Foto Kolase WA/Beritasimalungun.com |
Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatra Utara dan menjadi puncak tertinggi ke 2 di provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.451 meter. Dari Wikipedia mencatat, letusan terakhir: 9 Juni 2019 Trending dengan ketinggian: 2.460 m. Ketinggian relatif: 1.143 m. Busur atau sabuk vulkanik: Busur Sunda. Jenis gunung Stratovolcano.
Seorang warga yang bermukim di Jalan Udara, Kota Berastagi, Karo, bernama Chandra mengungkapkan, abu vulkanik Sinabung menyelimuti kawasan tempat tinggalnya. Hal ini dikarenakan tebalnya abu vulkanik.
"Saat ini Berastagi gelap, bahkan lampu solar cell otomatis menyala akibat gelapnya kawasan Berastagi," kata Chandra, Senin (10/8/2020), seperti dilansir media siber.
Kata Chandra, kondisi tersebut terjadi sejak pukul 10.45 WIB. Saat ini kondisi warga di kawasan Jalan Udara mengungsi ke rumah saudara, bahkan ada juga yang bertahan di rumah masing-masing. “Situasi jam 10 pagi seperti jam 10 malam. Abu vulkanik Sinabung sangat pekat," ungkapnya.
Seorang warga Berastagi, Jalan Udara, Desa Semangat, Bobby mengatakan, tebalnya abu vulkanik menyebabkan jalan raya di seputaran Kota Berastagi tertutup.
Warga lainnya, yang juga bermukim di Jalan Udara, Bobby menyebut, tebalnya abu vulkanik menyebabkan jalan raya di seputaran Kota Berastagi tertutup. “Akibat abu pekat, pengguna jalan terganggu," ujar Bobby.
Dikatakan, erupsi Sinabung kali ini terjadi pada pukul 10.16 WIB. Bobby mengakui, saat erupsi terjadi suara gemuruh terdengar. Tidak lama berselang, hujan abu terjadi. “Suara gemuruh tadi kami dengar, ternyata Sinabung kembali erupsi. Abunya sampai sini (Berastagi). Hujan abu vulkanik masih terjadi di Berastagi," sebutnya.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Badan Geologi dan PVMBG, Armen Putra menerangkan, Sinabung kembali erupsi dengan mengeluarkan abu vulkanik mencapai lebih kurang 5.000 meter.
“Erupsi menyebabkan kolom abu berwarna cokelat gelap dan mengarah timur dan tenggara," ucapnya.
Gunung Sinabung pada Sabtu, 8 Agustus 2020, juga erupsi dengan ketinggian abu vulkanik 2.000 meter. Erupsi pertama pukul 01.58 WIB, dan abu vulkanik terdistribusi di beberapa kecamatan di Kabupaten Karo.
Kemudian pada sore harinya pukul 17.18 WIB, Gunung Sinabung kembali erupsi dengan mengeluarkan abu vulkanik sejauh lebih kurang 1.000 meter.
"Tingkat kegempaan Gunung Sinabung masih terus meningkat, dan berpotensi kembali terjadi erupsi susulan. Status Gunung Sinabung masih Siaga Level III," tandasnya.
Sinabung 5 Tahun Terakhir
Mengutip dari KOMPAS.com, Gunung Sinabung yang secara administratif terletak di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara masuk dalam salah satu gunung api aktif di Indonesia. Pada Senin (10/8/2020), gunung ini kembali mengalami erupsi pukul 10.16 WIB dengan ketinggian kolom abu sekitar 5.000 meter di atas puncak.
Sesaat kemudian, disusul dengan erupsi berikutnya pada pukul 11.17 WIB, di mana teramati tinggi kolom abu kurang lebih 2.000 meter di atas puncak.
Mengenal Gunung Sinabung Gunung Sinabung telah meletus berkali-kali sejak zaman dahulu. Meski begitu, tidak banyak diketahui dan tidak terdapat dalam catatan sejarah dan literatur terkait sejarah kegiatan gunung ini.
Melansir situs resmi vsi.esdm.go.id, sebelum tahun 1600, aktivititas terakhir yang ditimbulkan oleh gunung api ini berupa muntahan batuan piroklastik dan aliran lahar yang mengalir ke arah selatan. Gunung dengan ketinggian 2.460 meter dari permukaan laut ini pada tahun 1912 mengalami aktivitas solfatara di puncak dan lereng atas.
Sementara pada tahun 2010, terjadi beberapa kali letusan yang di antaranya merupakan letusan freatik. Baca juga: Gunung Sinabung Kembali Erupsi, Tinggi Kolom Abu 2.000 Meter dari Puncak Sejarah letusan Pasca peningkatan aktivitas vulkanik gunung ini dari waspada menjadi siaga pada 3 November 2013, disebutkan bahwa aktivitas vulkanik meningkat secara fluktuatif hingga 22 November 2013 dan meningkat secara siginifikan pada 23-24 November 2013.
Sebab itu, tingkat aktivitas gunung sinabung dinaikkan dari level III atau siaga menjadi level IV atau awas pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 WIB. Namun, sejak 8 April 2014 pukul 17.00 WIB tingkat aktivitas Gunung Sinabung diturunkan dari level IV atau awas menjadi level III atau siaga.
Aktivitas gunung ini meningkat kembali secara visual dan instrumen, sehingga terhitung sejak 2 Juni 2015 Pukul 23.00 WIB dinaikkan dari level III atau siaga menjadi level IV atau awas. Kemudian status aktivitas Gunungn Sinabung kembali diturunkan menjadi level III pada 20 Mei 2019 pukul 10.00 WIB.
Pada 3 Januari 2015, sekitar pukul 08.30 WIB, Gunung Sinabung meletus dengan tinggi kolom mencapai 3 km, disertai awan panas sejauh 4 km ke arah selatan. Tercatat adanya 24 kali guguran awan panas dari puncak dan tinggi abu 500-3.000 meter. Pada 2-3 April 2015, aktivitas gunung ini meningkat dan mengeluarkan awan panas.
Guguran awan panas mengalir dalam radius 3,5-4 kilometer dari puncak. Selanjutnya, pada 4 Agustus 2015, terjadi guguran lava pijar sejauh 700-1.500 meter dengan 35 kali guguran dan tremor terus menerus.
Tinggi kolom abu vulkanik teramati setinggi 1.500 meter, disusul setinggi 2.000 meter pada sore harinya. Pada 15 September 2015, Gunung Sinabung erupsi kembali dengan guguran awan panas mencapai 3.000 meter dan tinggi kolom abu erupsi 2.500 meter.
Terdapat guguran awan panas susulan sejauh 4.000 meter dan tinggi kolom abu vulkanik 3.000 meter. Gunung ini kembali mengeluarkan awan panas pada 17 November 2015, dengan jarak luncur mencapai 4.000 meter dan tinggi kolom abu mencapai 2.000 meter.
Sehari sebelumnya, guguran awan panas terjadi empat kali dengan jarak luncur mencapai 3.500 meter. Petugas memperingatkan dua warga yang hendak keluar dari zona merah erupsi Sinabung di portal simpang Sibintun, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Rabu (2/11/2016).
Pada 25 Februari 2016, gunung ini menyemburkan lava pijar sejauh 500 meter dengan tinggi kolom abu 2.000 meter. Erupsi kembali terjadi pada 22 Mei 2016, di mana peristiwa ini memakan korban jiawa karena luncuran awan panas.
Pada 21 Februari 2017, gunung ini mengalami tiga kali erupsi. Tinggi kolom letusan pertama tidak dapat diamati lantaran cuaca saat itu berkabut. Sementara, letusan kedua dan ketiga dengan semburan abu vulkanik setinggi 2.500 meter dan 1.000 meter.
Beberapa bulan kemudian, Sinabung erupsi kembali pada 2-3 Agustus 2017. Letusan tersebut menghancurkan kubah lava di puncak lebih dari 2,3 juta meter kubik. Kubah lava ini dibangun sejak April 2017 oleh gunung yang berada dalam tingkat kegiatan awas atau level IV.
Erupsi tipe letusan menghasilkan kolom abu pekat mencapai ketinggian 4.200 m dan awan panas guguran yang meluncur ke arah tenggara dan timur sejauh 2.500-4.500 m mencapai Sungai Laborus. Tidak ada korban jiwa dalam erupsi berlangsung.
Namun, kerugian dialami oleh petani sayur-sayuran karena tanaman mati diguyur abu. Pasca letusan 2-3 Agustus 2017 volume kubah lava yang diukur kembali pada 6 Agustus 2017 tersisa sedikit 23.700 meter kubik.
Pada 19 Februari 2018, Sinabung erupsi kembali dengan tinggi kolom 5.000 meter, amplitudo 120 milimeter, dengan lama gempa 607 detik. Dua bulan kemudian, pada 6 April 2018, Gunung Sinabung meletus dengan tinggi kolom abu lebih dari 5.000 meter.
Erupsi tersebut terjadi setelah hampir dua bulan terakhir, gunung api ini mengalami letusan-letusan kecil. 2019 Lihat Foto Pengendara melintas dengan latar belakang Gunung Sinabung menyemburkan material vulkanik saat erupsi, di Karo, Sumatera Utara, Minggu (9/6/2019).
Pada 7 Mei 2019 pukul 07.28 WIB, tinggi kolom abu letusan dari Gunung Sinabung teramati kurang lebih 2.000 meter di atas puncak atau 4.460 m di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah tenggara.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 120 mm dan durasi 42 menit 49 detik. Pada 11 Mei 2019 pukul 20.39 WIB, gunung api ini kembali mengalami erupsi dengan amplitudo maksimum 9 mm dan durasi kurang lebih selama 33 menit.
Gunung Sinabung erupsi pada 8 Agustus 2020 pukul 01.58 WIB dengan tinggi kolom abu kurang lebih 2.000 meter di atas puncak. Setelah itu, terjadi erupsi susulan pukul 17.18 WIB dengan tinggi kolom abu yang teramati sekitar 1.000 meter di atas puncak.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah timur dan tenggara. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 60 mm dan durasi 2183 detik. Berselang dua hari, gunung api ini kembali erupsi, pada 10 Agustus 2020 pukul 10.16 WIB dengan kolom abu teramati sekitar 5.000 m di atas puncak. Sejauh ini, tercatat erupsi susulan pukul 11.17 WIB dengan kolom abu setinggi 2.000 m di atas puncak.(Berbagaisumber/Asenk Lee Saragih)
Posting Komentar