. Ketika Panah Jurnalisme Melesatkan Pekabaran Injil di Tanah Simalungun

Ketika Panah Jurnalisme Melesatkan Pekabaran Injil di Tanah Simalungun

Oleh : Radesman Saragih*

Kehadiran jurnalisme masih sering dipandang sebelah mata di tengah berbagai kegiatan Pekabaran Injil (pelayanan gereja) di kalangan umat Kristen Simalungun, termasuk Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS). Berbagai kalangan umat Kristen di Simalungun, baik warga jemaat, pengurus, pelayan dan rohaniawan (fulltimer) masih sering menganggap jurnalisme kurang berperan mendukung Pekabaran Injil. 

Pandangan seperti itu berkembang karena berbagai kalangan di Simalungun masih sering melihat jurnalisme pada sosok – sosok orang-orang yang menyelahgunakan profesi jurnalisme. Tidak sedikit orang Simalungun, termasuk pada pendeta GKPS menganggap jurnalisme sebagai profesi peminta-minta, pemeras dan pengusik ketenangan karena melihat tingkah polah wartawan – wartawan bodrek, wartawan gadungan dan wartawan tanpa surat kabar. 

Sebenarnya, jurnalisme, yaitu kegiatan mencari, mencatat, memotret, merekam peristiwa dan mengolahnya menjadi laporan untuk disiarkan kepada publik (masyarakat) melalui media massa, memiliki peran penting dalam Pekabaran Injil di Simalungun.

Hal tersebut sudah dibuktikan para pekabar-pekabar Injil di Simalungun pada masa-masa awal perkembangan Pekabaran Injil di Simalungun ratusan tahun silam. Para pekabar Injil Simalungun yang tergabung dalam Komite na Ra Marpodah (Komite Penasihat) misalnya, menerbitkan majalah bulanan Sinalsal (Cahaya) Oktober 1928 ketika Pekabaran Injil di Simalungun memasuki usia ke-25.

Penerbitan majalah Sinalsal dilakukan sebagai salah satu upaya memberitakan kegiatan-kegiatan Pekabaran Injil, menyediakan bahan-bahan bacaan dan media komunikasi di kalangan warga Kristen Simalungun yang saat itu masih di bawah naungan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).  

Kemudian ketika HKBP Distrik Simalungun terbentuk 26 September 1940 yang disusul dengan masuknya penjajahan Jepang ke Indonesia (1942 – 1945), majalah Sinalsal pun tutup menyusul bubarnya Komite na Ra Marpodah. Di tengah sulitnya Pekabaran Injil akibat pembatasan yang dilakukan penjajah Jepang, HKBP Distrik Simalungun pun membentuk Parguru Saksi ni Kristus (PSK).

 PSK yang ditugaskan melanjutkan kegiatan Komite na Ra Marpodah untuk menyediakan bahan-bahan bacaan, pemberitaan kegiatan Pekabaran Injil dan meningkatkan komunikasi di tengah umat Kristen Simalungun yang tercera-berai saat itu. Guna membantu misi Pekabaran Injil tersebut, PSK pun menerbitkan majalah bulanan Pangarah (Pemandu).

Pemanfaatan jurnalisme melalui penerbitan media massa tersebut masih terus dilanjutkan hingga GKPS resmi manjae (mandiri) dari HKBP hingga saat ini. Majalah rohani GKPS yang hingga kini setia mengunjungi jemaat dan para pelayan GKPS di sentero persada Nusantara, yaitu Ambilan pakon Berita (Khotbah dan Berita).

Ambilan pakon Barita (AB) yang terbit setiap bulan menyajikan bahanp-bahan renungan (khotbah), opini dan berita-berita mengenai kegiatan gereja di GKPS hingga kegiatan kemitraan GKPS. Peran AB sangat penting bagi para parhorja kuria (pelayan) sebagai bahan referensi untuk berkhotbah di gereja masing-masing. Berita-berita AB juga penting menjadi sumber informasi dan medi komunikasi bagi warga GKPS di mana pun berada.

Khusus untuk pelayan-pelayan di gereja-gereja GKPS desa terpencil misalnya, AB malah menjadi sumber referensi penting bagi para majelis jemaat untuk mempersiapkan khotbah mereka. AB menjadi sumber referensi penting bagi majelis jemaat di GKPS pedesaan karena mereka masih ada yang jarang sermon (rapat pelayanan) di jemaatnya.

Kikis Persepsi Miring

Menilik betapa pentingnya peranan jurnalistik dalam Pekabaran Injil tersebut, persepsi miring alias pandangan sinis terhadap jurnalistik di tenga gereja atau umat Kristen di Simalungun perlu dikikis. Hal itu penting karena jurnalis barang baru atau kegiatan penghambat di tengah kehidupan umat Kristen.

Bila ditelusuri jauh ke masa silam, di dalam Alkitab pun cukup banyak kegiatan – kegiatan jurnalis yang dijadikan sebagai media Pekabaran Injil. Bahkan “reporter” pertama di dunia terdapat dalam Alkitab, yaitu Nabi Nuh. Menurut Kustadi Suhandang dalam bukunya "Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik” (Bandung, 2016, Hal 23 - 24),  Nabi Nuh disebut sebagai pencari dan penyiar berita pertama di dunia.

Disebutkan demikian karena ketika dunia kiamat akibat banjir (Bah na Sumbang) di zaman Nabi Nuh, Nabi Nuh dan keluarganya tidak tahu apakah banjir yang sudah bermingu-minggu sudah surut. Kondisi demikian membuat mereka gelisah dan resah. Lantas Nabi Nuh melepas seekor burung merpati. Namun burung merpati tersebut kembali. Nabi Nuh menyimpulkan bahwa banjir belum surut dan langsung memberitakannya kepada seluruh orang yang berada di atas perahu.

Dalam bagian lain di Alkitab juga disebutkan beberapa prinsip-prinsip kegiatan jurnalistik, baik pencarian, pembuatan, penyiaran berita hingga etika. Dalam kitab Habakuk 2 : 2 disebutkan “Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh batu, supaya orang sambal lalu dapat membacanya”. Nats ayat tersebut menunjukkan bahwa penyiaran berita baik (Firman Allah) perlu dilakukan melalui media supaya diketahui banyak orang.

Kemudian 2 Timoteus 2 : 11 menyebutkan “Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru”. Ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang pembawa berita juga berperan sebagai rasul maupun guru dalam Pekabaran Injil atau kesaksian. Ditilik dari segi jurnalistik, ayat tersebut mengungkapkan peran jurnalistik sebagai pendidik.

Selanjutnya Titus 2 : 7b – 8 menyebutkan “Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu, sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal – hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita”.

Ayat ini memuat bagaimana perlunya etika dalam menjalankan tugas jurnalistik sebagai suatu profesi yang berfungsi mengajar (mendidik) dan menyiarkan informasi kepada khalayak atau orang banyak. Kegiatan jurnalistik harus dilakukan secara jujur dan bersungguh-sungguh untuk kebaikan, bukan untuk mencari materi semata.

Jurnalisme Menggugah

Bila dilihat dari fungsi sebenarnya, jurnalistik memiliki peran penting ditingkatkan dalam Pekabaran Injil (pelayanan gereja), termasuk di Simalungun. Secara sederhana, jurnalistik atau pemberitaan memiliki tiga peran penting dalam kehidupan masyarakat. Jurnalistik dengan berbagai produknya seperti berita, opini, gambar, video dan sebagainya bisa menggugah perhatian (afeksi) masyarakat terhadap sesuatu yang penting bagi kesejahteraan dan keselamatan hidupnya.

Melalui adanya perhatian tersebut, para pembaca dan penikmat berita pun bisa menambah pengetahuan (kognisi) mengenai berbagai hal yang mendukungnya memenuhi kebutuhan demi peningkatan kesejahteraan dan keselamatan kehidupannya.

Setelah memiliki pengetahuan mengenai segala sesuatu tentang kegiatan-kegiatan atau peristiwa yang membantu peningkatan kesejahteraan dan keselamatan kehidupan dari berbagai ancaman, para pembaca dan penikmat berita pun akan melakukan kegiatan tersebut.  

Adanya perhatian,  pengetahuan dan pemahaman warga masyarakat mengenai bahaya Covid-19 serta upaya penanggulangannya melalui 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas serta mengikuti vaksinasi, membuat warga masyarakat akan mematuhi upaya-upaya penanggulangan Covid-19 tersebut.

Melihat betapa kuatnya pengaruh jurnalistik dalam mengarahkan pola pikir, sikap, pengetahuan dan perilaku masyarakat tersebut, tentunya jurnalistik perlu terus dimanfaatkan meningkatkan Pekabaran Injil (pelayanan Gereja). Jurnalistik memiliki manfaat yang sangat komplit dalam membangun persekutuan, kesaksian dan pelayanan di tengah gereja.

Kegiatan jurnalistik bisa dimanfaatkan merajut kebersamaan di tengah persekutuan jemaat, resort, distrik hingga pusat melalui pemberitaan – pemberitaan mengenai berbagai program pelayanan gereja di media massa gereja maupun media massa komersial. Melalui penyiaran-penyiaran berita kegiatan gereja yang menggugah hati seluruh warga jemaat, para pengurus/pelayan gereja dan rohaniawan (fulltimer), kebersamaan warga jemaat dapat dibangun dengan baik.

Selain itu, kegiatan jurnalistik juga bisa dimanfaatkan meningkatkan kesaksian melalui pemeberitaan-pemberitaan secara luas kegiatan pelayanan gereja. Berita-berita mengenai kegiatan pelayanan dan kesaksian di satu gereja di GKPS yang disiarkan di majalah AB GKPS tentunya bisa juga menggugah jemaat GKPS lain di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan dan kesaksian mereka.

Secara pribadi juga, pembaca-pembaca AB di perantauan bisa terpuaskan rasa ingin tahu mereka mengenai kegiatan pelayanan dan kesaksian GKPS di berbagai jemaat, resort, distrik dan pusat melalui pemberitaan di AB.

Kemudian kegiatan jurnalistik juga memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter warga jemaat. Kegiatan jurnalistik membuat warga jemaat bisa bersikap lebih jujur, transparan, menghormati hak-hak pribadi orang/kelompok, tidak berpihak dan menghargai harkat dan martabat orang lain.

Jurnalistik bisa membangun karakter tersebut, karena jurnalistik memang harus dijalankan dengan sikap jujur, terbuka, berimbang (tidak berpihak), tidak boleh memojokkan seseorang dan sekelompok orang dan tidak beritikad (berniat) buruk. Tentunya karakter seperti itu sangat dibutuhkan di tengah-tengah pelayanan gereja agar warga jemaat tetap responsif, antusias, partisipasif dan peduli.

Selain itu, kegiatan jurnalistik juga memiliki peran penting meningkatkan kemampuan para pengurus, pelayan dan rohaniawan dalam melaksanakan tugas – tugas pelayanan mereka. Para pengurus, pelayan dan rohaniawan yang sudah terbiasa mengikuti kegiatan jurnalistik, minimal rajin membaca berita-berita media massa, tentunya akan memiliki kemampuan lebih baik dalam membuat laporan pertanggung-jawaban kegiatan pelayanan, berkomunikasi dan berkhotbah.

Biasanya para pengurus gereja yang memiliki kebiasaan menulis dan membaca lebih baik menguraikan kegiatan pelayanan mereka dalam laporan-laporan pertanggung-jawaban. Kemudian para fulltimer (pendeta, penginjil dan vikaris) yang terbiasa menulis dan membaca berita media massa biasanya lebih baik dalam menyajikan bahan-bahan sermon maupun berkhotbah. Bahas mereka umumnya mudah dicerna dan tidak berbelit-belit. 

Berbeda dengan sajian-sajian tulisan bahan sermon dan khobtah pelayan yang jarang membaca berita. Bahan sermon dan khotbah yang disajikan para pelayan yang kurang membaca berita-berita media massa sering kali sulit dicerna. Hal tersebut disebabkan sajian-sajian tulisan dan khotbah mereka terlalu banyak menggunakan bahasa buku (textbook), bukan bahasa popular, bahasa yang mudah dimengerti warga jemaat.

Mengasah Kemampuan

Beberapa fulltimer di GKPS memiliki kemampuan bertutur yang baik dalam menyajikan bahan sermon dan berkhotbah berkat kebiasaan mereka membaca berita media massa maupun menulis berita. Di antaranya, Pdt Renny br Damanik, MTh, Pdt Devri Judika Purba, STh, Pdt Juandaha Raya Purba, MTh, Pdt Firdaus Purba, STh dan beberapa pendeta lainnya. Bahkan Pdt Devri Judikan Purba, STh termasuk salah satu fulltimer di GKPS yang cukup piawai menyajikan reportase (laporan) jurnalistik.

Kemampuan jurnalistik seperti yang dimiliki beberapa fulltimer di GKPS tersebut tentunya perlu dimiliki para pengurus, pelayan dan fulltimer di GKPS, termasuk para pengasuh majalah AB. Kemampuan jurnalistik tersebut tidak hanya perlu untuk membuat sekadar laporan kegiatan pelayanan seperti dalam tingting (warta jemaat). Kemampuan jurnalistik tersebut juga perlu untuk membuat laporan pelayanan yang bisa menggugah seluruh warga jemaat agar bisa meningkatkan perhatian, pengetahuan, partisipasi dan keimanan melalui laporan, sermon dan khotbah mereka.

Kemampuan jurnalistik tersebut bisa diperoleh bukan hanya melalui pendidikan jurnalistik secara formal melalui kursus dan pendidikan formal. Kemampuan jurnalistik tersebut juga bisa diperoleh melalui belajar secara otodidak (mengasah diri secara mandiri), rajin membaca dan mengirim berita-berita ke media massa, baik majalah AB, media massa komersial maupun media sosial.

Kemampuan jurnalistik para pengurus, pelayan dan fulltimer ini sangat dibutuhkan di tengah pesatnya perkembangan tekonologi informasi dan digitalisasi. Melalui kemampuan jurnalistik, para pengurus, pelayan dan fulltimer dapat memanfaatkan media massa berbasis digital (media online) menyampaikan kabar baik (Injil) kepada warga jemaatnya maupun kepada masyarakat luas.

Menjadi Andalan

Saat ini sudah banyak gereja dari berbagai denominasi, termasuk beberapa GKPS memiliki media online (portal berita) dan saluran berita televisi digital dengan memanfaatan Youtube. Selain itu belakangan ini semakin banyak juga pendeta memanfaatkan saluran Youtube sebagai media andalan menyampaikan Firman Tuhan (berkhotbah) secara cepat dan jangkauan luas.

Kegiatan pelayanan tersebut tentunya membutuhkan kemampuan jurnalistik, baik dalam membuat dan menyampaikan narasi maupun pengambilan gambar (video). Semakin baik kemampuan para pendeta tersebut menguasai prinsip dan teknis jurnalistik dalam pelayanan melalui fasilitas digital tersebut, tentunya semakin banyak pula pemirsa yang menyukai dan mengamininya.

Jadi pengurus, pelayan dan fulltimer di GKPS perlu meningkatkan pemanfaatan kegiatan jurnalistik demi mempercepat dan memperluas penaburan benih Injil ke seluruh pelosok Tanah Simalungan dan warga Simalungun. Para pendahulu Pekabaran Injil di Simalungun telah memanfaatkan jurnalisme untuk menggugah dan merengkuh jiwa – jiwa orang Simalungun untuk menerima Injil kendati situasi kehidupan saat itu sulit dan media sangat terbatas.

Mengapa kita yang hidup di tengah era kebebasan berekspresi, memiliki ketersediaan media publikasi dan teknologi informasi yang begitu canggih masih mengabaikan jurnalisme dalam pelayanan kita? Mari kita lesatkan panah jurnalisme untuk menebar benih – benih Injil ke seluruh jiwa yang haus akan kasih, suka cita, kedamaian dan kebenaran Firman Allah.***

 ·   * Penulis mantan wartawan Harian Umum Suara Pembaruan dan BeritaSatu.Com Jakarta yang kini menjadi Pemimpin Redaksi medialintassumatera.com (Matra) Jambi.

 

 

 

 

  

  


Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama