. "Menjual" Danau Toba Bagi Wisatawan Manca Negara

"Menjual" Danau Toba Bagi Wisatawan Manca Negara

Danau Toba.Dok
(Matra, Medan)- "Menjual" Danau Toba kepada wisatawan manca negara hingga kini masih menjadi pekerjaan marketing yang sulit bagi pemerintah. Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata kebanggaan masyarakat Sumatera Utara (Sumut), masih perlu terus dibenahi. 

Kini Pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata bersama pemerintah provinsi maupun kabupaten, sibuk melakukan pembangunan. Danau dengan luas 1.130 kilometer persegi ini kini menjadi salah satu destinasi super prioritas.

Pembangunan yang sedang berjalan untuk mendukung program pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin adalah melanjutkan pembangunan jalan tol Tebing Tinggi-Pematang Siantar-Parapat. Sebelumnya, pembangunan tol sudah selesai dari Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Pembangunan tol ini bisa memangkas waktu perjalanan sepanjang 130 - 136 kilometer (km) dari Medan ke Parapat yang merupakan kawasan Danau Toba. Jika sebelumnya perjalanan bisa memakan waktu 6 sampai 8 jam, kini dapat ditempuh dengan perjalanan darat paling lama 2 jam.

Selain itu, Kementerian Perhubungan sudah membuka akses penerbangan dari luar negeri menuju Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara. Pemerintah juga memberikan tambahan kapal serta menambah dermaga untuk mempermudah mengangkut masyarakat maupun wisatawan yang pergi maupun kembali lokasi pariwisata Danau Toba.
 
Masalah Lingkungan

Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Arie Prasetyo menyampaikan masalah lingkungan, komunikasi yang lebih baik kepada masyarakat, maupun pembatasan tonase kendaraan, menjadi isu penting yang perlu dibahas dalam pengembangan wisata Danau Toba sebagai destinasi internasional. Masalah ini masih dibahas demi kenyamanan wisatawan yang datang.

Danau Toba harus ditata sebaik mungkin agar menampilkan suasana pariwisata. Penataan ini melibatkan semua pihak, termasuk peran serta masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba.

"Jangan nanti tiba-tiba ada kendaraan berat yang melewati jalan pada jam-jam yang tidak tepat di lokasi pariwisata Danau Toba. Ini harus menjadi perhatian,” katanya.

Arie Prasetyo menargetkan kunjungan wisman ke Sumut meningkat menjadi 250.000 orang pada 2019. Jumlah tersebut akan meningkat menjadi 300.000 orang pada 2020

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Syech Suhaimi menyampaikan kunjungan wisman ke Sumut hingga September 2019, mengalami kenaikan 8,93 persen dibanding periode yang sama pada 2018 atau mencapai 191 302 orang. Hal tersebut, antara lain didorong meningkatnya wisatawan dari Taiwan, meski terjadi penurunan wisman dari Malaysia, Singapura, dan Tiongkok.

Kelas Dunia

Secara terpisah, tokoh masyarakat Sumut, Rustam Effendy Nainggolan mengatakan koordinasi lintas sektoral yang terintegrasi dibutuhkan untuk mewujudkan Danau Toba sebagai destinasi pariwisata dunia. Pariwisata Danau Toba berpotensi membuka ekonomi baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Koordinasi ini membutuhkan keterlibatan pemerintah di tujuh kabupaten yang memiliki Danau Toba, yakni Kabupaten Samosir, Simalungun, Humbang Hasundutan, Dairi, Tanah Karo, Toba Samosir dan Tapanuli Utara, bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov Sumut) maupun pusat," ujarnya.

Pemerintah kabupaten. Lanjutnya, harus memberikan dukungan terhadap BPOTD dan Badan Pengurus Geopark Kaldera Toba (BPGKT).

"Kolaborasi segenap pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk mendukung program pemerintah yang telah disampaikan Presiden Jokowi. Ini merupakan kesempatan dan peluang besar yang tidak boleh dianggap sepele. Jokowi menaruh perhatian sangat besar dalam promosi Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia," katanya. 

Mahalnya Tiket Pesawat

Jumlah wisatawan domestik dan mancanegara ke Danau Toba bakal sulit untuk mengalami peningkatan jika harga tiket pesawat dari Jakarta tujuan Bandara Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (Sumut), masih mencekik leher. Oleh karena itu, gebrakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti dua tahun lalu, sangat diperlukan.
Parapat, Simalungun.
"Perbedaan harga tiket sangat mencolok dari Jakarta - Bandara Silangit dan Jakarta - Denpasar, Bali. Padahal, jarak waktu tempuh perjalanan di kedua destinasi wisata ini sama-sama dua jam. Harga tiket memukul industri pariwisata Danau Toba," ujar mantan Bupati Tapanuli Utara periode 1999-2004, RE Nainggolan belum lama ini.

Nainggolan yang juga mantan Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi (Sekda Pemprov) Sumut ini mengungkapkan, harga tiket dari Jakarta ke Denpasar untuk penerbangan, Minggu (17/11/2019) masih ada di harga Rp 842.000. Sementara itu, untuk di hari yang sama, penerbangan Jakarta ke Silangit sudah pada angka Rp 1,8 juta.

“Ini kan disparitas yang luar biasa. Bisa kita bayangkan, jika lima orang dalam satu keluarga misalnya bepergian ke Bali mereka hanya menghabiskan sekitar Rp 8 juta untuk tiket PP, dan harus merogoh kocek sampai Rp 18 juta kalau ingin ke Danau Toba. Pulang pergi sudah Rp 36 juta hanya untuk harga tiket pesawat saja," ungkapnya.

Nainggolan yang saat ini menjadi pemerhati Danau Toba mengingatkan, biaya perjalanan adalah pertimbangan utama bagi orang saat memilih destinasi wisata.

“Kita bicara secara umum. Kalau mereka yang kaya raya tentu bukan persoalan, dan mereka mungkin punya pesawat sendiri. Akan tetapi bagi kelas menengah ke bawah yang menjadi pengunjung utama Danau Toba, itu pertimbangan utama. Seberapa ingin pun mereka melihat Danau Toba, melihat kalkulasi di atas, tentu mereka akan lebih memilih ke Bali,” katanya.

Oleh karena itu, RE merasa harus ada solusi dan campur tangan pemerintah terhadap persoalan ini. Jangan jadi sia-sia kerja keras untuk membenahi Bandara Silangit. Di satu sisi bandara terus mengalami perkembangan, infrastruktur di sana terus dibangun untuk meningkatkan kualitas pelayanan, runway-nya makin panjang, apron makin lebar. Namun, kalau pengunjung tidak datang, buat apa? Jangan nanti masyarakat yang disalahkan," imbuhnya.

Menurutnya, harga tiket pesawat penerbangan domestik yang masih mahal membuat kunjungan wisatawan ke Danau Toba, turun drastis melebihi 10 persen. Padahal Danau Toba masuk dalam super prioritas lokasi wisata yang harus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Penurunan terhitung sejak Januari hingga bulan November 2019, dibanding periode yang sama tahun 2018 lalu.

Selain itu, pesawat yg mendarat di Silangit juga sudah semakin berkurang baik dari Medan maupun Jakarta. Kalau pemerintah tidak campur tangan seperti gebrakan Presiden Jokowi sekitar 2 tahun lalu, saya khawatir tidak lagi ada pesawat yang mendarat di Silangit.

"Menteri Perhubungan dan MenParkeraf RI harus segera melakukan sesuatu tindakan nyata, agar harga tiket bisa kembali mendekati normal, sehingga pariwisata kita terus meningkat. Saya yakin pemerintah dan pihak maskapai bisa menemukan formula untuk menyelamatkan kemudian meningkatkan pariwisata Danau Toba, demi kebaikan bagi semua, dan terutama peningkatan taraf perekonomian warga di kawasan,” sebutnya.(Lee/SP)

Berita Lainya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama