Perawat asal Kota Surabaya, Jawa Timur, Ika Dewi Maharani yang
menjadi relawan sebagai sopir ambulan Rumah Sakit (RS) Khusus Covid-19 Wisma
Atlet Jakarta tahun 2020/2021.(Foto : Matra/Ist)
(Matra, Jambi) – Pengorbanan para relawan tenaga kesehatan (nakes) yang terjun menangani Covid-19 di Indonesia tidak bisa dihargai hanya sebatas pemberian insentif. Para relawan nakes yang menghadapi risiko tinggi terpapar Covid-19 perlu juga mendapatkan penghargaan berupa pemberian kesempatan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) mereka melalui pendidikan lanjutan.
Hal tersebut diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kementerian Kesehatan, Kirana Pritasari pada Diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) secara virtual/live streaming di Jakarta, Rabu (19/8/2021).
Diskusi tersebut juga menampilkan pembicara para relawan penanganan Covid-19, Ika Dewi Maharani, peneliti Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan Provinsi Papua, Hana Krismawati dan relawan dokter penanganan Covid-19, dr Debryana Dewi Lumanauw.
Menurut Kirana Pritasari, pihaknya akan memberikan piagam penghargaan terhadap para relawan nakes yang selama ini terjun melayani pasien Covid-19 di berbagai rumah sakit, rumah sakit lapangan dan tempat isolasi pasien Covid-19. Piagam penghargaan tersebut penting bagi para relawan nakes untuk meningkatkan karier mereka. Piagam penghargaan tersebut akan menjadi salah satu bekal bagi para nakes melanjutkan Pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
“Jadi penghargaan yang kami berikan kepada relawan nakes bukan sebatas insentif atau tambahan upah. Penghargaan berupa insentif yang diterima para relawan nakes saat ini tidak sebanding dengan pengorbanan yang mereka berikan melayani pasien Covid-19,”katanya.
Peran Besar
Menurut Kirana Pritasari, peran relawan sangat besar dalam penanganan Covid-19, baik relawan nakes yang langsung terjun melayani pasien Covid-19, maupun relawan di luar nakes yang bekerja di lapangan mencegah dan menanggulangi pandemi Covid-19.
Pengorbanan para relawan nakes dalam penanganan Covid-19 juga perlu mendapat penghargaan karena mereka mau mengambil risiko berat langsung berhadapan dengan pasien Covid-19. Kehadiran para relawan benar-benar sangat membantu para tenaga medis di rumah sakit, rumah sakit lapangan dan tempat isolasi melayani pasien Covid-19.
“Pertolongan para relawan nakes sangat dirasakan di rumah sakit rujukan Covid-19, rumah sakit khusus Covid-19 seperti wisma atlet Jakarta, rumah sakit lapangan dan tempat isolasi. Di tengah meningkatnya kasus Covid-19 dan keterbatasan tenaga kesehatan, para relawan memberikan pelayanan semaksimal mungkin tanpa menghiraukan risiko terpapar Covid-19. Semua mereka lakukan demi penyelamatan pasien Covid-19,”katanya.
Sementara itu, relawan nakes asal Kota Surabaya, Jawa Timur yang menjadi sopir ambulan perempuan pertama Rumah Sakit (RS) Khusus Covid-19 Wisma Atlet Jakarta tahun 2020, Ika Dewi Maharani pada kesempatan tersebut mengatakan, Dia terpanggil menjadi relawan karena melihat keterbatasan tenaga kesehatan yang melayani pasien di Wisma Atlet Jakarta.
“Saya tergerak menjadi relawan karena berpikir, sebagai orang yang mengenyam Pendidikan kesehatan, saya tidak bisa berdiam diri saja melihat kebutuhan pelayanan kesehatan terhadap pasien Covid-19 di Jakarta. Karena itu saya langsung mengajukan diri jadi relawan tahun lalu. Saat itu saya menjadi sopir ambulan, karena itu yang sangat dibutuhkan saat itu. Sedangkan sekarang, saya menjadi relawan di RS Wisma Atlet sebagai perawat,”katanya.
Hal senada juga dikatakan dr dr Debryana Dewi Lumanauw yang sempat menjadi dokter relawan di RS Wisma Atlet 1,5 tahun. Dia terpanggil menjadi dokter relawan di RS Wisa Atlet sejak tahun lalu karena alas an kemanusiaan. Saat itu, Debryana Dewi Lumanauw melihat banyak pasien Covid-19 yang harus dirawat di rumah sakit tersebut. Sementara itu jumlah tenaga medis atau dokter yang melayani pasien sangat terbatas.
“Melihat keadaan tersebut, hati saya tersentuh untuk terjun menjadi relawan di RS Wisma Atlet. Saat itu saya tidak hanya menangani virus Covid-19 yang menyerang pasien, tetapi saya juga berupaya keras memberikan semangat kepada para pasien agar mereka semangat terus dan berjuang untuk sembuh,”katanya.
dr Debryana Dewi Lumanauw mengharapkan, penanganan Covid-19 di Tanah Air harus dilakukan secara maksimal, baik di Jawa dan Bali maupun di daerah lainnya. Hal itu penting agar pandemi Covid-19 di Tanah Air bisa segera dikendalikan.
Dikatakan, penanganan Covid-19 di Jawa dan Bali harus dilakukan sama baiknya dengan di Jawa dan Bali. Penanganan Covid-19 yang baik di luar Jawa dan Bali juga akan berpengaruh besar terhadap penanganan Covid-19 di Jawa dan Bali. Pelaksanaan testing (deteksi), tracing (penelusuran) dan treatment (pengobatan) Covid-19 di Jawa dan Bali harus sama dengan di daerah lain di Indonesia.
“Indonesia bukan hanya Jawa dan Bali. Masih banyak daerah lain. Karena itu penanganan Covid-19 di Jawa dan Bali harus sama baiknya dengan di daerah lain. Pengadaan obat-obatan, alat tes PCR dan oksigen di Jawa dan Bali juga harus sama dengan di daerah lain. Hal ini penting agar seluruh warga masyarakat Indonesia bisa selamat dari pandemi Covid-19,”ujarnya.
Sementara itu Ika Dewi Maharani mengharapkan, untuk mengakhiri pandemi Covid-19 di Indonesia ini, seluruh lapisan masyarakat harus segera divaksinasi dan patuh prokes, khususnya memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.
”Gunakan vaksin, patuhi prokes, pandemi ini akan segera berakhir. Vaksinasi harus segera dituntaskan di seluruh daerah dan prokes tidak bisa lagi diabaikan agar gelombang ketiga Covid-19 tidak terjadi lagi di negara kita,”ujarnya. (Matra/AdeSM)
Posting Komentar