Tidak hanya itu, Provinsi Papua juga berhasil tampil sebagai Juara I Peparnas XVI setelah para atlet paralimpik mereka berhasil menyabet 127 medali emas, 87 medali perak dan 93 medali perunggu. Prestasi Papua dalam penyelengaraan pesta akbar olah raga nasional dengan prestasi atlet yang luar biasa tersebut pantas menjadi contoh atau teladan bagi daerah-daerah di Sumatera.
Sambutan
keberhasilan Papua dalam penyelenggaraan dan raihan prestasi Peparnas XVI Papua
2021 tersebut mencapai puncaknya pada penutupan
Peparnas XVI Papua 2021 di Stadion Mandala, Jayapura, Sabtu (13/11/2021).
Simbol kebanggaan prestasi penyelenggaraan dan prestasi atlet Peparnas tersebut
ditandai dengan kemunculan tulisan
"Sampai Jumpa" dengan huruf kapital berukuran sangat besar di langit
Kota Jayapura.
Konfigurasi
raksasa yang dibentuk oleh 500 pesawat nirawak atau drone berukuran berat
masing-masing 900 gram di langit Stadion Mandala, Kota Jayapura, Sabtu
(13/11/2021) malam menjadi petunjuk bagi berakhirnya seluruh rangkaian Pekan
Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021.
Papua
Berprestrasi
Presiden
Joko Widodo memimpin acara penutupan yang begitu meriah. Kepala negara juga
memberi selamat kepada Papua sebagai juara umum baru Peparnas. Seperti dikutip dari siaran pers Panitia Besar Peparnas XVI Papua, Jumat (12/11/2021) malam, tuan
rumah Papua muncul sebagai kekuatan baru di arena olah raga multicabang paralimpik
nasional.
Keberhasilan
merebut 127 medali emas, 86 perak, dan 93 perunggu, Bumi Cenderawasih tampil
sebagai yang terbaik di papan klasemen akhir perolehan medali. Mereka merebut
titel juara umum dari tangan Jawa Barat yang tenggelam di Jayapura. Sebuah
prestasi luar biasa bagi Papua, mengingat pada Peparnas 2016, mereka baru mampu
meraup 34 emas, 21 perak, dan 24 perunggu untuk mengantarkan mereka di urutan
kelima.
Bumi
Pasundan tak mampu mengulang cerita manis mereka saat berpesta di halaman rumah
sendiri saat 2016. Di Jayapura, juara lima kali ini terseok-seok sejak hari
pertama Peparnas 2021. Mereka hanya sanggup meraih 110 emas, 92 perak, dan 75
perunggu atau lebih sedikit dibandingkan 2016 saat berjaya dengan 178 emas, 104
perak, dan 74 perunggu.
Di
tempat ketiga klasemen medali akhir Peparnas Papua ditempati kontingen Jawa
Tengah lewat 89 emas, 92 perak, dan 76 perunggu. Kontingen Jateng pengoleksi
lima kali meraih titel juara umum ini belum berhasil menjaga prestasi seperti
yang mereka ukir di Bandung, lima tahun lalu. Ketika itu, kendati memperoleh
medali lebih sedikit yakni 68 emas, 74 perak, dan 57 perunggu, Jateng mampu
finis di urutan kedua.
Prestasi
cukup baik ditunjukkan atlet-atlet penyandang disabilitas Kalimantan Selatan.
Di Jayapura, mereka mampu mengerek torehan medali kontingennya ke urutan empat
besar dengan 41 emas, 43 perak, dan 47 perunggu. Padahal di Bandung, Kalsel
hanya berada di daftar enam besar peraih medali. Saat itu torehan medali mereka
adalah 33 emas, 23 perak, dan 22 perunggu.
Hal sebaliknya terjadi pada Sumatra Utara, tuan rumah bersama Aceh di Peparnas 2024 mendatang. Torehan medali Sumut di Papua adalah 27 emas, 32 perak, dan 15 perunggu sedangkan di Bandung, mereka sanggup menyapu 38 emas, 38 perak, dan 20 perunggu. Ini membuat Sumut berada di posisi tiga besar saat di Bandung dan melorot ke urutan lima besar di Jayapura.
Dewi
Fortuna melingkupi tim ibu kota, DKI Jakarta. Mereka sukses mengerek prestasi
di Jayapura dengan 25 emas, 32 perak, dan 41 perunggu untuk membawa DKI berada
di urutan enam besar. Torehan ini terbilang baik karena di Bandung kontingen
langganan empat kali juara umum Peparnas ini hanya sanggup membawa pulang 15
emas, lima perak, dan 15 perunggu dan terdampar di urutan 11.
Riau
Terpuruk
Keterpurukan
torehan medali menjadi cerita sedih bagi kubu Riau. Laskar Bumi Lancang Kuning
ini di Jayapura gagal mengulangi raihan di Bandung lima tahun lalu. Pada
Peparnas ke-16di Papua kali ini, Riau hanya sanggup memboyong 22 emas, 31
perak, dan 36 perunggu untuk meletakkan mereka di urutan tujuh besar. Hal
berbeda mereka buat di Peparnas 2016 Bandung saat bermodalkan 36 emas, 43
perak, 44 perunggu sanggup menempatkan diri di empat besar.
Nasib
lebih baik dialami Daerah Istimewa Yogyakarta karena mereka mampu memperbaiki
peringkat di Jayapura. Bertengger di posisi kedelapan, provinsi tempat Keraton
Yogyakarta berada tersebut memperoleh 22 emas, 20 perak, dan 32 perunggu. Ada
peningkatan satu peringkat lebih baik dibandingkan saat di Bandung. Saat itu
mereka hanya sanggup mendulang 15 emas, 16 perak, dan 30 perunggu.
Saat
ini urutan sembilan besar Peparnas Papua diisi oleh Sumatra Selatan dengan 15
emas, 16 perak, 21 perunggu. Provinsi yang identik dengan makanan pempek ini
justru turun satu peringkat jika dibandingkan prestasi lima tahun lalu. Di
Bandung, Sumsel membawa pulang 24 emas, 20 perak, dan 29 perunggu.
Jawa
Timur mengunci daftar sepuluh besar klasemen medali akhir Peparnas Papua lewat
12 emas, 22 perak, dan 13 perunggu atau sama dengan pencapaian di Bandung saat
mampu membawa pulang 15 emas, 15 perak, dan 16 perunggu.
Pada
klasemen bawah perolehan medali akhir Peparnas Papua masih tersisa enam
provinsi nihil emas. Bahkan empat provinsi di antaranya pulang dengan tangan
hampa, tak sekeping pun medali mampu diperoleh. Bengkulu, Lampung, dan Maluku
Utara gagal menikmati medali emas, hal yang telah mereka lakukan di Bandung.
Malut dengan koleksi sekeping perak dan dua perunggu bersama Bengkulu (satu
perak), dan Lampung (satu perunggu) berturut-turut ada di urutan 27-29 ketika
di Bumi Pasundan.
Kejutan
justru dibuat Kalimantan Utara karena setelah berhari-hari puasa kepingan
medali di Jayapura, mereka akhirnya mampu merebutnya. Puasa medali seperti ini
pernah dialami saat di Bandung, lima tahun lalu. Hasil tak memuaskan justru
dialami Sumatra Barat karena di Jayapura mereka gagal mendulang emas, padahal
di Bandung ada sekeping emas dibawa pulang ke Ranah Minang.
Secara
umum, PB Peparnas Papua berhasil mendistribusikan 553 emas, 548 perak, 550
perunggu kepada 33 kontingen yang mengirimkan atlet-atlet mereka untuk
bertarung pada 12 cabang olahraga di 12 venue yang terdapat di Kota Jayapura
dan Kabupaten Jayapura.
Selain
itu terdapat 150 upaya upaya pemecahan rekor di Peparnas Papua. Rekor-rekor
yang terpecahkan itu terdiri dari 96 rekor Peparnas di cabang atletik, 13
penajaman rekor nasional baru dari cabang angkat berat ditambah 39 rekor baru
ASEAN Paragames di cabang renang.
Lebih
dari itu, para atlet penyandang disabilitas telah memberikan pelajaran berharga
kepada kita semua bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk bisa merebut
prestasi terbaik. Mereka sukses menerapkan ungkapan pembakar semangat yang
setiap saat digaungkan tokoh paralimpik nasional Senny Marbun.
"Jangan
pernah hitung apa yang hilang dari dirimu. Tetapi hitung apa yang masih tersisa
dari tubuhmu," begitu suara tegas Senny yang juga Ketua Komite Nasional
Paralimpik Indonesia (NPCI) itu di atas kursi rodanya dari podium kehormatan
saat sambutan penutupan Peparnas 2021.
0 Komentar