Tingkatkan Budaya Literasi, Frans Sipayung Dirikan Rumah Baca di Panei Tongah. |
Simalungun, S24 - Pasca Pandemi Covid- 19 yang membuat pendidikan harus dilakukan secara daring (dalam jaringan), kualitas pendidikan dinilai menjadi menurun. Karena itu, Frans Sipayung salah satu pemuda yang juga berprofesi sebagai guru honorer mendirikan Rumah Baca Pelita Bangsa di Kelurahan Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.
Frans Sipayung saat bincang-bincang dengan SIB, Minggu (10/9/2023) menceritakan bahwa awal berdirinya rumah baca ini akibat Pandemi Covi- 19, dimana banyak anak-anak yang tidak bisa membaca karena kebanyakan menggunakan gadget.
Seiring berjalannya waktu, muncul semangat untuk turun ke desa-desa agar bisa belajar bersama anak-anak dengan membawa buku bacaan menggunakan sepeda motor dan becak.
Dalam kurun 3 tahun terakhir, Frans Sipayung termotivasi untuk membangun rumah baca agar bisa belajar lebih efektif secara bersama di satu tempat.
Namun karena keterbatasan biaya sendiri dan kolektif koleganya, Frans terpaksa mengontrak salah satu rumah kosong di Jalan Pembangunan Nomor 348 Kelurahan Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun dengan biaya kontrakan sebesar Rp 3 juta per tahun.
Meski masih serba kekurangan, Frans mengaku sangat senang, karena sekitat 40 sampai 50 orang anak-anak selalu datang ke rumah baca untuk belajar bersama setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu mulai pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB. Bahkan terkadang mereka membawa bekal untuk makan siang bersama di rumah baca, tutur Frans.
Selain itu, untuk menarik perhatian dan minat belajar anak-anak, pihaknya juga kerap melakukan kegiatan perlombaan di lingkungan Rumah Baca Pelita Bangsa. Namun herannya yang ikut bisa sampai 100 sampai 150 orang anak-anak, ungkapnya.
Frans juga mengaku ada saja kendala yang dialaminya dalam mempertahankan eksistensi rumah baca ini. "Kadang ada aja masyarakat yang belum siap menerima kehadiran Rumah Baca PELITA BANGSA, karena spanduk dan planknya dirusak orang tak dikenal, keluhnya.
Kendati demikian, melalui Visi Misinya hadir di tengah masyarakat melihat keprihatinan terhadap generasi muda, Frans Sipayung membuka Rumah Baca Pelita Bangsa untuk keberlangsungan budaya literasi yang semakin terkikis.
Adapun berbagai macam kegiatan edukatif yang diajarkan Frans bersama relawan Rumah Baca Pelita Bangsa yakni belajar membaca, menulis, mengeja, membuat karya (kerajinan, cerita pendek), membaca puisi hingga berbagai games edukatif pun dikenalkan disini. Tentunya, tanpa dipungut biaya apapun, alias gratis.
"Siapa yang punya kemauan untuk belajar dan siapa yang ingin mencoba bergerak berkontribusi memberi kebaikan bersama kami, Rumah Baca Pelita Bangsa akan selalu membuka lebar peluang tersebut khususnya untuk lingkungan sekitar," ujar Frans.
Oleh karena itu, dirinya berharap kedepan, Rumah Baca Pelita Bangsa bisa selalu konsisten dan menjaga kepercayaan masyarakat bukan hanya menjadi wadah untuk belajar, namun dapat memberikan dampak yang positif di lingkungan masyarakat, harapnya.
Hal - hal seperti inilah yang perlu perhatian dari Pemerintah Daerah seorang pemuda yang kreatif terinspirasi untuk mendididk anak - anak dengan mendirikan Ruma Baca Pelita Bangsa tanpa memungut biaya alias gratis. (S24/Red).
Posting Komentar