. Secercah Harapan Petani Pantai Timur Jambi : Tanam Pinang Rapat-rapat agar Rejeki Meningkat

Secercah Harapan Petani Pantai Timur Jambi : Tanam Pinang Rapat-rapat agar Rejeki Meningkat

Gubernur Jambi, Al Haris menanam pinang di kebun petani Desa Remau Bako, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjungjabung Barat Provinsi Jambi, Kamis (15/7/2021). (Foto : Matra/KominfoJambi)

(Matra, Jambi) – “Tanam pinang rapat-rapat agar puyuh tak dapat lari. Kupinang-pinang tak dapat – dapat. Kurayu-rayu kubawa bernyanyi.”  Pantun dalam lagu “Asam di Gunung Ikan di Laut” karya penyanyi dangdut asal Sumatera Utara, Ona Sutra tersebut menggambarkan betapa dekat komoditas tanaman pinang (Areca cathecu) bagi masyarakat Indonesia.

Kedekatan tanaman pinang dalam kehidupan masyarakat Indonesia tidak hanya tertuang lagu dangdut, Ona Sutra tersebut, tetapi juga dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Pinang banyak ditanam warga masyarakat Indonesia sebagai tanaman penghias pekarangan rumah maupun tanaman pembatas ladang atau kebun. Kemudian buah pinang juga banyak dimanfaatkan kaum wanita dewasa sebagai bahan racikan makan sirih.

Namun bagi sebagian masyarakat pantai timur Jambi, yakni Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim) dan Tanjungjabung Barat (Tanjabbar), Provinsi Jambi, tanaman pinang bukan sekadar penyedap lagu, penyedap makan sirih dan penghias pekarangan.

Tanaman pinang bagi masyarakat Tanjabtim dan Tanjabbar sejak dahulu kala sudah menjadi komoditas andalan penopang penghasilan keluarga. Para petani di wilayah pantai timur Jambi tersebut bahkan sudah lama terkenal sebagai pemasok pinang terbesar dari Provinsi Jambi. Peran Tanjabtim dan Tanjabtim sebagai produsen pinang terbesar di Provinsi Jambi hingga kini masih bisa dipertahankan karena areal perkebunan pinang yang masih relatif luas dan produksi pinang yang cukup tinggi. 

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, luas perkebunan pinang di Kabupaten Tanjabtim dan Tanjabbar saat ini mencapai 20.166 hektare (ha). Luas kebun pinang tersebut mencapai 5,67 % dari total 355.469 ha areal perkebunan di kedua daerah tersebut.

Kemudian produksi pinang di kedua daerah tersebut mencapai 13.188 ton/tahun atau sekitar 3,1 % dari total produksi perkebunan di daerah itu sekitar 426.283 ton/tahun. Sedangkan jumlah petani pinang di kedua daerah tersebut mencapai 16.806 kepala keluarga (KK) atau 13,16 % dari total 126.774 KK  petani kebun di daerah tersebut.

Di Kabupaten Tanjabtim, luas perkebunan pinang saat ini mencapai 9.095 ha atau sekitar 7 % dari 136.005 ha total seluruh komoditas atau jenis tanaman perkebunan di daerah itu. Sedangkan produksi  pinang di Tanjabtim mencapai 3.207 ton/tahun atau 2,27 % dari 140.909 ton total produksi  perkebunan di daerah itu. Produktivitas kebun pinang di daerah Tanjabtim rata-rata 0,35 ton/ha. Sedangkan jumlah petani pinang di Tanjabtim mencapai 8.793 KK atau 17 % dari 52.461 KK petani kebun di daerah itu.

Sementara itu di Kabupaten Tanjabbar, luas kebun pinang mencapai 11.071 ha atau sekitar 5 % dari total kebun 219.464 ha di daerah itu. Produksi pinang di Tanjabbar mencapai 9.981 ton/tahun atau 3,51 %dari 285.374 total produksi  seluruh komiditi perkebunan di daetah itu. Produktivitas kebun pinang di Tanjabbar rata-rata 0,9 ton/ha. Sedangkan jumlah petani pinang di dearth tersebut mencapai 8.013KK atau 11 % dari 74.313 KK petani kebun.

Produksi pinang Jambi, khusunya dari Tanjabtim dan Tanjabbar juga menjadi komositas andalan ekspor hasil-hasil pertanian Jambi di luar karet dan kelapa sawit. Volume ekspor pinang Provinsi Jambi satu tahun terakhir mencapai 145 juta ton dengan nilai ekspor sekitar Rp 1,89 triliun.
Gubernur Jambi, Al Haris (dua dari kiri) memberikan bibit unggul pinang kepada para petani pinang di Desa Remau Bako, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Provinsi Jambi, Kamis (15/7/2021). (Foto : Matra/KominfoJambi)

Terdampak Covid-19

Kendati komoditas pinang menjadi andalan ekspor Jambi selama ini, namun nasib petani pinang di daerah itu, khususnya di Tanjabtim dan Tanjabbar saat ini kurang menguntungkan Masalahnya harga pinang di daerah tersebut terus merosot dan areal pertanian pinang semakin menyusut.

Selama pandemi Covid-19 melanda negeri ini, termasuk Tanjabtim dan Tanjabbar, penurunan harga pinang tidak bisa dikendalikan. Hal tersebut disebabkan berkurangnya ekspor pinang Jambi menyusul pembatasan kegiatan perdagangan selama pandemic Covid-19.

Syahril (45), petani pinang Desa Remau Bako, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjabtim, Provinsi Jambi baru-baru ini mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, harga  pinang di daerah itu sempat melejit Rp 18.000/kg. Namun ketika pandemi Covid-19 melanda (2020), harga pinang di daerah turun menjadi Rp 16.000/kg. Kemudian harga pinang di daerah tersebut turun lagi menjadi Rp 14.000 – Rp 15.000/kg saat ini.  

Merosotnya harga pinang di wilayah pesisir pantai timur Jambi tentunya mengancam stabilitas penghasilan petani di daerah itu. Masalahnya luas areal dan produktivitas pinang di daerah tersebut juga terus berkurang seiring banyaknya petani beralih ke kebun sawit.  

Selain itu tanaman pinang yang rusak atau tidak produktif lagi di Tanjabtim terus bertambah. Saat ini ini saja, sekotar 407 ha kebun pinang di Tanjabtim sudah rusak atau kurang produktif. Sementara sekitar 1.972 ha tanaman pinang di daerah itu belum menghasilkan.

Mengupas pinang menjadi pekerjaan sehari-hari kaum ibu di Desa Parit VII, Kecamatan Muarasabak  Timur, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Provinsi Jambi. (Foto : Matra/Ist)
 
Tetap Andalan 
 
Melihat betapa pentingnya kontribusi komoditas perkebunan pinang di Kabupaten Tanjabtim dan Tanjabbar, luas areal terus berkurang dan harga pun terus merosot membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi kini berupaya meningkatkan luas areal dan menggenjot produksi pinang di kedua daerah itu.

Gubernur Jambi, Dr Al Haris, S Sos, MH ketika berkunjung ke beberapa desa di Kabupaten Tanjabtim, Kamis (15/7/2021) mengatakan, komoditas perkebunan pinang menjadi salah satu andalan petani di pantai timur Jambi menjadi sumber pendapatan selain perkebunan kelapa dalam, kelapa sawit, karet dan kopi.

Namun belakangan ini, di tengah booming (perkembangan pesat) perkebunan kelapa sawit, parapetani semakin banyak yang beralih ke kebun sawit. Kondisi demikian membuat luas areal dan produksi pinang di daerah itu terus berkurang.

Konversi kebun pinang ke kebun sawit ini bisa sangat disayangkan karena sebenarnya tanaman pinang lebih aman dan menjanjikan. Selain harganya yang relatif stabil, pemeliharaan kebun pinang tidak serumitkebun kelapa sawit.

Dijelaskan, saat ini sentra produksi pinang andalan di Tanjabtim tedapat di Kecamatan Nipahpanjang dan Sadu. Areal kebun pinang yang cukup luias dio daerah itu terdapat di Desa Remau Bako, Kecamatan Sadu. Sedangkan di Kabupaten Tanjabbar, sentra produksi pinang terdapat di Kecamatan Betara.

Untuk membangkitkan kembali semangat petani berkebun pinang di Tanjabtim, pada kunjungan tersebut, Al Haris bersama Komandan Komando Rayon Militer (Danrem) 042/Garuda Putih (Gapu), Brigadir Jenderal TNI Muhammad Zulkifli, SIP, MM, Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi, Rocky Chandra dan Bupati Tanjabtim, Romy Haryanto menam pinang di Desa Remau Bako.

Menurut Al Haris, Pemprov Jambi ke depan akan menjadikan komoditas perkebunan pinang sebagai komoditi unggulan. Pengembangan perkebunan pinang tidak lagi hanya dilakukan di Tanjabtim dan Tanjabbar, tetapi juga di kabupaten lain di Jambi.

Karena itu Al Haris pada kesempatan tersebut mengharapkan agar petani Tanjabtim menjaga pinang yang telah ditanam selama ini. Al Haris berjanji mencari importir yang akan menampung pinang milik petani agar harga pinang petani tidak sampai anjlok lagi.

"Hari ini kami melakukan penanaman pinang Betara di Desa Remau Bako  Tuo Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjabtim. Kami berharap penanaman pinang tetap dilakukan petani dengan sistem diversifikasi. Melalui diversifikasi pertanian pinang dengan tanaman lain, penghasilan petani akan tetap terjamin. Kami berusaha menjamin stabilitas harga pinang dengan mencai importir,”katanya.

Sementara itu dalam perbincangan dengan petani pinang di Desa Desa Remau Bako Tuo, Tanjabtim, Al Haris menyatakan, daerah Sadu merupakan daerah potensial yang belum tersentuh oleh pemerataan pembangunan. Hal tersebut tampak dari ketersediaan saran pertanian, baik sarana jalan, irigasi dan pusat penampungan produksi yang minim.

"Saya melihat Sadu memiliki potensi luar biasa. Tetapi masih jauh dari pembagian pembangunan, seperti jalan misalnya. Potensi luar biasa dari Sadu ini salah satunya adalah sektor pertanian. Di tengah pandemi Covid - 19 yang telah meluluh lantakan perekonomian kita, petani Sadu masih bisa bertahan berkat hasil-hasil pertanian mereka. Saya melihat Sadu memiliki sawah yang luas, belum lagi dengan adanya hasil komoditi lain seperti pinang,"katanya.

Hamparan kebun pinang di Kabupaten Tanjungjabung Timur, Provinsi Jambi. (Foto : Matra/Ist)

Sarana Jalan

Sementara itu, Bupati Tanjabtim, Romi Hariyanto pada kesempatan tersebut mengatakan, Kabupaten Tanjabtim yang memiliki luas 5.445 Kilometer (Km²) dengan jumlah penduduk 219.985 jiwa tetap berupaya mempertahankan komoditas tanaman atau kebun pinang. 

“Tanaman pinang sudah menjadi komoditas perkebunan yang membudaya bagi petani Tanjabtim sejak nenek moyang. Karena itu kebun pinang akan tetap dipertahankan sebagaiu sumber pendapatan petani dan komoditi ekspor daerah ini,”katanya.

Untuk mendukung pengembangan perkebunan dan pertanian di Tanjabtim, lanjut Romi Haryanto, pihaknya juga akan meningkatkan pembangunan infrastruktur. Jal itu penting untuk memudahkan akse petani menjual hasil kebun mereka ke pusatperdagangan di Kualatungkal, Tanjabbar, Kota Jambi dan dearah lain di luar Provinsi Jambi.

Dikatakan, Tanjabtim membutuhkan dana Rp 7 triliun untuk menuntaskan perbaikan kerusakan jalan ratusan kilometer jalan di daerah itu. Sedangkan kemampuan keuangan Kabupaten Tanjabtim memperbaiki kerusakan jalan  tahun ini hanya Rp 300 miliar.

“Karena itu perbaikan ekrusakan jalan di Tanjabtim, termasuk kerusakan jalan ke sentra-sentra pertanian seperti ke Kecamatan Sadu ini hanya dilakukan secara tambal sulam atau darurat,”katanya.

Sementara itu, Andi Rustam (50), seorang petani pinang di Kecamatan Sadu, Tanjabtim mengatakan, para petani pinang di daerah tersebut sangat membutuhkan bantuan modal untuk perluasan kebun dan pembelian benih unggul pinang. Selain itu para petani pinang di Kecamatan Sadu juga butuh bapak angkat untuk menampung produksi pinang petani.

Dikatakan, selama ini para petani pinang di Sadu, Tanjabtim masih banyak  menjual pinang kepada pedagang pengepul karena mereka tidak memiliki akses menjual pinang ke pusat perdagangan di Kualatungkal maupun di Kota Jambi.  

Sistem pemasaran tersebut membuat petani selalu menjual harga pinang di bawah harga pasar. Jika harga pinang di pasar mencapai Rp 14.000/kg saat ini, maka harga pinang  di tingkat petani hanya Rp 10.000 – Rp 12.000/Kg.

“Karena itu, kami para petani pinang di Sadu banyak berharap kepada Bapak Gubernur Jambi yang baru, Al Haris agar segera membantu petani pinang di daerah ini. Bantuan yang butuhkan, terutama modal usaha, baik perluasan lahan maupun pengadaan bibit pinang unggu,”katanya. (Matra/Radesman Saragih)

Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama