Presiden Joko Widodo (kanan) memberikan bingkisan kepada seorang anak saat mengunjungi posko pengungsi korban erupsi Gunung Semeru di Lapangan Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (7/12/2021). (Foto : Matra/Setpres)
(Matra, Jakarta) – Jumlah korban tewas akibat letusan (erupsi) Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur (Jatim) terus bertambah menyusul intensifnya pencarian korban yang dilakukan di desa-desa sekitar gunung tersebut. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa (7/12/2021) malam, jumlah korban tewas letusan Gunung Semeru sudah mencapai 34 orang. Sedangkan 17 orang korban lainnya yang dinyatakan hilang masih terus dicari.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari di Jakarta, Rabu (8/12/2021) menjelaskan, korban tewas letusan Gunung Semeru yang sudah ditemukan sebanyak 34 orang. Kemudian korban hilang sebanyak 17 orang. Sedangkan korban luka-luka sebanyak 56 orang dan korban yang mengungsi sekitar 5.205 orang.
"Terkait jumlah warga yang dinyatakan hilang dan luka, posko masih melakukan pemutakhiran data dan validasi. Pencarian korban hilang juga masih terus dilakukan,"katanya.
Dijelaskan, selain dampak korban jiwa, erupsi Gunung Semeru juga mengakibatkan sekitar 2.970 unit rumah penduduk rusak. Pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang masih melakukan pemutakhiran jumlah rumah terdampak maupun tingkat kerusakan. Bangunan terdampak lainnya berupa fasilitas pendidikan 38 unit dan jembatan terputus (Gladak Perak) 1 unit.
Sementara itu, tambahnya, jumlah warga mengungsi mengalami peningkatan menjadi 5.205 jiwa. Warga yang mengungsi ini sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Lumajang. Sedangkan warga yang mengungsi di Kabupaten Malang hanya terdapat 24 jiwa.
Dikatakan, sebaran titik pengungsian di Kabupaten Lumajang berada di Kecamatan Pronojiwo dengan 9 titik dengan jumlah pengungsi 382 jiwa, Kecamatan Candipuro 6 titik (1.136 jiwa), Kecamatan Pasirian 4 titik (563 jiwa), Kecamatan Lumajang (188 jiwa), Kecamatan Tempeh (290 jiwa), Kecamatan Sumberseko (67 jiwa) dan Kecamatan Sukodono (45 jiwa).
“Penanganan darurat paska awan panas guguran Gunung Semeru masih berlangsung pada hari keempat. Bencana letusan tidak hanya berdampak pada jatuhnya korban jiwa dan kerusakan, tetapi juga warga yang mengungsi akibat rusaknya tempat tinggal akibat material vulkanik,”paparnya.
Kunjungan Presiden
Sementara itu, pada hari keempat erupsi Gunung Semeru, Selasa (7/12/2021), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau lokasi terdampak yang berada di Kabupaten Lumajang. Presiden tiba di Lapangan Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, pukul 10.21 WIB. Presiden Jokowi bertemu para penyintas, melihat dapur umum dan meninjau pos Kesehatan serta menyerahkan santunan kepada para ahli waris korban meninggal akibat erupsi.
Presiden meminta penanganan korban erupsi Gunung Semeru dilakukan lebih serius, menyeluruh dan berkelanjutan. Masalah kesehatan dan kebutuhan pangan para pengungsi juga harus benar-benar diperhatikan.
Sejumlah warga terdampak erupsi Gunung Semeru bercerita kepada Presiden Joko Widodo ketika berada di posko pengungsian lapangan Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Para warga tersebut bercerita kejadian erupsi dan bagaimana kondisi mereka saat ini.
Sementara itu, Gunung Semeru hingga Selasa (7/12/2021) masih terus menunjukkan aktivitas. Gunung tersebut mengalami dua kali gempa letusan dan durasi gempa 55 – 125 detik, Selasa. Selain itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menginformasikan terjadi tujuh kali gempa guguran dengan durasi 50 – 120 detik.
Terkait aktivitas vulkanik Gunung Semeru, pihak PVMBG meminta masyarakat tidak beraktivitas dalam radius satu kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak lim akilometer arah bukaan kawah di sektor tenggara – selatan. Kemudian warga juga harus mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Selanjutnya, radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.
Kemudian masyarakat sekitar Gunung Semeru juga harus menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi. Selain itu masyarakat perlu mewaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan. Masyarakat perlu mewaspadai ancaman lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru. Hal tersebut mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk. (Matra/AdeSM).
Posting Komentar