. Memulihkan Manisnya Rejeki Petani Nanas Tangkit Muarojambi

Memulihkan Manisnya Rejeki Petani Nanas Tangkit Muarojambi

Petani nanas Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi menata hasil panen nanas di pinggir jalan sebelum dijual ke pasar. Gambar diambil baru-baru ini. (Foto : Matra/Radesman Saragih)

 Jambi, S24 - Ambok Asek (45) menghela nafas lega sembari menyeka keringat di dahi dengan lengan kanan setelah menyusun ratusan buah nanas hasil panen di pinggir jalan Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi pagi itu. 


“Sudah beres. Tinggal menunggu agen yang menjemput. Biasanya agen menjemput nanas hasil panen kami pukul 09.00 – 10.00 WIB. Jadi jika kami terlambat menyusun dan menyortir nanas hasil panen kami, agen akan meninggalkannya,”kata Ambok Asek, petani nenas Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi kepada medialintassumatera.com (Matra) baru-baru ini.


Menurut Ambok Asek,  para petani nanas di Desa Tangkit Baru memanen nanas mulai pagi sekitar pukul 06.00 – 08.00 WIB. Setelah itu hasil panen dibawa ke tempat penampungan di pinggir jalan. Setelah disortir, agen langganan pun tinggal mengangkut nanas hasilpanen petani. Panen dan transaksi jual nanas segar di pagi hari tersebut sudah menjadi kesibukan dan tradisi bagi petani nanas Desa Tangkit.

 

Ambok Asek mengatakan, pera petani Desa Tangkit Baru tetap mengandalkan nanas menopang  perekonomian kendati harga nanas sempat anjlok ke titik termurah selama pandemi sejak Maret 2020. Di tengah rendahnya harga nanas di Desa Tangkit tahun lalu, para petani tetap merawat kebun nanas mereka. Petani tidak ada yang beralih ke tanaman lain seperti menanam kelapa sawit. 


“Perkebunan nanas ini sudah menjadi usaha pertanian yang diwariskan nenek moyang secara turun – temurun kepada warga Desa Tangkit. Kendati banyak petani di Jambi beralih  ke tanaman kelapa sawit, petani Desa Tangkit tetap menanam nanas sebagai sumber penghidupan keluarga,”katanya. 

Para penjual nanas di Kota Jambi turut membantu pemasaran nanas Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. Harga nanas di Kota Jambi saat ini mencapai Rp 7.000/buah, lebih mahal dari harga nanas di Desa Tangkit Baru Rp 3.000/buah. Gambar diambil Senin (5/4/2021). (Foto : Matra/Radesman Saragih)

Sempat Frustrasi

Menurut Ambo Asek, para petani nanas Desa Tangkit, Muarojambi sempat mengalami frustrasi akibat anjloknya harga nanas hingga Rp 1.000/buah di desa itu tahun lalu. Anjolknya harga nanas di desa itu disebabkan pandemi yang melumpuhkan pemasaran nanas dan industri pengolahan dodol nanas di desa itu. 


“Anjloknya harga nanas di masa puncak pandemi tahun lalu sempat membuat sebagian petani tidak memanen nanas mereka karena upah panen dengan harga jual tidak seimbang. Kemudian sempat juga ribuan buah nanas membusuk di tempat penampungan akibat tidak laku,”katanya. 


Dikatakan, harga nanas di Desa Tangkit Baru sempat anjlok hampir satu tahun akibat pandemi karena adanya pembatasan kegiatan ekonomi dan sosial kemasyarakat. Pembatasan kegiatan ekonomi dan kemasyarakatan membuat perdagangan Jambi – Sumatera – Jawa nyaris lumpuh.


Kondisi tersebut membuat pemasaran nanas Desa Tangkit ke Jakarta, Sumatera Selatan dan Riau yang biasanya bisa mencapai tiga truk setiap hari terhenti total. Sementara panen nanas petani tetap setiap hari. Akibatnya pemasaran nanas Desa Tangkit nyaris menemui jalan buntu, sehingga harga nanas pun anjlok.


Namun, katanya, memasuki tahun 2021 ini, para petani nanas di Desa Tangkit mulai lega menyusul  membaiknya harga nanas di desa itu. Harga jual nanas di tingkat petani di desa tersebut kini sudah naik menjadi Rp 3.000/buah. Harga nanas tersebut naik Rp 1.500/buah atau 100 % dibandingkan tahun lalu hanya Rp 1.500/buah. 


“Kalau pemasaran nanas Desa Tangkit sempat hanya terbatas di Muarojambi dan Kota Jambi selama pandemi, maka saat ini pemasaran nanas Desa Tangkit kembali bisa menjangkau daerah lain seperti Palembang, Sumatera Selatan, Riau bahkan ke Jakarta,”katanya.


Kenaikan harga nanas tersebut banyak dipengaruhi meningkatnya kembali mobilitas masyarakat di Jambi. Pergerakan orang antar daerah yang kembali meningkat tahun ini membuat pemasaran nanas Desa Tangkit juga kembali terbuka. Para petani nanas Desa Tangkit mengharapkan, harga nanas bakal terus naik selama bulan Ramadhan hingga Idul Fitri 1442 Hijriyah, Mei nanti.


"Namun pemasaran nanas Desa Tangkit saat ini belum maksimal karena usaha industri dodol nanas di Desa Tangkit Muarojambi masih banyak yang tutup. Sebelum pandemi, usaha dodol nanas dan keripik nanas menampung cukup banyak produk nanas petani desa kami,”katanya.

Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi sudah cukup lama dikenal sebagai sentra nanas terbesar di Jambi. Karena itu desa itu pun memiliki Monumen Nanas. Gambar diambil baru-baru ini. (Foto : Matra/Radesman Saragih)

Komoditas Warisan

Komoditas nanas (Ananas cumulus) memang sudah lama menjadi andalan petani Desa Tangkit untuk menopang perkonomian mereka. Sejak tahun 1970-an, petani Desa Tangkit Baru yang sebagian besar etnis Bugis, Makassar, Sulawesi Selatan sudah mengembangkan tanaman nanas. Hingga kini, komoditas nanas masih tetap diandalkan sebagian besar warga Desa Tangkit Baru menjadi sumber utama penghasilan.


Dari sekitar 1.800 hektare (ha) luas wilayah Desa Tangkit Baru, sekitar 800 ha dimanfaatkan untuk perkebunan nanas. Sebagian besar areal kebun nanas di desa tersebut merupakan kawasan dataran rendah gambut yang berada pada ketinggian 20 meter di atas permukaan laut (mdpl). Nanas yang dikembangkan petani hingga sekarang di desa tersebut jenis Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut).


Kepala Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Supadi didampingi Staf Tata Usaha Kantor Desa Tangkit Baru, Hendra mengatakan, jumlah petani nanas di Desa Tangkit Baru saat ini mencapai 700 kepala keluarga (KK). Kemudian produksi nanas di desa tersebut mencapai 81.368 buah/tahun (56,4 ton/tahun).


Sedangkan harga nanas di tingkat petani di Desa Tangkit Baru sebelum pandemi rata-rata Rp 3.000/buah dan saat ini rata-rata Rp 1.500/buah. Pendapatan petani nanas di desa itu sebelum pandemi rata-rata Rp 27 juta/bulan dan kini hanya Rp 4,5 juta/bulan.

Pengembangan Agribisnis

Awalnya, hasil panen nanas Desa Tangkit hanya dipasarkan terbatas di Kota Jambi untuk konsumsi keluarga. Tetapi belakangan, produksi nanas tangkit sudah dipasarkan hingga ke Jakarta dan berbagai kabupaten di Jambi dan beberapa provinsi di Sumatera.


Menurut Supadi, produksi nanas petani di Desa Tangkit Baru tidak hanya dijual untuk kebutuhan konsumsi buah nanas, tetapi juga diolah menjadi dodol nanas dan selai nanas. Industri rumah tangga pengolahan dodol nenas di Desa Tangkit Baru mulai muncul tahun 1990.


Industri rumah tangga dodol nanas saat itu dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah produksi nanas di desa tersebut. Melalui industri rumah tangga pembuatan dodol nanas, pemasaran dan nilai tambah hasil panen nanas petani Desa Tangkit Baru bertambah dan penghasilan mereka juga meningkat.


Supadi mengatakan, jumlah industri rumah tangga pengolahan dodol nanas di Desa Tangkit Baru saat ini sebanyak 11 unit. Produk 11 industri rumah tangga pengolahan nanas tersebut sebelum pandemi, rata-rata 16,5 ton/bulan. Sedangkan pendapatan 11 unit industri rumah tangga tersebut rata – rata Rp 660 juta/bulan. Selama pandemi, produksi dan penghasilan usaha dodol nanas di desa tersebut turun hingga 75 %.


Menurut Supadi, agribisnis nenas di Desa Tangkit Baru memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Desa Tangkit Baru. Kontribusi sektor perkebunan nanas dan usaha dodol nanas terhadap PAD Desa Tangkit Baru tahun lalu mencapai Rp 110 juta.

Hamparaan perkebunan nanas di  Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, baru-baru ini. (Foto : Matra/Radesman Saragih)

Pelopor UMKM

Salah satu petani nanas di Desa Tangkit Baru yang memelopori agribisnis pembuatan dodol nanas, yaitu Baso Intang (60). Untuk mengembangkan industri rumah tangga pembuatan dodol nanas dan selai nanas, Baso Intang mendirikan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), CV Tuli Mario sejak tahun 1992.


Menurut Baso Intang, dia mendirikan usaha dodol nanas karena melihat produksi nanas petani terus meningkat dan mulai kesulitan pemasaran di tingkat lokal maupun regional. Sementara peluang pasar oleh-oleh khas Jambi masih sangat terbuka.


“Kota Jambi dan beberapa daerah di Jambi selama ini masih kurang memiliki oleh-oleh khas. Kelangkaan oleh-oleh khas Jambi tersebut saya termotivasi mendirikan usaha pengolahan dodol nanas dan hasilnya menjanjikan,” katanya.


Sebelum pandemi atau tahun 2019 lalu, lanjut Baso Intang, usaha dodol nanas yang dikelolanya mampu memproduksi produksi dodol nanas rata-rata 50 kg/hari atau 1,5 ton dodol nanas/bulan. Dengan harga rata-rata dodol nanas di Jambi Rp 40.000/kg dan semua produksi terjual, CV Tuli Mario bisa menghasilkan Rp 60 juta/bulan.


Dikatakan, sebelum pandemi, pemasaran dodol nanas produksi CV Tuli Mario tidak hanya di Muarojambi, Kota Jambi dan daerah kabupaten di Jambi. CV Tuli Mario juga memasarkan produksi dodol nanas hingga ke Pekanbaru, Riau dan daerah lain.


Namun setelah pandemi, tambah Baso Intang, usahanya hanya bisa memproduksi dodol nanas 50 kg/minggu atau 200 kg/bulan. Penghasilan yang diperoleh dari produksi dodol nanas tersebut juga anjlok, yakni hanya Rp 8 juta/bulan.


“Produksi dan pendapatan kami selama pandemi ini benar-benar anjlok. Pelancong tidak ada lagi yang berbelanja ke Desa Tangkit. Kamudian pemasaran kami ke Pekanbaru dan daerah di luar Kota Jambi dan Muarojambi juga terhenti. Saat ini kami hanya berproduksi rata-rata sekali seminggu dengan produksi 50 kg. Sedangkan pekerja saat ini hanya empat urang. Dulu di waktu normal, pekeja mencapai 20 orang sehari,” katanya.


Menurut Baso Intang, dari belasan UMKM usaha dodol dan selai nenas di Desa Tangkit aru, Muarojambi, hanya CV Tuli Mario yang masih eksis. Selama pandemi, CV Tuli Mario memasarkan produk dodol dan selai nanas mereka secara online.


“Selama pandemi, kami mengandalkan pemasaran secara online melalui Tokopedia, grup Whatsapp dan media sosial lainnya. Pemasaran secara digital tersebut membuat usaha kami masih bisa berproduksi kendati produksinya rendah dan hasilnya masih pas-pasan,” katanya.


Baso Intang mengatakan, para petani dan perajin dodol nanas di Desa Tangkit Baru, Muarojambi mengharapkan pemerintah pusat dan daerah segera menuntaskan pandemi Covid-19 agar kegiatan ekonomi dan wisata bisa normal kembali. Dengan demikian pemasaran nanas dan dodol nanas dari Desa Tangkit biosa normal kembali dan agribisnis dodol nanas di Muarojambi ini bisa bangkit kembali.


Dikatakan, para petani dan UMKM dodol nanas di daerah tersebut berharap pemerintah segera memberi kejelasan mengenai kondisi pandemi Covid-19 secepatnya. Hal itu penting agar wisatawan yang berkunjung ke Kota Jambi tidak enggan datang membeli dodol nanas sebagai oleh-oleh ke Desa Tangkit Baru maupun ke pasar-pasar swalayan di Jambi.


“Kegiatan wisata perlu dihidupkan kembali agar permintaan oleh-oleh dodol nanas naik lagi. Masyarakat jangan ditakut-takuti untuk berwisata, agar agribisnis dodol nanas Desa Tangkit ini jangan sampai tutup total,” katanya.


Baso Intang mengakui, meningkatnya kegiatan ekonomi dan mobilitas masyarakat memasuki tahun 2021 ini berpengaruh terhadap bangkitnya kembali geliat pertanian, industri dan perdagangan nanas di Desa Tangkit. Harga nanas Desa Tangkit yang sempat anjlok hingga Rp 1.500/buah kini naik menjadi Rp 3.000/buah. Selain itu permintaan nanas Desa Tangkit di Kota Jambi dan daerah lain di Jambi dan Sumatera juga meningkat kembali.


“Kemudian usaha industri rumah tangga pengolahan dodol nanas di Desa Tangkit, Muarojambi yang sempat banyak tutup kini mulai buka kembali. Pemasaran dodol nanas sebagai oleh-oleh dari Jambi mulai normal menyusul bukanya kembali pasar-pasar swalayan, toko dan lancarnya transportasi Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera Jambi – Sumatera – Jawa,”katanya. 


Sementara itu Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jambi, Hj.Iin Kurniasih Sudirman mengatakan, Desa Tangkit Baru kini sudah bisa disebut sebagai daerah agrowisata Nenas Tangkit. Desa tersebut mampu menjadi produsen nanas terbesar di Provinsi Jambi selama berpuluh-puluh tahun. 


Kemudian para petani desa tersebut juga masih tetap menekuni perkebunan nanas, sehingga budi daya nanas Desa Tangkit Baru tetap lestari. Selain itu, Desa Tangkit Baru juga menjadi penghasil oleh-oleh khas Jambi, dodol dan selai nanas. Pengunjung juga tidak terlalu enggan belanja oleh-oleh nanas dan dodol nanas ke Desa Tangkit Baru karena jarak desa ke Kota Jambi hanya sekitar 30 km.


Dijelaskan, promosi agrowisata nanas Desa Tangkit perlu ditingkatkan berbasis digital (jaringan) atau yang dikenal dengan E-commerce maupun melalui Instagram. Melalui pemanfaatan ekonomi digital tersebut, produk-produk olahan nanas Desa Tangkit Baru dan bisa lebih dekenal lebih luas dan pemasarannya lebih terbuka.


“Jadi untuk mempatenkan Desa Tangkit Baru sebagai agrowisata, kualitas pengolahan dan promosi dodol nanas Desa Tangkit Baru sebagai perlu terus ditingkatkan. Nanas Desa Tangkit Baru kini sudah menjadi ikon wisata Jambi, karena itu pengelolaan agrowisata nenas Desa Tangkit harus terus dibenahi,” katanya.

Petani nanas bermodal di Desa Tangkit Baru, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi ada juga yang menjual langsung hasil panennya ke Kota Jambi agar mendapat harga yang lebih mahal. Gambar diambil baru-baru ini. (Foto : Matra/Radesman Saragih)

Pelatihan Petani Nanas

Sementara itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muarojambi, Pemerintah Provinsi Jambi dan kalangan perguruan tinggi di Jambi memberikan perhatian yang cukup serius untuk memajukan agribisnis nanas di Desa Tangkit Baru, Muarojambi.


Kepala Desa Tangkit Baru, Supadi mengatakan, dinas instansi terkait seperti dinas pertanian, koperasi, pertanian dan pihak swasta juga sering melakukan pelatihan terhadap petani dan UMKIM pengolahan dodol nanas di Desa Tangkit Baru. Pelatihan itu diberikan agar para petani bisa terus berionvasi dalam pengolahan, pembuatan kemasan dan pemasaran nanas dan dodol nanas.


Menurut Supadi, selama ini pemasaran dodol nanas dan selai nanas dilakukan pelaku UMKM secara mandiri. Mereka memasok dodol dan selai nanas ke pusat-pusat perbelanjaan di Kota Jambi, Muarojambi, berbagai kabupaten di Jambi, Pekanbaru, Riau toko-toko di sepanjang Jalan Lintas Sumatera hingga ke Jakarta.


“Untuk saat ini, di masa pandemi, pemilik UMKM dodol nanas meningkatkan memasarkan produk mereka secara online (digital),” katanya.


Sementara itu Politeknik Jambi baru-baru ini juga memberikan bantuan alat pengaduk dodol nanas kepada beberapa UMKM di Desa Tangkit Baru. Selain itu pihak Politeknik Jambi juga sekaligus memberikan pelatihan penggunaan alat pengaduk dodol nenas tersebut.


Kepala Program Pendidikan Teknik Elektronika dan anggota Pengabdian Kepada Masyarakat Politeknik Jambi, Maizal mengatakan, selama ini UMKM pengolahan dodol nanas di Desa Tangkit Baru lebih banyak menggunakan kayu bakar untuk memasak dodol nanas.


“Kami mencoba memberikan bantuan teknologi pengolahan dodol nanas menggunakan gas elpiji. Melalui percobaan yang kami lakukan Desa Tangkit Baru tahun lalu, teknologi pengolahan dodol nanas yang kami buat mampu mengurangi waktu pengadukan hingga 8,3 jam. Dengan demikian biaya pengadukan dapat dihemat dan waktu pengolahan dodol lebih cepat,” katanya.


Dijelaskan, teknologi pengolahan dodol nanas tersebut dapat menghemat biaya produksi dan meningkatkan produksi dodol nenas. Berdasarkan uji coba, alat pengaduk dodol nanas berbasis teknologi tersebut mampu menghasilkan 50 kg dodol nanas sehari.


Sedangkan ila menggunakan kayu bakar, produksi dodol nanas hanya 25 kg sehari. Kemudian gas elpiji ukuran tabung 3 kg yang dibutuhkan mengolah 50 kg nanas menjadi dodol hanya dua tabung. Jadi penggunaan teknologi pengolahan dodol nanas tersebut cukup hemat.


Bio Industri

Selain agribisnis, nanas Desa Tangkit Baru, Muarojambi juga dikembangkan menjadi bioindustri. Saat ini bioindustri yang dikembangkan di Desa Tangkit Baru, yaitu bioindustri nanas-sapi.


Pengembangan bioindustri nanas – sapi di Desa Tangkit Baru diprakarsai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. Pengembangan pertanian yang ramah lingkungan di Desa Tangkit Baru dilakukan sejak tahun lalu.


Kepala BPTP Jambi pada acara Temu Teknologi Pengembangan Model Bioindustri Nanas Sapi di Desa Tangkit Baru, baru-baru ini mengatakan, pola kegiatan biondustri di Desa Tangkit Baru, yaitu memanfaatkan semua produk pertanian dan peternakan termasuk hasil ikutannya, sehingga tidak ada satu pun produk bio massa yang terbuang (zero waste).


Dikatakan, Desa Tangkit Baru tidak hanya memiliki komoditas pertanian andalan, nanas, tetapi juga ternak. Jadi limbah nanas dapat dipasok untuk makanan sapi. Sedangkan kompos dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan menjadi pukuk alami nanas.


“Konsep bioindustri merupakan strategi pemerintah untuk mengembangkan pertanian ramah lingkungan serta memanfaatkan sumber daya seefisien mungkin. Optimalisasi bioindustri nanas adalah suatu upaya agar tidak ada bagian nanas yang terbuang. Daun, buah sampai janjang atau tandan kosong nanas harus bisa dimanfaatkan,” katanya. (Matra/Radesman Saragih)


Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama