Pelaksana Tugas Bupati Merangin, H Mashuri (kiri) pada pertemuan dengan Tim Kantor Bahasa Provinsi Jambi di kantor Bupati Merangin, Provinsi Jambi, Senin (12/7/2021). (Foto : Matra/KominfoMerangin)
(Matra, Jambi) – Sebagian besar masyarakat di berbagai daerah di Indonesia memiliki sastra lisan atau penuturan cerita rakyat yang bernilai estetika. Sastra lisan tersebut umumnya mengisahkan pengalaman hidup sehari-hari warga masyarakat, hubungan masyarakat dengan sesama makhluk hidup baik itu satwa, tumbuhan hingga tuhan (alam gaib). Satra lisan biasanya memuat pesan-pesan moral yang bisa menuntun kehidupan manusia pada jalan kebenaran atau kebaikan.
Masyarakat Melayu Jambi juga memiliki sastra lisan yang sekian lama memiliki peran sebagai media penyampaian pesan-pesan moral kepada warga masyarakat. Sastra lisan melayu Jambi banyak mengisahkan pengalaman hidup masyarakat sehari-hari. Sastra lisan Melayu Jambi biasanya mengandung nasihat – nasihat kebaikan melalui ceritera yang mengungkapkan bahwa kebenaran akan selalu mengalahkan kejahatan.
Seiring dengan perkembangan media informasi dan komunikasi, khusunya media digital belakangan ini, sastra lisan di berbagai daerah di Provinsi Jambi sudah banyak hilang alias punah. Tak banyak lagi warga masyarakat Melayu Jambi yang mempertahankan sastra lisan akibat pengaruh televisi, media cetak, media digital (online) atau media sosial (medsos).
Namun di tengah gempuran perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi tersbut, masih ada satu dua kelompok masyarakat Melayu Jambi yang mempertahankan sastra lisan. Salah satu di antaranya komunitas masyarakat Desa Baru dan Desa Muara Kibul, Kecamatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
Komunitas masyarakat adat Melayu Jambi di kedua desa tersebut hingga kini masih memelihara sastra lisan Jambi Ompek Ganjil Lima Gonok (Empat Ganjil Lima Genap). Namun keberadaan sasra lisan tersebut pun kini terancam karena pelaku (aktor penutur) sastra lisan tersebut kini tersisa hanya yang berusia uzur. Saat ini semakin sulit menemukan generasi muda di Merangin yang pandai bertutur cerita sastra lisan. Hal tersebut disebabkan pewarisan sastra lisan di daerah itu yang selama ini terlupakan.
Menyikapi ancaman kepunahan sastra lisan di Desa Baru dan Desa Muara Kibul, Merangin tersebut, Kantor Bahasa Provinsi Jambi kini berupaya melakukan pelestarian sastra lisan tersebut. Pelestarian sastra lisan Melayu Merangin tersebut dilakukan melalui pembinaan sastra lisan di kalangan generasi muda atau anak-anak sekolah.
Menyikapi ancaman kepunahan sastra lisan di Desa Baru dan Desa Muara Kibul, Merangin tersebut, Kantor Bahasa Provinsi Jambi kini berupaya melakukan pelestarian sastra lisan tersebut. Pelestarian sastra lisan Melayu Merangin tersebut dilakukan melalui pembinaan sastra lisan di kalangan generasi muda atau anak-anak sekolah.
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Jambi, Dr Sukardi Gau. (Foto : Matra/Ist) |
Regenerasi Aktor
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Jambi, Dr Sukardi Gau pada pertemuan membahsa pelestarian sastra lisan Ompek Ganjil Lima Gonok dengan Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Merangin, H Mashuri di Merangin, Jambi, Senin (12/7/2021) menjelaskan, pihaknya kini meningkatkan upaya-upaya pelestarian sastra lisan Melayu Jambi, termasuk sastra lisan Ompek Ganjil Lima Gonok asal Merangin.
Pelestarian satra lisan tersebut dilakukan melalui program konservasi bahasa dan sastra daerah. Pelestarian lisan di daerah itu membutuhkan usaha-usaha bersama dalam konservasi bahasa dan sastra daerah. Karena itulah Kantor Bahasa Provinsi Jambi menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merangin dan masyarakat adat Merangin menggali dan melestarikan satra lisan yang masih tersisa di desa-desa.
‘’Kami berterima kasih atas dukungan Pemkab Merangin dalam upaya konservasi bahasa dan sastra daerah ini. Melalui dukungan tersebut kegiatan pembinaan sastra lisan di kalangan kaum muda Merangin dapat berjalan lancar dan mendapat dukung juga dari komunitas masyarakat Melayu Merangin,”katanya.
Dijelsakan, konservasi bahasa dan sastra daerah yang diprogramkan Kantor Bahasa Provinsi Jambi tersebut bertujuan untuk mencari model pembinaan atau regenerasi penutur (aktor) sastra lisan. Setelah model pembinaan satra lisan tersebut ditemukan, Pemkab Merangin dapat menggunakan model tersebut untuk upaya – iupaya pelestarian bahasa dan sastra daerah di Merangin.
“Nah, seperti itulah bentuk kerja sama kami dengan pemerintah daerah dan komunitas masyarakat adat Melayu Jambi untuk melestarikan sastra lisan yang hampir punah di berbagai daerah di Provinsi Jambi,”ujarnya.
Dijelsakan, konservasi bahasa dan sastra daerah yang diprogramkan Kantor Bahasa Provinsi Jambi tersebut bertujuan untuk mencari model pembinaan atau regenerasi penutur (aktor) sastra lisan. Setelah model pembinaan satra lisan tersebut ditemukan, Pemkab Merangin dapat menggunakan model tersebut untuk upaya – iupaya pelestarian bahasa dan sastra daerah di Merangin.
“Nah, seperti itulah bentuk kerja sama kami dengan pemerintah daerah dan komunitas masyarakat adat Melayu Jambi untuk melestarikan sastra lisan yang hampir punah di berbagai daerah di Provinsi Jambi,”ujarnya.
Dijelaskan, salah satu satra lisan di Jambi yang sudah terlebih dahulu mendapat upaya pelestarian, yakni sastra lisan Dideng di Kecamatan Rantaupandan, Kabupaten Bungo. Sastra lisan yang berbentuk senandung tesebut sudah direvitalisasi (dikembangkan) sejak 29 April—4 Mei 2019. Pembinaan satra lisan tersebut juga dilakukan kepada generasi muda melalui pertemuan antara penutur satra lisan yang sudah tua.
Sementara itu Plt Bupati Merangin H Mashuri pada kesempatan tersebut mengatakan, upaya pelestarian sastra lisan yang digagas Kantor Bahasa Provinsi Jambi tersebut merupakan bagian penting bagi regenerasi penutur sastra lisan. Hal itu penting agar sastra lisan Merangin yang selama ini tenggelam di makan zaman bisa dibangkitkan kembali.
“Sebetulnya banyak sastra lisan di Merangin, tetapi kini sudah banyak yang hilang. Untuk itu menggalian lebih dalam atas keberadaan sastra lisan di sejumlah desa di Merangin perlu dilakukan secara intensif dan serius,”katanya.
Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kabudayaan Merangin, M Said Usman pada kesempatan tersebut menjelaskan, sastra lisan ‘Ompek Ganjil Lima Gonok’ memang hampir punah dan dilupakan masyarakat.
“Sebetulnya banyak sastra lisan di Merangin, tetapi kini sudah banyak yang hilang. Untuk itu menggalian lebih dalam atas keberadaan sastra lisan di sejumlah desa di Merangin perlu dilakukan secara intensif dan serius,”katanya.
Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kabudayaan Merangin, M Said Usman pada kesempatan tersebut menjelaskan, sastra lisan ‘Ompek Ganjil Lima Gonok’ memang hampir punah dan dilupakan masyarakat.
‘’Atas dasar itu kami mencoba mengangkat kembali dan melesatarikannya bekerja sama dengan Kantor Bahasa Provinsi Jambi. Kerja sama tersebut kami harapkan bisa mencegah kepunahan sastra lisan di Merangin,”katanya. (Matra/Radesman Saragih)
Posting Komentar