Juan Ambarita. |
Oleh: Juan Ambarita*
Negara India kini tengah berada dalam gelombang kedua kasus pandemi Covid-19. Jumlah warga negara tersebut yang terpapar Covid-19 hingga Kamis (13/5/2021) sudah mencapai 20 juta. Sekitar 226.000 orang penduduk negara itu yang terpapar Covid-19 akhirnya meninggal dunia.
Tingginya kasus Covid-19 di India menjadikan negara tersebut menduduki peringkat kedua dalam kasus Covid-19 terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat. Jika negeri Paman Sam mampu menghadapi Covid-19 dengan fasilitas kesehatan yang lengkap dan canggih, India sebaliknya justru tidak berdaya menghadapi hantaman Covid-19 akibat fasilitas dan tenaga kesehatan yang serba kurang. Kondisi tersebut membuat India benar-benar collaps (terpuruk) menghadapi terjangan badai kedua pandemi Covid-19.
Mengutip pernyataan dari Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), Tedros Adhanom Ghebreyesus, gelombang kedua pandemi Covid-19 di India hendaknya menjadi pelajaran bagi negara-negara lain di dunia. Seluruh negara di dunia harus waspada menghadapi gelombang kedua Covid-19.
Menurut Tedros Adhanom Ghebreyesus , apa yang terjadi di India bukan tidak mungkin juga terjadi di negara manapun di dunia ini. Dia juga mengingatkan ada lonjakan kasus Covid-19 secara global dalam sembilan pekan terakhir. Tambahan kasus Covid-19 pekan lalu hampir sama dengan kasus pada lima bulan pertama pandemi Covid-19.
WHO menyatakan bahwa salah satu pemicu utama ledakan kasus Covid-19 di India adalah mutasi virus yang kabarnya lebih menular. Ada dua varian virus covid-19 di India yaitu B117 dan B1617.
Mengancam Indonesia
Nah, yang menjadi pertanyaan sekarang, sejauh mana kemungkinan gelombang kedua Covid-19 India bisa terjadi di negara Indonesia? Mengutip pernyataan Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, gelombang kedua pandemi Covid-19 seperti di India berpotensi terjadi di Indonesia. Bahkan pandemic Covid-19 yang parah di India bisa lebih parah di Indonesia jika tidak diwaspadai.
Hermawan juga mengatakan, pengendalian pandemi Covid-19 India lebih baik jika dibandingkan dengan Indonesia. Sejak awal berita gelombang kedua pandemi Covid-19 menghampiri India, Hermawan mengaku sebagai orang yang takut jika hal yang sama akan terjadi di Indonesia. Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan logis. Banyak faktor yang bisa menyebabkan Covid-19 melonjak di Indonesia melebihi India.
Salah satunya, yakni kondisi sosial dan budaya India yang yang mirip Indonesia. Indonesia dan India sama-sama memiliki komposisi masyarakat yang terdiri dari masyarakat yang religius. Sejauh ini ada banyak kasus Covid-19 di India yang berawal dari ritual kegiatan keagamaan.
Kemudian belum lagi kerumunan di berbagai pusat perbelanjaan atau pasar tradisional menjelang hari raya Lebaran (Idul Fitri) 1442 Hijriyah (H). Akhir pekan lalu, media massa memberitakan bahwa pengunjung pasar Tanah Abang membeludak hingga 100.000 orang. Kemudian pusat-pusat perbelanjaan lain di seluruh daerah di Indonesia juga dipenuhi oleh para pengunjung dengan ketaatan yang rendah terhadap protokol kesehatan.
Kemiripan India dan Indonesia juga terdapat pada kesamaan kondisi kepadatan penduduk yang memusat di berbagai kota-kota besar yang selama ini jadi pusat penyebaran kasus Covid-19. Mudik Lebaran masyarakat kota bergerak ke berbagai wilayah di negara ini jelas berpotensi memicu penyebaran virus Covid-19.
Kemudian adapun faktor dari penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia yang selama ini dipertanyakan yaitu, segi pelacakan, tes Covid-19 pada masyarakat serta penanganan yang masih tergolong rendah.
Berdasarkan pengalaman dalam penanganan Covid-19 terlihat bahwa fasilitas kesehatan di Indonesia juga tak lebih baik dari India. Di saat kasus Covid-19 tinggi di Januari lalu, keterisian kamar perawatan untuk pasien Covid-19 di berbagai rumah sakit di Indonesia juga nyaris penuh. Kemudian lahan pemakaman untuk korban meninggal akibat Covid-19, terutama di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) juga semakin penuh dan menyempit.
Patut Khawatir
Kita juga patut khawatir terhadap terjadinya lonjakan kasus Covid19 di Indonesia menyusul masuknya warga negara asing (WNA) ke Indonesia di saat kasus Covid-19 masih mengancam. Disaat negara lain melarang warga India masuk, negara kita malah masih memperbolehkan WNA asal India masuk ke Indonesia.
Berdasarkan data dari Kantor Imigrasi Bandara Soekarno Hatta, warga India yang masuk ke Indonesia 11-22 April 2021 mencapai 454 orang. Kondisi tersebut kita tercengang karena 12 orang warga negara India tersebut terbukti positif Covid-19.
Awal pekan ini, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan tak hanya varian Covid-19 dari India yang mengancam Indonesia. Mutasi virus Covid-19 dari Afrika Selatan juga sudah masuk ke Indonesia. Jika kondisi demikian tidak disikapi serius, bisa dibayangkan jika kelak kita akan mengalami seperti India, di mana tambahan kasus Ccovid-19 per harinya mencapai lebih dari 300.000 kasus positif/hari.
Prokes Maksimal
Saya sangat berharap kekhawatiran saya ini tidak terbukti kelak. Dan jika kita tak ingin badai Covid – 19 seperti di India tak terjadi di Indonesia, mau tak mau protokol kesehatan (prokes) wajib diterapkan secara maksimal di berbagai ruang-ruang public. Kemudian kesadaran masyarakat sendiri harus ditingkatkan untuk mengurangi mobilitas. Di sisi lain, kita juga harus terus mendorong serta mengingatkan pemerintah agar konsisten dengan setiap kebijakan yang dibuat dalam penanganan pandemi Covid-19.
Selain itu, pemerintah juga harus terus meningkatkan kapasitas pelacakan, rapid test massal dan treatment (penyembuhan) yang saat ini masih di bawah standar WHO. Yang tak kalah penting yaitu, kapasitas vaksin juga harus terus di maksimalkan oleh pemerintah. Jumlah pasokan vaksin mesti ditambah, pola distribusi juga harus diperbaiki agar merata menjangkau di semua wilayah Indonesia.
Vaksin merah putih yang digadang-gadang jadi tonggak kemandirian vaksin Covid-19 juga sudah selayaknya terus dikebut agar kita tak terus-terus bergantung pada negara produsen vaksin. Dengan mengakselerasikan hal-hal di atas rasanya kita bisa menekan atau menghindari gelombang kedua atau ledakan kasus positif Covid-19 di negeri ini.***
· *Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jambi
Posting Komentar