Pahlawan Nasional Asal Jambi, Raden Mattaher. (Foto : Matra/Ist) |
(Matra, Jambi) – Daerah Sepucuk Jambi Sembilan Lurah (Provinsi Jambi) ternyata memiliki pejuang-pejuang yang sangat tangguh membela bangsa dan negaranya dari kekuasaan feodalisme atau penjajah. Dari sekian banyak pejuang kemerdekaan Indonesia asal Jambi, dua orang di antaranya sudah mendapatkan pengakuan nasional, yakni Sultan Thaha Syaifuddin dan Raden Mattaher.
Sultan Thaha Syaifuddin mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Pemerintah Pusat pada 24 Oktober 1977. Sedangkan Raden Mattaher mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Pemerintah Pusat, 10 November 2020. Selain Sultan Thaha Syaifuddin dan Raden Mattaher, ratusan pejuang Jambi juga telah menumpahkan darah dan mengorbankan jiwa memperjuangkan kemerdekaan RI.
Para pejuang kemerdekaan tersebut banyak yang gugur di medan perang sebagai bunga bangsa. Pahlawan-pahlawan tak dikenal tersebut tentu harus tetap dikenang. Patriotisme mereka juga juga hendaknya menjadi teladan bagi generasi penerus bangsa. Gambaran patriotisme generasi muda dalam memperjuangkan kemerdekaan RI tersebut sedikit – banyaknya dapat dilihat dari sosok Raden Mattaher.
Kepala Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil (Dinsosdukcapil) Provinsi Jambi, Arief Munandar di Jambi, baru-baru ini mengisahkan pahlawan nasional Raden Mattaher yang lahir tahun 1871 dan wafat 10 september 1907 termasuk salah satu panglima perang andalan dalam perjuangan masyarakat Jambi mengusir penjajah Belanda. Raden Mattaher bin Pangeran Kusen bin Adi dikenal sebagai akhli strategi perang.
“Berdasarkan catatan sejarah perjuangan masyarakat Jambi, pasukan pahlawan nasional, Sultan Thaha Syaifuddin dan Raden Mattaher berhasil menenggelamkan kapal perang Belanda di perairan Sungai Kumpeh, Muarojambi. Kisah heroisme dua pejuang Jambi melawan Belanda tesebut menjadi tonggak sejarah Jambi, sehingga Raden Mattaher dijuluki Singo Kumpeh,”katanya.
Dijelaskan, Raden Mattaher dan Sultan Thaha Syaifuddin melakukan perjuangan bersama,memimpin rakyat Jambi melawan Belanda karena keduanya masih ada ikatan kekeluargaan. Raden Muhammad Taher (Mattaher) yang disebut Pangeran Matahir merupakan anak dari Pangeran Hussein bin Pangeran Adi. Sedangkan Pangeran Adi adalah saudara kandung Sultan Taha Saifudin. Jadi Raden Mattaher merupakan keponakan Sultan Thaha Syaifuddin.
Menurut catatan sejarah perjuangan rakyat Jambi, kata Arief Munandar, Raden Mattaher melakukan perjuangan melawan penjajah Belanda mulai 1890 hingga 1906. Masa awal perjuangan Raden Mattaher melawan Belanda dimulai dengan memimpin puluhan pemuda Jambi menyerang dan menenggelamkan kapal perang Belanda yang memasuki Sungai Batanghari.
Raden Mattaher masih terus berjuang melawan Belanda setelah pamannya, Sultan Thaha Syaifuddin gugur dalam pertempuran melawan pasukan Belanda pada 23 April 1904. Akhirnya Raden Mattaher pun gugur dalam perjuangan melawan pasukan Belanda tahun 1907.
Nama pahlawan nasional Sultan Thaha Syaifuddin diabadikan menjadi nama Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Syaifuddin Jambi dan nama jalan di Jambi. Sedangkan nama pahlawan nasional Raden Mattaher selama ini sudah diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Provinsi Jambi dan nama jalan di Jambi.
Tugu Perjuangan
Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi selama ini melakukan berbagai upaya mengenang perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Selain mengupayakan penganugerahan pahlawan nasionel kepada Sultan Thaha Syaifuddin dan Raden Mattaher, Pemprov Jambi juga mendirikan tugu perjuangan rakyat Jambi, Tugu Juang di Jalan HOS Cokroaminoto, Kelurahan Selamat, Simpang III Sipin, Telanaipura, Kota Jambi. Tugu Juang yang diresmikan Gubernur Jambi, Masjchun Sofwan, 5 Januari 1984 kini menjadi pusat kegiatan (kantor) Legiun Veteran Indonesia Jambi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi, H Sudirman, SH,MH di Jambi baru-baru ini mengatakan, Tugu Juang di Kota Jambi didirikan mengenang perjuangan para pahlawan Jambi mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah pada agresi kedua Belanda, 29 Desember 1949.
Kehadiran Tugu Juang menjadi monumen perjuangan rakyat Jambi yang bisa dijadikan sebagai pembangkit semangat patriotisme generasi muda membangun bangsa dan negara ini. Tugu Juang juga menjadi monumen sejarah yang diharapkan bisa meningkatkan kecintaan masyarakat Jambi terhadap para pejuang Jambi yang masih hidup dan yang sudah meninggal.
“Tugu Juang kini sudah dijadikan warisan sejarah Provinsi Jambi. Kehadiran Tugu Juang kita harapkan bisa memberi pelajaran kepada generasi muda agar memtik hikmah dari patriotisme para pejuang Jambi. Generai muda harus mengetahui bahwa memperjuangkan dan mempertahankan mempertahankan kemerdekaan tidaklah mudah, butuh pengorbanan air mata dan darah,”katanya.
Dikatakan, pada peringatan HUT ke-64 Provinsi Jambi, 6
Januari 2021, Pemprov Jambi untuk pertama kalinya menggelar upacara
memperingati peristiwa sejarah pertempuran Simpang III Sipin, di Tugu Juang.Tugu Juang juga saat ini sudah dijadikan salah satu destinasi wisata sejarah di Kota Jambi.
Sementara itu, Komanden Komando Daerah Militer (Danrem) 042/Garuda Putih (Gapu) Jambi, Brigjen TNI M Zulkifli mengatakan, Tugu Juang Jambi merupakan salah satu bukti sejarah saat rakyat Jambi melawan Belanda. Banyak pejuang Jambi yang gugur, menumpahkan darah untuk mempertahankan kemerdekaan RI.
“Peristiwa pejuang Jambi melawan agresi Belanda di Simpang Tiga Sipin menjadi penting bagi kehidupan kita dalam berbangsa dan negara. Peristiwa perang melawan pasukan Belanda di Simpang Tiga Sipin, menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Jambi melawan penjajahan Belanda,”ujarnya. (Matra/AdeSM)
Tugu Juang di Jalan HOS Cokroaminoto, Kelurahan
Selamat, Simpang III Sipin, Telanaipura, Kota Jambi. (Foto : Matra/Ist) |
Posting Komentar