. Bisnis Pakaian Bekas di Tengah Pandemi Covid-19 Kian Menggiurkan

Bisnis Pakaian Bekas di Tengah Pandemi Covid-19 Kian Menggiurkan


F Girsang (tengah) didampingi siteri Br Saragih Sidauruk ketika melayani pembeli di toko pakaiannya, Jalan Sunan Giri, Kelurahan Simpang III Sipin, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Jumat (1/10/2021). (Foto : Matra/Radesman Saragih)

(Matra, Jambi) – Menurunnya daya beli warga masyarakat di masa pandemi Covid-19 ternyata membawa berkah tersendiri bagi para pedagang pakaian bekas (eks) luar negeri yang lebih dikenal dengan sebutan “PJ” di Kota Jambi. Keinginan warga masyarakat Jambi untuk tetap tampil trendy (keren) dengan gaun atau pakaian modis ala luar negeri di tengah dana yang terbatas membuat dagangan pakaian bekas di kota itu semakin laris.

F Girsang, SE (29), seorang pedagang pakaian bekas di Kota Jambi kepada medialintassumatera.com di Kota Jambi, Jumat (1/10/2021) mengungkapkan, omzet penjualan pakaian bekas toko mereka selama pandemi meningkat. Pakaian bekas banyak dicari konsumen karena harganya relatif murah, kualitas masih bagus dan modelnya masih uptodate (tidak ketinggalan zaman). 

“Penjualan pakaian bekas di Kota Jambi cenderung meningkat selama pandemi Covid-19. Warga banyak membeli pakaian bagus dengan harga murah. Selain itu model-model pakaian bekas yang kami jual juga masih cukup keren, tidak kalah dengan model-model pakaian keluaran terbaru atau gaya masa kini,”ujarnya.

Pakaian bekas yang dijual F Girsang mulai dari pakaian anak – anak, pakaian wanita, celana jeans, jas, sepatu dan berbagai jenis pakian eks luar negeri lainnya. Harga pakaian bekas di tokonya juga relative murah-meriah.

Menurut F Girsang, pembeli pakaian bekas di tokonya bukan hanya warga biasa yang ingin mendapatkan pakian murah dan bagus. Pembeli pakaian bekas di Kota Jambi juga banyak dari kalangan pedagang online (dalam jaringan) dan pedagang keliling.

Para pedagang online dan pedagang pakaian keliling, khususnya kaum perempuan banyak yang belanja ke toko F Girsang di Jalan Sunangiri, Kotabaru, Kota Jambi untuk menambah pendapatan keluarga mereka. Para pedagang online dan keliling tersebut membeli secara borongan dengan harga relative murah dan menjualnya secara online dengan harga lebih mahal.

“Para pedagang online berbelanja ke toko kami karena mereka bisa memilih pakaian bekas langsung dari pakaian bekas yang masih dalam karung atau belum disortir. Kalau mereka membeli pakaian yang sudah kami sortir dan kami pajang di etalase harganya relatif lebih mahal,”ujarnya.

Selain itu, lanjut F Girsang, pembeli pakaian bekas di toko mereka juga ada yang datang dari luar Kota Jambi dan luar Provinsi Jambi. Para pedagang yang berbelanja pakaian bekas di toko F Girsang ada yang  datang dari Provinsi Lampung. Kemudian di Provinsi Jambi sendiri, pembeli datang dari daerah – daerah kabupaten, khususnya daerah-daerah pertumbuhan ekonomi wilayah perkebunan kelapa sawit.

“Langganan kami dari Provinsi Lampung belanja ke toko kami di Kota Jambi minimal sekali sebulan. Biasanya mereka datang belanja pakai mobil dan membeli pakaian bekas dalam jumlah banyak. Pedagang dari Lampung belanja ke Kota Jambi karena jalur perdagangan pakaian bekas ke daerah tersebut mungkin lebih sulit dibandingkan di Kota Jambi,”katanya.

Menurut F Girsang, pelanggan mereka tidak datang dari kalangan warga biasa saja. Artis juga ada yang berbelanja pakaian bekas ke toko mereka. Salah satu, artis jebolan Liga Dangdut Indonesia 2021 asal Kota Jambi, Tiara.

“Kemarin Tiara berbelanja pakaian bekas ke toko saya ini. Dia belanja untuk berjualan pakian bekas secara online. Tiara jualan pakain bekas online mengisi waktu luang. Pangsa pasar Dia, terutama kalangan remaja dan wanita muda,”katanya.

Omzet Menggiurkan

F Girsang mengakui, bisnis pakaian bekas di tengah pandemi Covid-19 ini memberikan keuntungan cukup menggiurkan. Keuntungan tersebut bisa didapatkan dari perbandingan antara pembelian pakaian bekas dengan penjualan. Pembelian pakaian bekas dengan sistem ball (karung) relatif lebih murah. Sedangkan penjualan pakaian bekas per buah (item), apalagi kualitas pakaian masih bagus lebih mahal.

Dijelaskan, harga pakaian bekas untuk pakaian perempuan biasanya dibeli rata-rata Rp 380.000/ball. Sedangkan harga pakaian wanita tersebut bisa dijual hingga antara Rp 10.000/buah - Rp 25.000/buah. Jika dalam satu karung ada 100 buah pakaian, maka uang yang bisa diperoleh antara Rp 1 juta – Rp 2,5 juta.

Keuntungan lebih besar bisa didapat dari penjualan pakaian jas untuk pria. Biasanya harga satu karung jas bekas mencapai Rp 5 juta. Isi setiap karung bisa mencapai 100 buah jas. F Girsang menjual jas antara Rp 100.000 - Rp 170.000/buah. Bila seluruh jas tersebut terjual habis, hasil penjualan mencapai Rp 10 juta – Rp 17 juta untung Rp 5 juta - Rp 12 juta.

“Jas termasuk salah satu pakaian bekas yang banyak dicari pembeli. Soalnya kualitasnya masih bagu-bagus dan masih layak dipakai untuk ke acara-acara pesta. Model jas bekas eks luar negeri yang kami memang model jadul (jaman dulu). Namun saat ini model jas jadul tersebut banyak dicari para generasi muda yang ingin tampil trendy dengan biaya murah,”katanya.

F Girsang mengungkapkan, omzet penjualannya dari menjual pakaian bekas saat ini cukup menggembirakan. Setiap hari F Girsang bisa mendapatkan hasil penjualan minimal Rp 1 juta sehari. Namun jika lagi ramai, khususnya menjelang liburan hari raya besar keagamaan dan tahun baru, hasil penjualan bisa mencapai Rp 5 juta/hari.

Penjualan bisa meningkat drastis hingga puluhan juta jika pedagang dari luar daerah, pedagang online dan pedagang keliling pakaian bekas membeli dengan partai besar atau beberapa bal.

“Hasil penjualan kami di saat sepi paling sedikit Rp 1 juta/hari. Tetapi kalau sedang ramai, penjualan bisa mencapai puluhan juta. Jadi hasil penjualan tergantung ramainya pembeli dan situasi liburan. Kalau warga dari transmigrasi turun ke Kota Jambi, penjualan semakin laris,”ujarnya.

Sikapi Kendala

Kendati peminat pakaian bekas meningkat selama pandemi Covid-19, namun usaha pakaian bekas di Kota Jambi juga mengalami kendala. Di antaranya sikap enggan warga berbelanja karena khawatir penularan Covid-19. Kemudian pengadaan barang juga cukup sulit karena ongkos pengiriman barang semakin mahal.

Menyikapi sikap enggan warga berbelanja terkait Covid-19, F Girsang memberlakukan protokol kesehatan (prokes) yang cukup ketat di tokonya. Para pembeli pakaian bekas ke toko F Girsang harus sudah divaksinasi dan menggunakan masker.

“Kami hanya melayani pembeli yang sudah divaksinasi dan mematuhi prokes mengantisipasi penularan Covid-19. Kita kan nggak tahu dari mana para pembeli dan dengan siapa mereka kontak. Karena itu kita berjaga-jaga, waspada. Nah, melalui aturan pembeli harus divaksinasi, maka para pembeli yang lain tidak enggan lagi belanja ke toko ini,”ujarnya.

Terkait kendala pengadaan barang, lanjut F Girsang, pengadaan pakaian bekas saat ini lebih sulit dari Sumatera karena harganya lebih mahal. Biasanya pakaian bekas didatangkan dari Tanjungbalai Karimun, Provinsi Riau karena jaraknya lebih dekat ke Jambi. Namun saat ini ongkis kirim pakaian bekas dari Tanungbalai Karimun ke Kota Jambi, cukup mahal, mencapai Rp 260.000/bal.

“Karena itu kami mendatangkan pakian bekas dari Bandung, Jawa Barat. Ongkosnya hanya Rp 110.000/bal, langsung terima di toko. Pengiriman dilakukan melalui ekspedisi. Sedangkan harga pakaian bekas/bal relatif sama, tergantung jenis pakaiannya,”ujarnya.

Pusat perdagangan pakaian bekas di Jalan Sunan Giri, Simpang III Sipin, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Jumat (1/10/2021). (Foto : Matra/Radesman Saragih)

Persaingan

Semakin larinya pakaian bekas di tengah pandemi Covid-19 ini membuat persaingan bisnis pakaian bekas di Kota Jambi juga terus meningkat. Saat ini ratusan pedagang bekas bertebaran di berbagai wilayah Kota Jambi hingga ke wilayah-wilayah kelurahan. Salah satu pusat perdagangan pakaian bekas di Kota Jambi yang cukup ramai, yakni di Jalan Sunan Giri, Simpang III Sipin, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, yakni tempat F Girsang berjualan.

Pantauan medialintassumatera.com, jumlah toko pakaian bekas di sepanjang tikungan Jalan Sunangiri tersebut mencapai 20 unit. Seluruh toko pakain bekas tersebut setiap hari banyak dikunjungi pembeli. Untuk memikat pembeli, para pemilik toko pakaian bekas juga memasang harga obral atau diskon seperti biasa dilakukan pusat-pusat perbelanjaan. Rata-rata harga pakian bekas obral di pusat perdagangan pakaian bekas tersebut Rp 8.000/buah.

Selain itu, pusat perdagangan pakaian bekas terbesar di Kota Jambi terdapat di pasar induk Angso Duo, Kecamatan Pasar, Kota Jambi, persis di tepian Sungai Batanghari. Pakaian bekas di pasar Angso Duo umumnya lebih lengkap. “PJ” yang dijual di pasar Angso Duo bukan hanya pakaian, tetapi juga ambal dan Kasur.

Namun pembeli pakaian bekas untuk dipakai sendiri jarang berbelanja ke pasar tersebut karena jaraknya jauh dari permukiman. Para pembeli pakaian bekas di pasar Angso Duo umumnya pedagang online, pedagang keliling dan eceran, serta pedagang pakaian bekas dari luar daerah.

Menyikapi ketatnya persaingan pakaian bekas tersebut, F Girsang menjaga hubungan baik dengan para pedagang yang selama ini berbelanja ke tokonya. F Girsang memberikan kemudahan bagi para pedagang online, pedagang keliling dan dari luar kota memilih langsung pakaian bekas begitu pasokan pakaian bekas tiba di tokonya. Hal itu dilakukan agar para pedagang pakaian bekas online, keliling dan dari luar kota bisa mendapatkan pakaian bekas berkualitas bagus, sehingga bisa lebih cepat terjual.

“Sini nomor telepon (Handphone/HP), Kakak. Nanti kalua pasokan pakaian bekas baru datang, Kakak saya kontak langsung. Kakak nanti bisa memilih langsung pakaian bekas bagus-bagus dari karung pakaian bekas yang baru datang,”kata F Girsang kepada N Manik (30), seorang wanita pedagang pakaian bekas online di Kota Jambi yang sedang berbelanja ke tokonya.

Usaha Sampingan

Sementara itu, L Manik  mengatakan, dia berjualan pakaian bekas secara online sejak pandemi Covid-19 untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Dia mengadu peruntungan di bisnis pakaian bekas tersebut karena pakaian bekas saat ini cukup laris. Kemudian berjualan pakaian bekas secara online tidak mengganggu pekerjaan N Manik mengurus rumah tangga. Dia bisa berjualan pakaian bekas secara online melalui media sosial, facebook dan WhatsApp. Pengiriman pakaian bekas yang terjual secara online diantar langsung ke rumah pembeli.

“Saya berjualan pakaian bekas secara online sejak pandemi Covid-19 tahun lalu. Saya jualan online menambah pendapatan keularga. Bisnis ini mudah, menguntungkan dan tidak terlalu mengganggu kegiatan sehari – hari mengurus rumah tangga,”katanya.

N Manik yang tinggal di komplek permukiman warga 16, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi mengatakan, kendala yang dialaminya berjualan secara online, yaitu mendapatkan pakian bekas yang berkualitas bagus. Selama ini Dia membeli pakaian bekas ke toko-toko pakaian bekas.

Pakaian bekas yang dipilih umumnya sudah dipajang dan tersisa pakaian bekas yang kurang pas dengan selera pembeli. Karena itu Dia harus berbelanja pakian bekas ke beberapa toko pakaian bekas.

“Itulah kendala saya. Sulit mendapatkan pakaian bekas yang kondsinya masih bagus dans esuai selera pembeli. Saya secara khusus menjual pakaian bekas untuk kalangan remaja putri dan ibu-ibu. Jadi untuk memilih pakaian yang cocok dengan selera remaja putri dan kaum ibu-ibu ini gampang-gampang susah,”ujarnya.

N Manik mengaku akan terbantu mendapatkan pakaian bekas berkualitas dan sesuai selera konsumen jika F Girsang segera memberitahu masuknya pasokan pakaian bekas ke toko mereka.

“Kalau saya bisa memilih langsung pakaian bekas dari karung pakaian yang baru tiba, tentunya saya bisa mendapatkan pakiaan bekas yang bagus-bagus dan sesuai selera konsumen,”katanya. (Matra/Radesman Saragih)


Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama