. Prokes Harus Tetap Dipatuhi, Vaksin Bukan “Peluru Ajaib” yang Langsung Bisa Akhiri Pandemi Covid-19

Prokes Harus Tetap Dipatuhi, Vaksin Bukan “Peluru Ajaib” yang Langsung Bisa Akhiri Pandemi Covid-19

Narasumber diskusi publik virtual bertajuk "Membangun Perilaku Masyarakat yang Kondusif untuk Program Vaksinasi Covid-19”.  (Foto : Matra/Ist)
 
(Matra, Jambi) – Vaksin bukan “peluru ajaib” atau satu-satunya senjata ampuh yang bisa mengakhiri pandemi Covid-19 secara serentak di Indonesia. Karena itu tidak boleh ada anggapan bahwa orang yang sudah divaksinasi bisa 100 % kebal terhadap Covid-19.  Orang yang sudah divaksinasi masih berpotensi terpapar Covid-19 jika orang tersebut memiliki keganjilan atau kelainan genetik.

“Vaksin hanya salah satu alat membantu pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Karena itu walaupun vaksinasi sudah dilaksanakan di seluruh Tanah Air, protokol kesehatan (prokes) tentang pencegahan dan penanggulangan Covid-19, khususnya 3 T, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir dan menjaga jarak harus tetap dilaksanakan secara disiplin,”kata Guru Besar Yong Loo Lin School of Medicine National University of Singapura (NUS), Prof Tikki Pangestu pada diskusi publik virtual bertajuk "Membangun Perilaku Masyarakat yang Kondusif untuk Program Vaksinasi Covid-19”.

Diskusi publik yang diselenggarakan BBC Media Action, Dewan Pers dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) tersebut dipandu langsung jurnalis kawakan dari Earth Journalism Network, Florence Armein dari Amerika Serikat (AS).

Diskusi virtual  mengenai vaksinasi tersebut diikuti ratusan wartawan anggota Fellowship Jurnalistik Perubahan Perilaku (FJPP) yang telah bekerja sama dengan Dewan Pers dan Satgas Penanganan Covid-19 Nasional melakukan sosialisasi penanggulangan Covid-19 sejak Oktober 2020.

Menurut Tikki Pangestu, vaksin tidak ada yang ampuh hingga 100 %, termasuk vaksin Covid-19. Namun vaksinasi perlu dilakukan terhadap jumlah penduduk yang lebih banyak sebagai salah satu kunci utama mengendalikan pandemi Covid-19.  Jika 70% penduduk Indonesia mendapatkan vaksinasi, imunitas kelompok masyarakatakan meningkat.

“Jika vaksinasi di Indonesia mencapai 70% dari total penduduk, pandemi berpotensi bisa berakhir. Karena itu angka 70 % ini harus menjadi target vaksinasi di Indonesia dan diharapkan bisa tercapai tahun depan,”ujarnya.

Dijelaskan, untuk mencapai target 70 % penduduk tervaksinasi tahun depan, seluruh warga masyarakat Indonesia perlu menerima vaksinasi. Warga masyarakat tidak bisa berpandangan negatif terhadap vaksinasi dan menolak divaksinasi.

“Warga masyarakat harus sadar bahwa satu-satunya cara paling efektif meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Covid-19 hanyalah vaksinasi. Vaksinasi ini penting karena Covid-19 sangat diperkirakan tidak akan mungkin hilang. Bahkan varian baru Covid-19 berpotensi muncul,”katanya.

 
Guru Besar Yong Loo Lin School of Medicine National University of Singapura (NUS), Prof Tikki Pangestu. (Foto : Matra/Straittimes/Ist)
 
Tidak Alergi

Sementara itu, Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers, Agus Sudibyo pada kesempatan tersebut mengatakan, pers (media massa) memiliki peran penting membangun kesadaran publi atau masyarakat tentang pentingnya vaksinasi di tengah kondisi darurat nasional akibat Covid-19.  Pers perlu mengubah perilaku masyarakat agar bersikap rasional (berpikir logis) tentang manfaat vaksinasi.

“Pers harus bisa menyadarkan warga masyarakat untuk berpikir dan bersikap rasional bahwa vaksinasi sangat dibutuhkan agar kondisi darurat Covid-19 saat ini bisa diatasi. Dengan demikian tidak ada warga masyarakat yang alergi atau anti terhdap vaksinasi,”katanya.

Selain itu, lanjut Agus Sudibyo, pers juga harus tetap berupaya menyadarkan warga masyarakat tentang pentingnya prokes kendati vaksinasi sudah dilaksanakan di seluruh daerah di Tanah Air.

“Pelaksanaan 3M tidak boleh kendor kendati vaksinasi sudah dilaksanakan secara luas. 3M harus menjadi paradigma atau kebiasaan hidup baru dalam kehidupan masyarakat kendati vaksinasi sudah dilaksanakan dan Covid-19 nanti berlalu. Pelaksanaan prokes ini penting mengantisipasi munculnya varian baru Covid-19 di masa mendatang,”ujarnya.

Agus Sudibyo lebih lanjut mengatakan, pers tetap diminta memantau dan memberitakan secara kritis pelaksanaan vaksinasi massal yang masih akan terus berlangsung hingga akhir tahun nanti. Salah satu vaksinasi yang perlu dipantau pers, yakni vaksinasi mandiri yang dilakukan swasta Mei mendatang.

“Pers perlumemantau vaksinasi mandiri tersebut mencegah terjadinya komersialisasi vaksinasi Covid-19. Komersialisasi vaksinasi tersebut perlu dicegah mencegah keresahan masyarakat,”ujarnya. (Matra/AdeSM)


Berita Lainya

There is no other posts in this category.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama