Seekor harimau Sumatera yang memangsa manusia di Kabupaten Merangin, Jambi baru-baru ini berhasil ditangkap petugas BKSDA Jambi. (Foto : Matra/Ist).
(Matra, Jambi) – Konflik antara satwa langka dilindungi di Provinsi Jambi semakin sering terjadi menyusul semakin rusaknya hutan. Kerusakan hutan yang nyebabkan hilangnya habitat dan sumber makanan membuat satwa dilindungi kerap menyerang atau konflik dengan manusia.
Salah satu satwa langka dilindungi yang sering menyerang atau memangsa manusia di Jambi, yakni harimau Sumatera (Pantheratigris sumatrae). Kasus terbaru keganasan si “Raja Hutan” mengsa manusia, yakni tewasnya Bima Mubarok (19), seorang karyawan perusahaan hutan tanaman industri (HTI) PT Putra Duta Indah Wood (PDIW) di areal HTI, Kecamatan Kumpehilir, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. Sedangkan akhir Maret lalu, seorang karyawan PT PDIW juga tewas diterkam harimau Sumatera di lokasi HTI.
Berdasarkan catatan yang dihimpun medialintassumatera.com (Matra) Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Kamis (21/4/2022), serangan harimau Sumatera terhadap manusia juga pernah terjadi di areal HTI PDIW tahun 2009. Ketika itu, sembilan orang pelaku penebangan hutan tewas dimangsa si raja hutan. Seekor harimau Sumatera pemangsa manusia yang diberi nama Salma berhasil ditangkap.
Sedangkan harimau Sumatera yang menyerang karyawan PT PDIW, Bima Mubarok hingga Jumat (22/4/2022) masih diburu petugas Balai Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Provinsi Jambi.
Aktivitas Malam
Kapolres Muarojambi, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Yuyan Priatmaja kepada wartawan di Muarojambi, Kamis (21/4/2022) menjelaskan, Bima Mubarok, warga Tanjungraden, Danauteluk, Kota Jambi yang bekerja di areal PT PIDW diserang harimau Sumatera ketika melakukan aktivitas di malam hari.
Korban diterkam harimau Sumatera ketika buang hajat di sungai yang berada di belakang camp (tenda penginapan), Selasa (19/4/2022) malam sekitar pukul 20.25 WIB. Saat itu korban yang bekerja di perusahaan kontraktor PT POC sendirian ke luar camp. Korban diketahui diserang harimau Sumatera karena rekan kerjanya yang tinggal di camp mengetahui korban tidak kembali ke camp hingga beberapa jam. Kasus tersebut pun langsung dilaporkan kepada pihak kepolisian dan BKSDA Jambi.
“Petugas menemukan jasad korban di sungai dekat camp, Rabu (20/4/2022). Jenazah korban yang sudah luka parah pun akhirnya dievakusi dari lokasi dan diserahkan kepada keluarga,”katanya.
Dijelaskan, pada Jumat (25/3/2022) siang, seorang karyawan PT PDIW asal Riau, Firdaus (42) juga tewas diterkam harimau Sumatera di kawasan konsesi perusahaan tersebut, Kumpehilir. Korban yang merupakan warga warga Jalan Manggis Desa Perawangbarat, Kecamatan Tualang, Siak, Riau diterkam harimau Sumatera ketika beristirahat di lokasi hutan. Sedangkan rekan kerjanya selamat karena berada di atas eskavator (alat berat).
“Ketika diserang harimau, korban berlari ke semak – semak di lokasi kejadian. Akhirnya korban diterkam harimau. Ketika ditemukan, kepal dan jari-jari tangan korban sudah hilang,”katanya.
Dijelaskan, mencegah terkadinya kembali serangan harimau terhadap pekerja perusahaan, petani dan warga, Polres Muarojambi dan BKSDA Provinsi Jambi sudah membentuk tim gabungan memburu harimau Sumatera yang menyerang manusia tersebut.
“Satuan gabungan Polsek Kumpehilir, Polres Muarojambi dan BKSDA Provinsi Jambi masih berada di lapangan, yakni di Desa Puding, Kumpeh,”ujarnya.
Sementara itu, Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh mengatakan, pihaknya sudah menurunkan personil polisi kehutanan mencari keberadaan harimau yang menyerang manusia di Kumpehilir tersebut.
“Petugas kami masih di lapangan. Petugas sudah memasang kamera pengintai guna mengetahui jejak harimau tersebut,”katanya.
Secara terpisah, Wakil Direktur KKI Warsi Jambi didampingi Koordinator Kemunikasi dan Publikasi KKI Warsi Jambi, Sukmareni mengatakan, kebaradaan harimau Sumatera di areal konsesi hutan ekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT PDIW, Kumpehilir memang sering terpantau.
Areal konsesi eks HPH tersebut daerah merupakan jalur lintasan harimau Sumatera. Harimau Sumatera yang menjelajah ke areal eks HPH tersebut diduga berasal dari habitatnya di Taman Nasional Berbak Sembilang yang tak jauh dari areal konsesi tersebut.
“Kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang menyatu dengan kawasan hutan produksi yang selama ini dikuasai PT Putra Duta Indah Wood dan PT Pesona Belantara. Kawasan taman ansional tersebut menyatu dengan hutan produksi yang diuasai Sinar Mas Forestry,”katanya.
Konflik harimau Sumatera dengan manusia di Jambi diperkirakan bakal masih terus terjadi karena kawasan hutan yang menjadi habitat harimau semakin rusak. Kerusakan hutan membuat harimau mendekati lokasi kegiatan manusia, termasuk perkampungan warga.
Semakin langkanya sumber makanan harimau Sumatera di kawasan hutan seperti babi hutan, rusa dan jenis binatang lainnya, membuat harimau datang ke permukiman warga memangsa ternak dan akhirnya memangsa manusia.
Data BKSDA Provinsi Jambi menunjukkan, selama tahun 2020 terjadi dua kasus keganasan harimau yang menewaskan dua orang warga Jambi. Kemudian tahun 2021, dua orang warga Jambi tewas dan seorang luka serius akibat serangan harimau Sumatera. Sedangkan tahun ini, sudah dua orang warga Jambi tewas di dalam cakaran kuku dan cabikan taring si raja hutan. (Matra/Radesman Saragih/BerbagaiSumber).
Posting Komentar