. Bencana Banjir Bandang NTT, Duka Paskah di Bumi Flobamora

Bencana Banjir Bandang NTT, Duka Paskah di Bumi Flobamora

 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI, Doni Monardo (kanan) meninjau lokasi bencana banjir bandang di Kabupaten Lembata, Provinsi  Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa, 6 April 2021. (Foto: BNPB)

(Matra, Jambi) - Suka cita warga masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyambut hari kebangkitan Tuhan Yesus Kristus atau Paskah, Minggu (4/4/2021) benar-benar berubah menjadi duka nestapa. Di saat warga masyarakat bersiap menyambut Paskah, banjir bandang tanpa disangka tiba-tiba menerjang daerah mereka Minggu dini hari.

“Bencana banjir bandang yang melanda NTT ini memang memilukan. Ribuan rumah di enam kabupaten di NTT hanyut tersapu banjir. Atap rumah orang banyak berpindah menjadi atap rumah orang lain akibat tersapu banjir. Selain itu berbagai fasilitas umum juga rusak berat diterjang banjir. Kemudian ratusan warga NTT tewas, puluhan masih hilang dan  ribuan warga mengungsi,”kata warga Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Yos Kelen melalu pesan WhatsApp (WA) kepada medialintassumatera.com (Matra), Kamis (8/4/2021).

Rasa pilu akibat banjir bandang yang dirasakan masyarakat Bumi Flobamora (Flores, Sumba, Timor dan Alor) tersebut tentunya juga bisa dirasakan warga masyarakat Indonesia bila melihat betapa parahnya dampak banjir bandang yang melanda NTT. Berdasakan keterangan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Doni Monardo melalui Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati di Jakarta, Rabu (7/4/2021), total korban tewas akibat banjir bandang yang ditemukan di enam kabupaten di Provinsi NTT sejak Minggu – Rabu (1 – 7/4/2021) mencapai 138 orang.

Sedangkan korban banjir bandang di daerah itu yang dinyatakan hilang dan tetap dalam pencarian sebanyak 61 orang. Kemudian jumlah warga yang masih mengungsi akibat banjir bandang di NTT hingga Rabu (7/4/2021) mencapai 8.424 orang. Korban meninggal, hilang dan mengungsi tersebut tersebar di beberapa kabupaten dan satu kota.

Menurut Doni Monardo, jumlah korban banjir bandang yang meninggal dunia di Flores Timur hingga Rabu sudah mencapai 67 orang, Kabupaten Lembata (32 orang), Alor (25 orang), Malaka (lima orang), Sabu Raijua (dua orang), Ende, Ngada dan Kota Kupang masing-masing satu orang. Sedangkan 61 orang korban banjir bandang NTT yang dinyatakan hilang tersebar di Kabupaten Lembata sebanyak 35 orang, Alor (25 orang) dan Flores Timur (enam orang).

“Total korban meninggal akibat banjir bandang di NTT yang sudah berhasilditemukan sebanyak 138 orang. Sedangkan korban banjir bandang yang hilang dan masih dalam pencarian sebanyak 61 orang,”katanya.

Heli AS-365 milik BNPB dikerahkan melakukan penanganan darurat bencana banjir bandang dan tanah longsor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). (Foto : KedeputianBidang Penanganan Darurat BNPB). 
 
Fokus Utama

Doni Monardo mengatakan, Tim BNPB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se-Provinsi NTT didukung jajaran TNI/Polri dan para relawan masih terus melakukan penanganan bencana banjir bandang di NTT. Penanganan banjir tersebut tidak hanya pencarian korban hilang, tetapi juga penanganan pengungsi, khususnya penyediaan bantuan rumah hunian sementara (huntara), bantuan kebutuhan pangan, sandang, obat-obatan, tenaga kesehatan dan bantuan lainnya.

Dijelaskan, para pengungsi korban banjir bandang di NTT yang perlu mendapatkan bantuan mencapai 8.424 orang (2.019 kepala keluarga/KK). Para pengungsi korban bencana banjir bandang di daerah tersebut tersebar di Kabupaten Sumba Timur sekitar 7.212 orang (1.803 KK), Lembata 958 orang, Rote Ndao 672 orang (153 KK), Sumba Barat sebanyak 284 orang (63 KK) dan Flores Timur 256 orang.

Menurut Doni Monardo, fokus utama penanganan bencana bandang di NTT saat ini yaitu melakukan evakuasi dan penyelamatan korban. Alat berat dan anjing pelacak sudah diterjunkan ke lokasi bencana melakukan percepatan pencarian korban yang masih hilang.

Selain itu, lanjutnya, BNPB juga sudah mengirimkan bantuan logistik dan non logistik ke beberapa titik lokasi terdampak banjir. Penggunaan helikopter cukup efektif melakukan evakuasi darurat serta mengirimkan tenaga kesehatan ke daerah yang terisolir.

Dijelaskan, untuk evakuasi korban melalui udara, BNPB sudah mendatangkan empat unit helikopter ke NTT. Dua unit helikopter tersebut dikerahkan ke Maumere, satu unit ke Kota Kupang dan satu unit lagi di Sumba. Dua unit lagi helikopter  akan diusahakan sampai di NTT, Kamis (8/4/2021).

Enam helikopter yang dikerahkan ke NTT, yakni Heli MI-8 dengan daya angkut delapan ton yang direposisi (dialihkan) dari Kalimantan Barat dan Heli Kamov 32 A dengan daya angkut lima ton yang direposisi dari Riau. Kemudian Heli EC-115 berkapasitas 12 tempat duduk, Heli AW 199 berkapasitas 7 tempat duduk, Heli jenis Bell 412EP dengan kapasitas 12 tempat duduk dan Heli AS-365 kapasitas 11 tempat duduk.

“Helikopter tersebut akan difungsikan mendistribusikan logistik dan peralatan di lokasi yang terisolir pasca terputusnya akses akibat longsor maupun akses penyeberangan laut yang tidak memungkinkan akibat gelombang tinggi. Selain itu, helikopter tersebut juga difungsikan guna mengakomodir para warga yang membutuhkan pertolongan darurat terutama kelompok rentan, sekaligus untuk mengangkut tim medis yang ditugaskan di posko penanganan darura,”katanya.

Doni Monardo mengatakan, kendala yang dialami tim penyelamat menemukan jenazah di sejumlah daerah, terutama di Lembata dan Alor, antara lain kesulitan untuk mobilisasi alat berat eskavator serta damtruck untuk mengangkut batu yang ukurannya sangat besar. Selain itu terkendala cuaca yang belum bersahabat.

“Cuaca belum begitu bagus, sehingga sejumlah kapal yang mengangkut alat berat ini tidak bisa berlayar. Mudah-mudahan cuaca malam ini semakin baik sehingga alat berat bisa dikirim dari Larantuka ke Pulau Adonara,”ujarnya.

Banjir bandang yang melanda Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (4/42021) membuat banyak jembatan putus. Untuk menghubungkan beberapa desa yang dilanda banjir mengandalkan jembatan darurat. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo (kiri depan) menyeberangi jembatan darurat di Desa Taramana, Kepulauan Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Rabu (7/4/2021). (Foto: Komunikasi Kebencanaan BNPB/Apri Setiawan).

Masih Terputus

Dikatakan, berdasarkan laporan dari Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB wilayah yang masih belum dapat diakses sepenuhnya meliputi Kabupaten Malaka, Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata. Adapun akses darat menuju wilayah Kabupaten Malaka masih terputus akibat longsor. Kemudian Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata juga belum sepenuhnya dapat diakses mengingat gelombang laut masih tinggi sehingga harus menggunakan moda transportasi udara.

“Tim di lapangan juga melaporkan bahwa kondisi Kota Kupang saat ini listrik belum sepenuhnya pulih dan sinyal jaringan telekomunikasi selular juga masih dalam kendala. Sejumlah pohon dan tiang papan reklame dilaporkan tumbang dan sempat menutup beberapa akses jalan,”tambahnya.

Lebih lanjut dikatakan, beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) di Kota KUpang dan kabupaten lain di NTT masih belum beroperasi karena bangunan mengalami kerusakan terdampak cuaca ekstrem sehingga menimbulkan antrean panjang. Karena itu hingga kini masih banyak warga Kota Kupang yang memilih tinggal di hotel yang menyediakan genset listrik untuk keperluan mobilitas, sehingga banyak hotel penuh di ibukota Provinsi NTT tersebut.

Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (4/4/2021). (Foto : BPBD Kabupaten Flores Timur).

Kerugian Besar 

Doni Monardo lebih lanjut mengatakan, berdasarkan catatan BNPB, kerugian materil yang diakibatkan bencana banjir bandang dan cuaca ekstrem di NTT cukup besar. Kerugian tersebut antara lain, kerusakan sekitar 1.962 unit rumah warga. Sekitar 119 unit rumah warga rusak berat, 118 unit rumah rusak sedang dan 34 unit rumah rusak ringan. Sedangkan fasilitas umum  yang rusak sebanyak 99 unit, terdiri dari 14 unit rusak berat, satu unit rusak sedang dan 84 rusak ringan.

Dijelaskan, kerusakan rumah di Kota Kupang sebanyak 667 unit (10 unit rumah rusak sedang dan 657 unit rumah rusak ringan). Kemudian di rumah warga yang rusak di Kabupaten Flores Timur sebanyak 213 unit (82 unit rumah rusak berat, 34 unit rumah rusak sedang dan 97 unit rumah rusak ringan). Fasilitas umum yang rusak berat di Flores Timur  serta sebanyak delapan unit.

Sementara di Kabupaten Malaka, sekitar 1.154 unit rumah dan dan 65 fasilitas umum terdampak atau rusak ringan. Sedangkan di Kabupaten Ngada empat unit rumah rusak berat, dua unit rumah rusak sedang dan satu fasilitas umum rusak ringan.

“Untuk wilayah Kabupaten Sumba Barat, sebanyak 54 unit rumah terdampak. Di Kabupaten Sumba Timur tujuh fasilitas umum terdampak. Kemudian di Kabupaten Rote Ndao 12 unit rumah rusak berat. Di Kabupaten Alor, 21 unit rumah rusak berat, 106 unit rumah rusak sedang, enam fasilitas umum rusak berat, satu rusak sedang dan 11 rusak ringan,”ujarnya.

Menurut Doni Monardo, bencana banjir bandang yang melanda NTT merupakan imbas dua bibit siklon tropis yang berada tepat di wilayah NTT. Pulau Adonara di Kabupaten Flores Timur adalah satu dari banyak tempat yang terkena bencana dengan kerusakan dan korban jiwa paling parah.

“Cuaca ekstrem akibat siklon tropis Seroja masih berpotensi terjadi di kawasan NTT dalam beberapa hari ke depan,”katanya.

Disapu Banjir

Sementara itu, Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi menjelaskan, daerah yang paling parah dilanda banjir bandang di  NTT, Minggu (4/4/2021) terdapat di Kota Kupang dan tujuh kabupaten. Kabupaten tersebut,  Kabupaten Alor, Lembata, Flores Timur, Sumba Timur, Sumba Barat, Malaka  dan Rote Ndao.

Di Kabupaten Flores Timur, sedikitnya delapan desa di empat kecamatan habis disapu banjir bandang. Kedelapan desa tersebut, Desa Nelemadike dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng). Kemudian Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang (Kecamatan Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan Pandai (Kecamatan Wotan Ulu Mado), Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa (Kecamatan Adonara Barat).

Kemudian di Kabupaten Sumba Timur, banjir bandang menerjang empat kecamatan, yaitu Kecamatan Kambera, Pandawai, Karera dan Wulawujelu. Selain itu di Kota Kupang juga dilanda banjir rob, longsor, angin kencang hingga gelombang pasang.

Untuk wilayah Kabupaten Lembata banjir melanda Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur. Desa yang dilanda banjir dikecamatan tersebut, yaitu Desa Waowala, Tanjung Batu, Amakala, Jontona, Lamawolo dan Waimatan.

Distribusi Bantuan

Dijelaskan, BNPB juga memberikan bantuan dana hunian sementara sebesar Rp 500.000/KK/bulan kepada para pengungsi yang rumahnya terdampak bencana banjir bandang, tanah longsor maupun gelombang pasang di  NTT.  Bantuan tersebut dapat digunakan masyarakat yang rumahnya rusak akibat bencana di wilayah NTT.

Para pengungsi, lanjutnya dapat menyewa tempat tinggal di rumah sanak kerabatnya sehingga tidak berkumpul dan berkontak langsung dalam tenda pengungsian. Kemudian bantuan tersebut juga bisa digunakan mengantisipasi penularan Cocvi-19 di lokasi pengungsian.

"Penting bagi kita untuk memperhatikan kondisi tenda pengungsi yang sempit sehingga menjadi potensi penularan Covid-19. Untuk itu BNPB dan Pemerintah Provinsi NTT akan memberikan bantuan berupa dana hunian sementara sebesar 500 ribu rupiah per keluarga yang akan diberikan per bulan,"kata Doni Monardo yang juga menjabat Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid -19 Nasional.

Menurut Doni Monardo, BNPB telah melakukan pendistribusian logistik untuk mendukung percepatan penanganan bencana di wilayah NTT dengan beberapa tahap. Tahap pertama melalui perjalanan laut dengan Kapal Motor (KM) Antar Pulau berupa 15 paket lauk pauk, 30 paket makanan siap saji dan 30 paket makanan tambah gizi.

Kemudian bantuan 280 lembar selimut, 600 lembar sarung, 1.000 lembar masker kain, 1.000 lembar masker medis, 2.250 alat rapid test antigen yang didistribusikan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur yang ditujukan bagi korban terdampak di Desa Wayburak, Kecamatan Waywerang Adonara Timur dan Desa Nelelamadiken, Kecamatan Ileboleng Kabupaten Flores Timur.

“Kemudian kami juga pendistribusian logistik tahap dua berupa 987 paket lauk pauk, 972 paket makanan siap saji, 972 paket makanan tambah gizi, 2.720 lembar selimut dan 1.400 lembar sarung, 7.750 alat rapid test ke Desa Nelamadiken, Kecamatan Ile Boleng dan Desa Waiburak, Kelurahan Waiwerang Kecamatan Adonara Timur,  Kabupaten Flores Timur,”ujarnya.

Dikatakan, bantuan dari berbagai pihak untuk korban bencana banjir di NTT juga didistribusikan melalui udara antara lain dengan menggunakan pesawat cargo melalui bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta menuju Bandara Larantuka, Nusa Tenggara Timur dengan estimasi tiba pada hari ini, Rabu (7/4/2021) pukul 08.00 pagi waktu Larantuka.

Bantuan yang diangkut, jelasnya, merupakan bantuan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berupa 100.000 buah alatpelindung diri (APD), 100.000 lembar masker bedah, 100.000 lembar masker anak, 5.000 lembar masker N95, dan 100.000 lembar masker kain. Terdapat pula bantuan dari BNPB berupa; 360 paket lauk pauk, 360 paket makanan siap saji, 360 paket makaan tambah gizi, dan 10.000 alat rapid antigen.

Sementara itu, dari Surabaya dengan menggunakan pesawat kargo dikirimkan tambahan bantuan enam set tenda keluarga serta bantuan dari Kementerian Sosial diberangkatkan menuju Kupang, NTT, Rabu (7/4/2021.

Sedangkan pengiriman bantuan melalui Bandar Udara Soekarno – Hatta, Tangerang, Banten menggunakan pesawat kargo Myindo, Rabu (7/4/2021). Bantuan yang dikirimkan antara lain bantuan BNPB berupa 295 buah kasur lipat, 5.000 lembar selimut dan 20.000 alat test antigen.

Kemudian sekitar 5.040 buah pembalut wanita, 260 paket perlengkapan bayi, 12 set tenda pengungsi, 642 paket lauk pauk, 408 paket makanan siap saji, 408 paket makanan tambah gizi, 50.000 lembar masker kain, 100.000 lembar masker medis dan 50.000 lembar kain anak. 

Pendeta Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Distrik VII (Jakarta, Jawa, Kalimantan, Bali), Pdt John Ricky R Purba, MTh. (Foto : Matra/AdeSM)

Gerakan Gereja

Secara terpisah, Pendeta (Pdt) Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Distrik (Wilayah) VII (Jakarta, Jawa, Kalimantan dan Bali), Pdt John Ricky R Purba, MTh kepada medialintassumatera.com (Matra), Kamis (8/4/2021) mengatakan, Gereja-gereja di Indonesia hendaknya bergerak cepat membantu korban banjir di NTT.

Menurut Pdt John Ricky R Purba, MTh, bantuan Gereja-gereja untuk korban bencana banjir bandang di NTT penting karena dampak banjir bandang tersebut cukup parah dan penangannya tampak masih sulit. Selain itu, Gereja-gereja di Indonesia juga perlu segera mengusahakan bantuan untuk korban banjir bandang di NTT karena sebagian besar korban banjir merupakan saudara seiman yang juga menjadi bagian dari anggota gereja Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

 “Gereja-gereja di Indonesia, termasuk GKPS perlu bergerak cepat mengusahakan bantuan kepada para korban banjir bandang di NTT. Bantuan yang mungkin sangat dibutuhkan para korban banjir, yaitu selimut dan pakaian. Bantuan itu penting karena korban banjir masih banyak di pengungsian. Kalau bantuan kebutuhan pokok dan obat-obatan mungkin sudah banyak diberikan pemerintah,”ujarnya.(Matra/AdeSM/RelBNPB)


Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama