(Matra, Jambi) – Ketakutan masih tetap mewarnai dunia akibat wabah virus corona yang cepat menyebar dan telah menelan banyak korban jiwa. Ketakutan itu muncul karena wabah virus corona belum ditemukan obatnya. Ketakutan terhadap wabah penyakit virus corona juga melanda masyarakat Indonesia. Ketakutan itu muncul akibat banyaknya warga negara Indonesia (WNI) yang selama ini bermukim di Tiongkok, khususnya di Kota Wuhan yang merupakan pusat muncul dan menyebarnya virus corona.
Berbagai upaya telah dilakukan pemeirntah Indonesia mencegah penyebaran virus corona ke Indonesia. Upaya tersebut meliputi pengawasan pendatang asal luar negeri, khususnya dari Tiongkok di pelabuhan-pelabuhan kapal laut dan bandar udara (bandara).
Kemudian pemeriksaan suspect (terduga) virus corona di ratusan rumah sakit Indonesia juga dilakukan sejak munculnya virus corona akhir Januari lalu. Kemudian pemeriksaan WNI yang kembali dari Tiongkok juga dilakukan dengan ketat melalui karantina seperti yang dilakukan terhadap 285 di Pulau Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.
Masih Aman
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia (Kementerian Kesehatan) menangkal virus corona menunjukkan hasil yang melegakan. Hingga kini belum ditemukan satu pun kasus virus corona positif di Indonesia.
Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemkes), Achmad Yurianto mengungkapkan, hingga pekan kedua Februari 2020 tidak ditemukan kasus positif Novel coronavirus (nCoV) atau corona virus Wuhan di Indonesia.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemkes), dari 62 spesimen suspect (diduga) nCoV yang diperiksa, 59 sudah keluar hasilnya dan negatif. Sementara tiga spesimen lainnya masih dalam proses pemeriksaan.
“Semua kasus yang diduga nCoV hasilnya negatif setelah dilakukan pemeriksaan spesimen oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis Balitbangkes Kemkes,”katanya.
Sementara itu, sebanyak 285 orang WNI yang dievakuasi dari pusat penyebaran wabah penyakit virus corona di Kota Wuhan, Tiongkok dan dikarantina di Pulau Natuna, Provinsi Kepulauan Riau sejak awal Februari 2020 dinyatakan tidak ada yang terinfeksi virus corona. Setelah menjalani karantina 14 hari, ratusan WNI asal Tiongkok tersebut pun diperbolehkan kembali ke kampung halaman masing-masing.
Menurut Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto ratusan WNI asal Tiongkok yang dikarantina di pulau Natuna diperbolehkan boleh pulang ke daerah masing-masing Selasa (11/\02/2020).
"Seluruh WNI asal Tiongkok yang dikarantina selama 14 hari di Natuna bisa pulang Selasa, 14 Februari 2020. Kita berdoa agar mereka tetap sehat,"katanya.
Terawan Agus Putranto mengatakan, jumlah WNI yang dikarantina di Natuna 14 hari sebanyak 285 orang. Mereka terdiri dari 237 WNI yang dievakuasi, satu WNA, lima orang tim Kementerian Luar Negeri, 18 orang pegawai Batik Air dan 24 orang tim penjemput.
Lebih lanjut Terawan Agus Putranto mengatakan, pemerintah sudah menggelar rapat teknis terkait proses pemulangan WNI asal Wuhan itu ke daerahnya masing-masing. Kementerian Kesehatan akan mengidentifikasi alamat dan melakukan sosialisasi ke pemerintah daerah masing-masing asal WNI itu.
"Hal ini dilakukan supaya kondisi kesehatan saudara-saudara kita WNI asal Tiongkok tersebut tetap terpantau,”katanya.
Selain itu, lanjut Terawan, seluruh WNI asal Wuhan yang kini menjalani observasi di Natuna dipastikan dalam keadaan sehat sebelum pulang. Mereka diberikan pelbagai kegiatan sesuai arahan psikolog agar terjadi sosialisasi antara satu sama lain.
Selain itu, menurut Terawan sebanyak 78 WNI yang berada di Kapal Pesiar Diamond Pincess juga negative Corona. Karena itu masyarakat Indonesia tidak perlu panik menghadapi virus corona ini karena Indonesia masih aman dari wabah virus corona.
Tetap Waspada
Kendati Indonesia masih aman dari virus corona, namun kewaspadaan terhadap penyebaran virus corona harus tetap dilakukan dalam tingkat tinggi. Masalahnya kasus meninggal akibat virus corona semakin tinggi. Kemudian di negara tetangga kita, yakni Singapura juga sudah ditemukan puluhan orang terinveksi virus corona, termasuk seorang WNI.
Selain itu hingga kini masih banyak WNI yang berada di Tiongkok. Menurut Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun, masih ada 1.890 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Tiongkok daratan. Kebanyakan WNI tinggal di Kota Beijing, Shanghai, atau Guangzhou.
"Sampai saat ini WNI yang masih di Tiongkok daratan 1.890 orang, berkurang signifikan dari data Desember (2019) sebanyak 16.500-an, mereka sebagian besar mahasiswa," kata Djauhari di Beijing, Tiongkok, Senin (10/2/2020).
Djauhari mengatakan, ada 21 WNI yang pulang ke Tanah Air dari Tiongkok. Namun, dia menekankan, mereka bukan berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, yang menjadi awal mula wabah virus Corona.
Sementara menurut catatan berbagai media internasional, korban jiwa akibat terinfeksi virus corona jenis baru atau novel coronavirus (2019-nCoV) telah mencapai 1.013 orang. Sementara, pasien yang dinyatakan positif dan berhasil sembuh mencapai 3.946 orang.
Sedangkan total warga di berbagai negara yang terjangkit virus corona hingga pertengahan Februari 2020 sudah mencapai 42.763 orang. Dinas Kesehatan Provinsi Hubei, Tiongkok, melaporkan adanya 103 kematian baru dan 2.097 kasus baru dikonfirmasi kasus virus corona.
Jadi total korban jiwa di provinsi yang menjadi episentrum virus tersebut menjadi 974 orang dan warga yang terinfeksi di sana sebanyak 31.728 orang.
Presiden Tiongkok, Xi Jinping menegaskan bahwa negaranya akan terus berperang melawan wabah virus corona. Dia meminta para pejabat di Tiongkok untuk memiliki keyakinan penuh bahwa mereka akan menang melawan penyakit tersebut.
Presiden Xi telah mengunjungi kantor pengendalian penyakit tingkat distrik di Beijing. Dia bersama sejumlah pejabat tampak mengenakan masker. Xi juga memuji kader-kader Partai Komunis Tiongkok yang berani berada di garis depan dalam mengendalikan penyebaran virus corona.
Xi juga menegaskan bahwa perekonomian Tiongkok akan segera bangkit meski mereka diterpa wabah virus mematikan. “(Kita) harus tetap yakin tentang prospek positif ekonomi Tiongkok dalam jangka panjang. Dampaknya hanya dalam jangka pendek dan kita tidak perlu takut,” ujar Xi.
Cara Menangkal
Menyikapi ancaman virus corona tersebut Indonesia pun terus melakukan upaya penangkalan. Kementerian Kesehatan menggunakan dua metode menangkal virus corona.
Menurut Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemkes), Achmad Yurianto, dalam pemeriksaan spesimen, Balitbangkes menggunakan dua metode. Metode pertama adalah sequencing virus menggunakan pan corona. Pan corona yaitu reagen untuk memeriksa apakah virus itu korona atau bukan. Ini bisa memeriksa jenis korona apapun.
Pemeriksaan ini dilakukan terlebih dahulu sebagai saringan besarnya. Seandainya pan corona ini positif, maka bisa diyakini pasti virus korona. Tindakan selanjutnya adalah kembali melakukan sequencing spesimen apakah sesuai dengan sampel nCoV yang sudah didapatkan pemerintah Indonesia dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Setelah dicocokkan, dan ternyata hasilnya sesuai maka dipastikan positif.
“Dari sekian banyak sampel yang kita periksa, tidak ada satupun yang lolos dari pemeriksaan pan corona. Jadi diyakini (kasus di Indonesia) itu bukan korona,” kata Yurianto di Jakarta, Senin (10/2/2020).
Menurut Yurianto, dari pemeriksaan pan corona sebagian besar spesimen yang diperiksa adalah flu musiman, yaitu H1N1 atau virus infleunza A yang umumnya menyebabkan flu pada manusia. Tidak satu pun yang masuk dalam kriteria nCoV dari Wuhan.
Metode kedua adalah pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR). Metode pemeriksaan baru ini juga kini digunakan oleh Singapura dan Australia dalam pemeriksaan nCoV. Metode ini prosesnya paling cepat dibanding yang pertama karena dalam sistem PCR hanya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu NcoV atau bukan.
“Tinggal kita periksa virusnya, kalau nCoV pasti positif, kalau bukan berarti pasti negatif sekalipun itu virus korona yang lain,” kata Yurianto.
Yurianto menambahkan, semua hasil pemeriksaan spesimen segera disampaikan kepada rumah sakit yang mengirimkan sampel dalam rangka untuk melanjutkan penanganan kepada pasien. Selain itu, seluruh hasil pemeriksaan juga akan dikirimkan ke WHO.
Semua hasil pemeriksaan yang dikirim akan diverifikasi oleh WHO untuk menilai apakah sesuai akreditasi validitas pemeriksaan yang dilakukan oleh laboratorium di Indonesia.
“Semua pemeriksaan sejak pertama hingga akhir kita laporkan ke WHO karena ini menentukan dalam konteks akreditasi kualitas layanan laboratorium kita. Sampai sekarang tidak ada masalah. WHO juga mengatakan apa yang kita lakukan sudah sesuai standar,” kata Yurianto. (Matra/Ade SM)
0 Komentar