. Kontribusi Kaum Perempuan Dalam Meminimalisasi Perubahan Iklim Mikro Disaat Pandemi Covid-19

Kontribusi Kaum Perempuan Dalam Meminimalisasi Perubahan Iklim Mikro Disaat Pandemi Covid-19

Oleh: St. Drs. G.M.Saragih, M.Si*

(Matra, Jambi)-Sejak 02 Maret 2020 untuk pertama kalinya Pemerintah Indonesia mengumumkan dua kasus pasien positif Corona (Covid-19) di Indonesia sampai berakhirnya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4, pemerintah membatasi berbagai aktivitas masyarakat seperti pembatasan keluar rumah.
 
Guna mensikapi kejenuhan di rumah, banyak kaum perempuan melakukan aktivitas di pekarangan rumah seperti menanam kembang bunga. Untuk merawat kembang bunga yang ditanam, kaum perempuan ini banyak memanfaatkan limbah rumah tangganya. Limbah plastik digunakan sebagai wadah kembang, limbah dapur digunakan sebagai pupuk.

Kembang bunga yang tumbuh subur di pekarangan rumah berkontribusi menjadi mempercantik estetika pekarangan rumah, menyerap gas karbon dioksida (CO2) dan melepas oksigen (O2) ke atmosfir sekitar rumah, sebagai penyerap kebisingan dan debu serta timbulnya peluang berusahan dari jual-beli kembang bunga. 

Dengan demikian ada 5 hal yang dampak positif yang dapat diambil yakni berkurangnya limbah rumah tangga yang dibuang ke lingkungan. Menghasilkan estetika yang lebih baik. Menghasilkan O2. Menyerap CO2, kebisingan dan debu. Timbulnya peluang usaha ekonomi.

Merujuk ke apa yang disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup RI di Peringatan HUT ke-75 Organisasi Perwita Wana Kencana pada hari Rabu (29/09/2021), dia menyampaikan bahwa upaya pengendalian perubahan iklim memerlukan kerjasama dari semua pihak, termasuk kaum wanita. Peran perempuan diharapkan menjadi pelopor dan menjadikan isu perubahan iklim dari permasalahan menjadi peluang (Wednesday, 29 Sept. 2021). 

Ditinjau dari isu perubahan iklim, aktivitas kaum perempuan menanam kembang bunga di pekarangan rumah termasuk upaya pengendalian perubahan iklim seperti yang disebutkan oleh Mentri LHK dimaksud. 

Artinya bahwa proses fotosintesis oleh kembang bunga yang ditanam oleh kaum perempuan tersebut akan melepas O2 ke atmosfir dan menyerap CO2 dari atmosfir sekitar rumah. Unsur O2 semakin banyak, unsur CO2 semakin sedikit di atmosfir sekitar rumah.

CO2 merupakan salah satu unsur gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi dalam perubahan iklim, semakin banyak unsur CO2 di atmosfir semakin ekstrim perubahan iklim. 

Namun, bila semakin banyak CO2 diserap oleh kembang bunga maka semakin sedikit unsur GRK disekitar rumah. Walaupun luasannya hanya sekitar rumah namun akan berdampak positif terhadap unsur GRK sekitar walaupun dalam skala mikro. 
 
Oleh karenanya kegiatan penanaman dan pengkayaan kembang hias di pekarangan rumah  perlu ditumbuhkembangkan karena berkontribusi terhadap solusi konkrit untuk meminimalisasi  perubahan iklim (skala mikro). 
 
Isu perubahan iklim telah menjadi isu dunia, yang setiap tahun menjadi topic pada konferensi lingkungan hidup tingkat dunia. Perubahan iklim merupakan sebuah ancaman besar bagi manusia dan makhluk lainnya yang tinggal di Bumi karena dapat menimbulkan bencana yang sangat sulit ditanggulangi. (Penulis Dosen Teknologi Lingkungan dan Ketua Pusat Studi Teknologi dan Lingkungan Universitas Batanghari (Unbari) Jambi.

Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama