatan baik padahal di dalamnya tidak demikian.
Terkait dengan kemiskinan, Naslindo memaparkan data BPS tahun 2023 masih terdapat penduduk miskin sekitar 8,15 persen atau 1,2 juta di Sumut, dimana masih besar golongan individu yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan, bersekolah dan berobat kerumah sakit apabila mereka sakit. Dia menilai bahwa harus ada peran sentral lembaga keumatan dan juga gereja.
"Dan yang menjadi perhatian gereja adalah, bahwa persentase kemiskinan di kantong-kantong Kristen, dalam catatan kami ada 15 Kabupaten, persentasenya kemiskinan lebih tinggi dari Kabupaten lain yakni 11,82 persen, bahkan di Nias tingkat kemiskinan mencapai 18 persen.
Padahal kita tau, bahwa kantong-kantong Kristen memiliki sumber daya alam yang luar biasa, namun ternyata belum mampu untuk memberikan kesejahteraan. Maka pertanyaan kritisnya dimana peran kita? dimana peran gereja, bagaimana firman yang ditaburkan berbuah kesejahteraan? inilah yang menjadi perenungan kita untuk mengentaskan warga gereja tersebut dari kemiskinan," katanya.
Sementara dalam tanggapannya soal persoalan pangan, menurutnya salah satu faktor yang dapat mengurangi produktivitas pertani di Sumut seperti pertanian padi adalah pupuk, kondisi pupuk yang langka, mahal dan terbatas sudah menjadi keluhan petani sehari-hari, petani tidak bisa lagi hanya tergantung kepada pupuk kimia.
Di situlah menurut Naslindo peran PIKI Sumut, peran gereja untuk membantu petani, menginisiasi penggunaan pupuk organik dengan memanfaatkan berbagai sumber pupuk organik.
"PIKI Sumut telah menginisiasi penggunaan pupuk organik di Toba dan Taput dan sekitarnya dengan memanfaatkan ikan red devil yang menjadi ikan predator di Danau Toba untuk dijadikan pupuk organik, gerakan ini harus terus kita perbesar. Kita harus mengamankan pangan kita, karena keberlangsungan bangsa kita sangat tergantung pada ketersediaan pangan yang kita miliki.
Sesungguhnya kantong-kantong Kristen yang memiliki sumber daya pertanian, harus terus kita tingkatkan menjadi lumbung pangan, dengan terus memberdayakan petani dengan budi daya pertanian yang semakin modern," tambahnya.
Sebagai organisasi cendikia PIKI juga menyoroti perjalanan demokrasi bangsa saat-saat ini. Naslindo menyampaikan pada perhelatan pemilu dalam memilih presiden, legislatif dan juga kepala daerah.
PIKI tidak bagian dari kekuatan politik manapun, PIKI melihat bahwa momentum demokrasi ini harus benar-benar dijaga dengan aktif mendorong warga gereja menggunakan hak politinya dengan mencermati track record dari setiap calon, dan gagasan-gagasan kemajuan yang ditawarkan.
Gereja juga harus berani menolak politik uang. Kita yakin pemilu adalah jalan kita untuk mewujudkan Indonesia yang semakin demokratis.
Dalam penutupan refleksi itu Naslindo mengucapkan terimaksih kepada pemerintah, TNI Polri, pimpinan gereja dan kepada tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat di Sumut yang terus membangun kerukunan dan berbagai aspek pembangunan di Sumut.
Semoga refleksi ini menjadi perenungan kita untuk kita menjalani tahun 2024 yang penuh tantangan. Kami menutup refleksi ini dengan optimisme bahwa tahun 2024 menjadi tahun yang penuh dengan kerukunan, kedamaian dan kemajuan di semua bidang.
Turut hadir Dewan Penasehat Marnix Sahata Hutabarat, Prof Bilter Sirait, Dewan Pakar Prof Dr Efendi Napitupulu, perwakilan DPC se-Sumatera Utara, PWKI Medan, BAMAGNAS, Sumut Bonasa, GMKI Medan, GKI Sumut, Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan GBIS. (Berbagai Sumber, S24/FS).
Posting Komentar