. Hari Guru Nasional 25 November 2021, Guru Harus Dilindungi dari Tindak Kekerasan

Hari Guru Nasional 25 November 2021, Guru Harus Dilindungi dari Tindak Kekerasan

Gubernur Jambi, Dr H Al Haris, SSos, MH (kanan) menerima sekuntum kembang dari seorang siswa difabel (cacat) pada peringatan Hari Guru  Nasional  dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)  2021 di lapangan kantor Gubernur Jambi,  Kota Jambi, Jumat (26/11/2021). (Foto : Matra/KominfoJambi).

(Matra, Jambi) – Predikat guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dan pendidik utama anak-anak bangsa tak tergoyahkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Pesatnya perkembangan digitalisasi di tengah kecanggihan teknologi telekomunikasi dan informasi tidak sepenuhnya bisa menggeser peran guru mencerdaskan para siswa. Sentuhan emosi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya membuat siswa cerdas, tetapi juga memiliki karakter baik. 

“Hingga kini peran guru sangatlah mulia. Guru berada pada garda terdepan pencerdasan anak bangsa karena gurulah yang melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas dan beraklak mulia serta kreatif untuk membangun bangsa ini. Karena itu guru harus dilindungi dari tindak kekerasan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,”kata Gubenur Jambi, Dr H Al Haris, SSos, MH pada peringatan Hari Guru  Nasional  dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)  2021 di lapangan kantor Gubernur Jambi,  Kota Jambi, Jumat (26/11/2021).

Al Haris pada kesempatan tersebut mengatakan, pemerinjtah daerah dan jajaran Dinas Pendidikan Provinsi Jambi perlu melihat bahwa hingga kini masih banyak guru yang luar biasa bertugas di daerah desa desa terpencil dan jauh dari jangkauan. 

Namun di tengah semangat mengajar para guru tersebut masih banyak yang harus dibenahi dalam sistem belajar dan juga infrastruktur Pendidikan. Peningkatan kualitas guru juga masih perlu dilakukan secara berkesinambungan. Provinsi Jambi juga mengharapkan Pemerintah Pusat membantu guru yang berada di daerah terpencil. 

“Kami tidak mengiginkan lagi adanya guru yang kena kriminalisasi akibat dianggap guru terlalu keras dalam mendidik anak. Kita harus melindungi guru agar aman dalam mengajar. Kedepannya tidak ada lagi kekerasan terhadap guru. Biarkan guru berkreasi selagi dalam konteks yang  benar  dan perlu dipertahankan,”katanya.
Gubernur Jambi, Dr H Al Haris, SSos, MH (lima dari kiri baris belakang) bersama para guru pada peringatan Hari Guru  Nasional  dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)  2021 di lapangan kantor Gubernur Jambi,  Kota Jambi, Jumat (26/11/2021). (Foto : Matra/KominfoJambi).

Penuh Ujian

Sementara itu Menteri Pendidikan Kebudayaan,  Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim dalam sambutannya yang dibacakan Al Haris pada kesempatan tersebut mengatakan, tahun 2020 – 2021 menjadi tahun yang penuh ujian bagi dunia pendidikan dan guru akibat pandemi Covid-19.  Guru dari Sabang sampai Merauke terpukul secara ekonomi, terpukul secara mental. 

Dikatakan, di tengah keterbatasan hubungan sosial akibat Covid-19, guru, mau tidak mau harus mendatangi rumah-rumah pelajar untuk  memastikan mereka tidak ketinggalan pelajaran. Guru juga harus mempelajari teknologi komunikasi dan informasi yang belum pernah mereka kenal, yakni digitalisasi untuk mengajar secara online. Selain itu, guru juga harus menyederhanakan kurikulum untuk memastikan murid mereka tidak belajar di bawah tekanan.

Nadiem Anwar Makarim mengatakan, guru di seluruh Indonesia menangis melihat murid mereka semakin hari semakin bosan, kesepian dan kehilangan disiplin. Tidak hanya tekanan psikologis karena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), banyak guru mengalami tekanan ekonomi untuk memperjuangkan keluarga mereka agar bisa “makan”.

“Sangat wajar jika dalam situasi ini banyak guru yang terdemotivasi. Tapi ternyata ada fenomena yang tidak terkira. Saat saya menginap di rumah guru honorer di Lombok Tengah, di rumah Guru Penggerak di Yogyakarta, menginap bersama santri di pesantren di Jawa Timur, saya sama sekali tidak mendengar kata ‘putus asa’,”ujarnya. 

Saat sarapan dengan para guru tersebut, Nadiem Anwar Makarim mendengarkan terobosan-terobosan yang mereka inginkan di sekolah mereka. Wajah mereka terlihat semangat membahas platform teknologi yang cocok dan tidak cocok untuk mereka. Dengan penuh percaya diri, mereka memuji dan mengkritik kebijakan dengan hati nurani mereka.kesehatan, dan terpukul secara batin.

Tidak Padam

Menurut Nadiem Anwar Makarim , dirinya menyadari bahwa pandemi Covid-19 tidak memadamkan semangat para guru. Covid-19 justru menyalakan obor perubahan. Guru-guru se-Indonesia menginginkan perubahan dan Kementerian Pendidikan mendengar. Guru se-Indonesia menginginkan kesempatan yang adil untuk mencapai kesejahteraan yang manusiawi. Guru se-Indonesia menginginkan akses terhadap teknologi dan pelatihan yang relevan dan praktis. 

“Guru se-Indonesia menginginkan kurikulum yang sederhana dan bisa mengakomodasi kemampuan dan bakat setiap murid yang berbeda-beda. Guru se-Indonesia menginginkan pemimpin-pemimpin sekolah mereka untuk berpihak kepada murid, bukan pada birokrasi. Guru se-Indonesia ingin kemerdekaan untuk berinovasi tanpa dijajah oleh keseragaman,”paparnya.

Dikatakan, sejak pertama kali dicetuskan, sekarang Merdeka Belajar sudah berubah dari sebuah kebijakan menjadi suatu gerakan. Contohnya, penyederhanaan kurikulum sebagai salah satu kebijakan Merdeka Belajar berhasil melahirkan ribuan inovasi pembelajaran. Gerakan ini makin kuat karena ujian yang kita hadapi bersama. 

Gerakan Merdeka Belajar, lanjut Nadiem Anwar Makarim tidak bisa dibendung atau diputarbalikkan, karena gerakan ini hidup dalam setiap insan guru yang punya keberanian untuk melangkah ke depan menuju satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. 

“Karena itulah, saya tidak akan menyerah untuk memperjuangkan Merdeka Belajar, demi kehidupan dan masa depan guru se-Indonesia yang lebih baik,”katanya. (Matra/Radesman Saragih)

Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama