“Bencana
banjir bandang yang melanda NTT ini memang memilukan. Ribuan rumah di
enam kabupaten di NTT hanyut tersapu banjir. Atap rumah orang banyak
berpindah menjadi atap rumah orang lain akibat tersapu banjir. Selain
itu berbagai fasilitas umum juga rusak berat diterjang banjir. Kemudian
ratusan warga NTT tewas, puluhan masih hilang dan ribuan warga
mengungsi,”kata warga Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),
Yos Kelen melalu pesan WhatsApp (WA) kepada medialintassumatera.com
(Matra), Kamis (8/4/2021).
Rasa pilu akibat banjir bandang yang
dirasakan masyarakat Bumi Flobamora (Flores, Sumba, Timor dan Alor)
tersebut tentunya juga bisa dirasakan warga masyarakat Indonesia bila
melihat betapa parahnya dampak banjir bandang yang melanda NTT.
Berdasakan keterangan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Letnan Jenderal TNI Doni Monardo melalui Kepala Pusat Data,
Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati di Jakarta, Rabu
(7/4/2021), total korban tewas akibat banjir bandang yang ditemukan di
enam kabupaten di Provinsi NTT sejak Minggu – Rabu (1 – 7/4/2021)
mencapai 138 orang.
Sedangkan
korban banjir bandang di daerah itu yang dinyatakan hilang dan tetap
dalam pencarian sebanyak 61 orang. Kemudian jumlah warga yang masih
mengungsi akibat banjir bandang di NTT hingga Rabu (7/4/2021) mencapai
8.424 orang. Korban meninggal, hilang dan mengungsi tersebut tersebar di
beberapa kabupaten dan satu kota.
Menurut Doni Monardo, jumlah
korban banjir bandang yang meninggal dunia di Flores Timur hingga Rabu
sudah mencapai 67 orang, Kabupaten Lembata (32 orang), Alor (25 orang),
Malaka (lima orang), Sabu Raijua (dua orang), Ende, Ngada dan Kota
Kupang masing-masing satu orang. Sedangkan 61 orang korban banjir
bandang NTT yang dinyatakan hilang tersebar di Kabupaten Lembata
sebanyak 35 orang, Alor (25 orang) dan Flores Timur (enam orang).
“Total
korban meninggal akibat banjir bandang di NTT yang sudah
berhasilditemukan sebanyak 138 orang. Sedangkan korban banjir bandang
yang hilang dan masih dalam pencarian sebanyak 61 orang,”katanya.
Doni
Monardo mengatakan, Tim BNPB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) se-Provinsi NTT didukung jajaran TNI/Polri dan para relawan masih
terus melakukan penanganan bencana banjir bandang di NTT. Penanganan
banjir tersebut tidak hanya pencarian korban hilang, tetapi juga
penanganan pengungsi, khususnya penyediaan bantuan rumah hunian
sementara (huntara), bantuan kebutuhan pangan, sandang, obat-obatan,
tenaga kesehatan dan bantuan lainnya.
Dijelaskan, para pengungsi
korban banjir bandang di NTT yang perlu mendapatkan bantuan mencapai
8.424 orang (2.019 kepala keluarga/KK). Para pengungsi korban bencana
banjir bandang di daerah tersebut tersebar di Kabupaten Sumba Timur
sekitar 7.212 orang (1.803 KK), Lembata 958 orang, Rote Ndao 672 orang
(153 KK), Sumba Barat sebanyak 284 orang (63 KK) dan Flores Timur 256
orang.
Menurut Doni Monardo, fokus utama penanganan bencana
bandang di NTT saat ini yaitu melakukan evakuasi dan penyelamatan
korban. Alat berat dan anjing pelacak sudah diterjunkan ke lokasi
bencana melakukan percepatan pencarian korban yang masih hilang.
Selain
itu, lanjutnya, BNPB juga sudah mengirimkan bantuan logistik dan non
logistik ke beberapa titik lokasi terdampak banjir. Penggunaan
helikopter cukup efektif melakukan evakuasi darurat serta mengirimkan
tenaga kesehatan ke daerah yang terisolir.
Dijelaskan, untuk
evakuasi korban melalui udara, BNPB sudah mendatangkan empat unit
helikopter ke NTT. Dua unit helikopter tersebut dikerahkan ke Maumere,
satu unit ke Kota Kupang dan satu unit lagi di Sumba. Dua unit lagi
helikopter akan diusahakan sampai di NTT, Kamis (8/4/2021).
Enam
helikopter yang dikerahkan ke NTT, yakni Heli MI-8 dengan daya angkut
delapan ton yang direposisi (dialihkan) dari Kalimantan Barat dan Heli
Kamov 32 A dengan daya angkut lima ton yang direposisi dari Riau.
Kemudian Heli EC-115 berkapasitas 12 tempat duduk, Heli AW 199
berkapasitas 7 tempat duduk, Heli jenis Bell 412EP dengan kapasitas 12
tempat duduk dan Heli AS-365 kapasitas 11 tempat duduk.
“Helikopter
tersebut akan difungsikan mendistribusikan logistik dan peralatan di
lokasi yang terisolir pasca terputusnya akses akibat longsor maupun
akses penyeberangan laut yang tidak memungkinkan akibat gelombang
tinggi. Selain itu, helikopter tersebut juga difungsikan guna
mengakomodir para warga yang membutuhkan pertolongan darurat terutama
kelompok rentan, sekaligus untuk mengangkut tim medis yang ditugaskan di
posko penanganan darura,”katanya.
Doni
Monardo mengatakan, kendala yang dialami tim penyelamat menemukan
jenazah di sejumlah daerah, terutama di Lembata dan Alor, antara lain
kesulitan untuk mobilisasi alat berat eskavator serta damtruck untuk
mengangkut batu yang ukurannya sangat besar. Selain itu terkendala cuaca
yang belum bersahabat.
“Cuaca
belum begitu bagus, sehingga sejumlah kapal yang mengangkut alat berat
ini tidak bisa berlayar. Mudah-mudahan cuaca malam ini semakin baik
sehingga alat berat bisa dikirim dari Larantuka ke Pulau
Adonara,”ujarnya.
Masih Terputus
Dikatakan,
berdasarkan laporan dari Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB
wilayah yang masih belum dapat diakses sepenuhnya meliputi Kabupaten
Malaka, Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata. Adapun akses darat
menuju wilayah Kabupaten Malaka masih terputus akibat longsor. Kemudian
Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata juga belum sepenuhnya
dapat diakses mengingat gelombang laut masih tinggi sehingga harus
menggunakan moda transportasi udara.
“Tim di lapangan juga
melaporkan bahwa kondisi Kota Kupang saat ini listrik belum sepenuhnya
pulih dan sinyal jaringan telekomunikasi selular juga masih dalam
kendala. Sejumlah pohon dan tiang papan reklame dilaporkan tumbang dan
sempat menutup beberapa akses jalan,”tambahnya.
Lebih lanjut
dikatakan, beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) di Kota KUpang
dan kabupaten lain di NTT masih belum beroperasi karena bangunan
mengalami kerusakan terdampak cuaca ekstrem sehingga menimbulkan antrean
panjang. Karena itu hingga kini masih banyak warga Kota Kupang yang
memilih tinggal di hotel yang menyediakan genset listrik untuk keperluan
mobilitas, sehingga banyak hotel penuh di ibukota Provinsi NTT
tersebut.
Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (4/4/2021). (Foto : BPBD Kabupaten Flores Timur). |
Kerugian Besar
Doni Monardo lebih
lanjut mengatakan, berdasarkan catatan BNPB, kerugian materil yang
diakibatkan bencana banjir bandang dan cuaca ekstrem di NTT cukup besar.
Kerugian tersebut antara lain, kerusakan sekitar 1.962 unit rumah
warga. Sekitar 119 unit rumah warga rusak berat, 118 unit rumah rusak
sedang dan 34 unit rumah rusak ringan. Sedangkan fasilitas umum yang
rusak sebanyak 99 unit, terdiri dari 14 unit rusak berat, satu unit
rusak sedang dan 84 rusak ringan.
Dijelaskan,
kerusakan rumah di Kota Kupang sebanyak 667 unit (10 unit rumah rusak
sedang dan 657 unit rumah rusak ringan). Kemudian di rumah warga yang
rusak di Kabupaten Flores Timur sebanyak 213 unit (82 unit rumah rusak
berat, 34 unit rumah rusak sedang dan 97 unit rumah rusak ringan).
Fasilitas umum yang rusak berat di Flores Timur serta sebanyak delapan
unit.
Sementara di Kabupaten Malaka, sekitar 1.154 unit rumah dan
dan 65 fasilitas umum terdampak atau rusak ringan. Sedangkan di
Kabupaten Ngada empat unit rumah rusak berat, dua unit rumah rusak
sedang dan satu fasilitas umum rusak ringan.
“Untuk wilayah
Kabupaten Sumba Barat, sebanyak 54 unit rumah terdampak. Di Kabupaten
Sumba Timur tujuh fasilitas umum terdampak. Kemudian di Kabupaten Rote
Ndao 12 unit rumah rusak berat. Di Kabupaten Alor, 21 unit rumah rusak
berat, 106 unit rumah rusak sedang, enam fasilitas umum rusak berat,
satu rusak sedang dan 11 rusak ringan,”ujarnya.
Menurut Doni
Monardo, bencana banjir bandang yang melanda NTT merupakan imbas dua
bibit siklon tropis yang berada tepat di wilayah NTT. Pulau Adonara di
Kabupaten Flores Timur adalah satu dari banyak tempat yang terkena
bencana dengan kerusakan dan korban jiwa paling parah.
“Cuaca ekstrem akibat siklon tropis Seroja masih berpotensi terjadi di kawasan NTT dalam beberapa hari ke depan,”katanya.
Disapu Banjir
Sementara
itu, Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi menjelaskan, daerah yang paling
parah dilanda banjir bandang di NTT, Minggu (4/4/2021) terdapat di Kota
Kupang dan tujuh kabupaten. Kabupaten tersebut, Kabupaten Alor,
Lembata, Flores Timur, Sumba Timur, Sumba Barat, Malaka dan Rote Ndao.
Di
Kabupaten Flores Timur, sedikitnya delapan desa di empat kecamatan
habis disapu banjir bandang. Kedelapan desa tersebut, Desa Nelemadike
dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng). Kemudian Desa Waiburak dan
Kelurahan Waiwerang (Kecamatan Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan
Pandai (Kecamatan Wotan Ulu Mado), Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa
(Kecamatan Adonara Barat).
Kemudian di Kabupaten Sumba Timur,
banjir bandang menerjang empat kecamatan, yaitu Kecamatan Kambera,
Pandawai, Karera dan Wulawujelu. Selain itu di Kota Kupang juga dilanda
banjir rob, longsor, angin kencang hingga gelombang pasang.
Untuk
wilayah Kabupaten Lembata banjir melanda Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape
Timur. Desa yang dilanda banjir dikecamatan tersebut, yaitu Desa
Waowala, Tanjung Batu, Amakala, Jontona, Lamawolo dan Waimatan.
Distribusi Bantuan
Dijelaskan,
BNPB juga memberikan bantuan dana hunian sementara sebesar Rp
500.000/KK/bulan kepada para pengungsi yang rumahnya terdampak bencana
banjir bandang, tanah longsor maupun gelombang pasang di NTT. Bantuan
tersebut dapat digunakan masyarakat yang rumahnya rusak akibat bencana
di wilayah NTT.
Para pengungsi, lanjutnya dapat menyewa tempat
tinggal di rumah sanak kerabatnya sehingga tidak berkumpul dan berkontak
langsung dalam tenda pengungsian. Kemudian bantuan tersebut juga bisa
digunakan mengantisipasi penularan Cocvi-19 di lokasi pengungsian.
"Penting
bagi kita untuk memperhatikan kondisi tenda pengungsi yang sempit
sehingga menjadi potensi penularan Covid-19. Untuk itu BNPB dan
Pemerintah Provinsi NTT akan memberikan bantuan berupa dana hunian
sementara sebesar 500 ribu rupiah per keluarga yang akan diberikan per
bulan,"kata Doni Monardo yang juga menjabat Ketua Satuan Tugas (Satgas)
Penanganan Covid -19 Nasional.
Menurut
Doni Monardo, BNPB telah melakukan pendistribusian logistik untuk
mendukung percepatan penanganan bencana di wilayah NTT dengan beberapa
tahap. Tahap pertama melalui perjalanan laut dengan Kapal Motor (KM)
Antar Pulau berupa 15 paket lauk pauk, 30 paket makanan siap saji dan 30
paket makanan tambah gizi.
Kemudian bantuan 280 lembar selimut,
600 lembar sarung, 1.000 lembar masker kain, 1.000 lembar masker medis,
2.250 alat rapid test antigen yang didistribusikan melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten Flores Timur yang ditujukan bagi korban terdampak di
Desa Wayburak, Kecamatan Waywerang Adonara Timur dan Desa
Nelelamadiken, Kecamatan Ileboleng Kabupaten Flores Timur.
“Kemudian
kami juga pendistribusian logistik tahap dua berupa 987 paket lauk
pauk, 972 paket makanan siap saji, 972 paket makanan tambah gizi, 2.720
lembar selimut dan 1.400 lembar sarung, 7.750 alat rapid test ke Desa
Nelamadiken, Kecamatan Ile Boleng dan Desa Waiburak, Kelurahan Waiwerang
Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur,”ujarnya.
Dikatakan,
bantuan dari berbagai pihak untuk korban bencana banjir di NTT juga
didistribusikan melalui udara antara lain dengan menggunakan pesawat
cargo melalui bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta menuju Bandara
Larantuka, Nusa Tenggara Timur dengan estimasi tiba pada hari ini, Rabu
(7/4/2021) pukul 08.00 pagi waktu Larantuka.
Bantuan
yang diangkut, jelasnya, merupakan bantuan dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia berupa 100.000 buah alatpelindung diri (APD), 100.000
lembar masker bedah, 100.000 lembar masker anak, 5.000 lembar masker
N95, dan 100.000 lembar masker kain. Terdapat pula bantuan dari BNPB
berupa; 360 paket lauk pauk, 360 paket makanan siap saji, 360 paket
makaan tambah gizi, dan 10.000 alat rapid antigen.
Sementara
itu, dari Surabaya dengan menggunakan pesawat kargo dikirimkan tambahan
bantuan enam set tenda keluarga serta bantuan dari Kementerian Sosial
diberangkatkan menuju Kupang, NTT, Rabu (7/4/2021.
Sedangkan
pengiriman bantuan melalui Bandar Udara Soekarno – Hatta, Tangerang,
Banten menggunakan pesawat kargo Myindo, Rabu (7/4/2021). Bantuan yang
dikirimkan antara lain bantuan BNPB berupa 295 buah kasur lipat, 5.000
lembar selimut dan 20.000 alat test antigen.
Kemudian sekitar 5.040 buah pembalut wanita, 260 paket perlengkapan bayi, 12 set tenda pengungsi, 642 paket lauk pauk, 408 paket makanan siap saji, 408 paket makanan tambah gizi, 50.000 lembar masker kain, 100.000 lembar masker medis dan 50.000 lembar kain anak.
Pendeta Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Distrik VII (Jakarta, Jawa, Kalimantan, Bali), Pdt John Ricky R Purba, MTh. (Foto : Matra/AdeSM) |
Gerakan Gereja
Secara terpisah, Pendeta (Pdt) Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Distrik (Wilayah) VII (Jakarta, Jawa, Kalimantan dan Bali), Pdt John Ricky R Purba, MTh kepada medialintassumatera.com (Matra), Kamis (8/4/2021) mengatakan, Gereja-gereja di Indonesia hendaknya bergerak cepat membantu korban banjir di NTT.
Menurut Pdt John Ricky R Purba, MTh, bantuan Gereja-gereja untuk korban bencana banjir bandang di NTT penting karena dampak banjir bandang tersebut cukup parah dan penangannya tampak masih sulit. Selain itu, Gereja-gereja di Indonesia juga perlu segera mengusahakan bantuan untuk korban banjir bandang di NTT karena sebagian besar korban banjir merupakan saudara seiman yang juga menjadi bagian dari anggota gereja Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).
“Gereja-gereja di Indonesia,
termasuk GKPS perlu bergerak cepat mengusahakan bantuan kepada para korban
banjir bandang di NTT. Bantuan yang mungkin sangat dibutuhkan para korban
banjir, yaitu selimut dan pakaian. Bantuan itu penting karena korban banjir
masih banyak di pengungsian. Kalau bantuan kebutuhan pokok dan obat-obatan
mungkin sudah banyak diberikan pemerintah,”ujarnya.(Matra/AdeSM/RelBNPB)
Posting Komentar