Penampilan salah satu tim penari Sike
Rebana pada Festival Sike Rebana dan Suling Bambu Kerinci 2017 di tepi Danau
Kerinci, Kabupaten Kerinci, Selasa (7 /11/2017). (Foto : PJN/RSM)
(Pesonajambi.net
– Jambi) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kerinci, Jambi terus berupaya
menyelamatkan seni music dan tari tradisional daerah itu yang belakangan ini
semakin terancam punah. Salah satu upaya yang dilakukan menyelamatkan seni musi
dan tari tradisional tersebut, yakni menggelar Festival Tari Sike Rebana dan musik
Suling BambuKerinci 2017 di tepi Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Selasa -
Rabu (7 - 8/11/2017).
Festival seni musik dan tari
tradisional itu digelar dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke- 59 Kabupaten
Kerinci yang jatuh pada hari Kamis (9/11/2017).
Festival seni musik dan tarian
tradisional yang diikuti 16 tim tari dan musik lokal se-Kabupaten Kerinci. Untuk
merangsang gairah para seniman Kerinci mengikuti festival itu, Pemkab Kerinci
menyediakan hadiah total Rp 10 juta. Hadir paada pembukaan Festival Tari Sike
Rebana dan Suling Bambu Kerinci tersebut, Wakil Gubernur Jambi, Fachrori Umar
dan Bupati Kerinci, Adi Rozal.
Unik dan Menarik
Bupati Kerinci, Adi Rozal pada
kesempatan tersebut menjelaskan, masyarakat Kerinci dan Kota Sungaipenuh,
Provinsi Jambi memiliki sejumlah musik dan tarian tradisional yang sangat unik
dan menarik. Namun seni musik dan tari tradisional tersebut semakin terlupakan
dan terancam punah akibat gempuran seni musik pop dan modern di tengah
masyarakat saat ini.
Seni musik dan tari Kerinci dan
Sungaipenuh yang semakin tersisih oleh seni – budaya pop tersebut antara lain
tari “Rangguk”, “Tauh Kerinci”, “Niti Mahligai”, “Iyo-Iyo”, “Sike Rebana” dan
seni music “Suling Bambu}. Seni musik dan tari tradisional tersebut semakin jarang dipertunjukkan dalam
pesta-pesta masyarakat Kerinci dan Sungaipenuh.
Pementasan seni musik dan tarian
tradisional masyarakat daerah pegunungan Jambi itu biasanya hanya dilakukan
pada kegiatan budaya dan pariwisata seperti Festival Danau Kerinci.
Wakil Gubernur Jambi, Fachrori Umar (nomor delapan dari kiri baris belakang) foto bersama para peserta Festival Sike Rebana dan
Suling Bambu Kerinci 2017 seusai pembukaan
festival tersebut di tepi Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Selasa (7/11/2017).
(Foto : PJN/RSM)
Terancam Punah
Menurut Adi Rozal, pihaknya menggelar
festival tari Sike Rebana dan Suling Bambu karena seni musik dan tari
tradisional Kerinci itu semakin terancam punah. Padahal seni musik dan tari
tersebut memiliki potensi besar menjadi salah satu daya tarik wisata di
kabupaten itu. Sementara seniman musik dan tari Sike Rebana maupun Suling Bambu
Kerinci semakin langka.
“Karena itu melalui festival seni
musik dan tari Sike Rebana serta Suling Bambu ini, kami berupaya mengangkat
kembali seni musik dan tari tradisional Kerinci yang hampir punah. Melalui
festival ini juga kami mengharapkan munculknya seniman-seniman muda Kerinci
yang menguasai musik dan tari Sike Rebana maupun Suling Bambu,”katanya.
Dijelaskan, Kabupaten Kerinci
mempunyai banyak kesenian khas di setiap desa. Untuk menghidupkan kembali seni
– budaya tradisional tersebut, seniman Kerinci di setiap desa diharapkan secara
rutin dan konsisten melakukan regenerasi seniman tradisional.
“Saya meminta para seniman peserta
festival tari Sike Rabana dan music Suling Bambu saat ini bersama-sama
mengaktifkan semua kesenian daerah. Hal itu penting karena Kerinci sudah
menjadi ikon (branding) wisata di Provinsi Jambi,”katanya.
Dijelaskan, Sike Rebana Kerinci
merupakan perpaduan tiga buah seni yakni, seni vokal, seni gerak (tari) dan
seni musik. Seni vokal (nyanyian) biasanya ertema puji-pujian terhadap Sang
Khalik Pencipta Alam Semesta. Tarian Sike Rebana diiringi nyanyian berirama
tale (nyanyian khas Kerinci). Sedangkan musiknya berupa alat musik tabuh rebana
dengan berbagai ukuran. Suara hentakan kaki dan tangan penari Sike Rebana juga
berfungsi sebagai tambahan music pengiring.
Sedangkan kesenian Suling Bambu
Kerinci, lanjut Adi Rozal, merupakan salah satu alat musik khas masyarakat
Kerinci. Seni musik Suling Bambu Kerinci biasanya dipentaskan secara
berkelompok oleh puluhan peniup seruling mirip paduan suara seruling. Tiupan
seruling diiringi alat musik tambur, gendang dan gong.
“Seni musik Suling Bambu Kerinci
berasal dari tradisi para gembala memainkan seruling bamboo di desa-desa. Saat
ini semakin jarang anak-anak desa di Kerinci menggembalakan kerbau atau sapi.
Kondisi itu pun membuat tradisi music suling bambu mulai punah. Tradisi musik
seruling bambi di Kerinci mirip dengan tradisi musik seruling di tanah Batak,
Sumatera Utara,”katanya.
Daya Tarik Wisata
Sementara itu, Wakil Gubernur Jambi,
Fachrori Umar pada kesempatan tersebut memberikan apresiasi terhadap
penyelenggaraan Festival Sike Rabana dan Seruling Bambu Kerinci tersebut.
Melalui festival seni dan musik tradisional tersebut, seni – budaya Kerinci dan
Sungaipenu yang terancam punah bisa digali dan dilestarikan kembali.
Menurut Fachrori Umar, budaya lokal
mempunyai peranan yang penting dalam memperkokoh seni dan tradisi suatu daerah.
Hal itu juga berlaku bagi Kabupaten Kerinci. Kekayaan seni dan tradisi di
Kerinci perlu dipertahankan dan dikembangkan agar identitas seni – budaya
Kerinci tidak hilang.
“Saya juga berharap seluruh kesenian
tradisional Kerinci dan Sungaipenuh bisa dilestarikan menjadi salah satu daya
tarik wisata ke Kerinci. Berbagai festival seni dan budaya yang digelar di Kerinci
selama ini menjadi daya tarik wisata. Pementasan seni budaya Kerinci dan
Sungaipenuh hendaknya digarap secara profesional agar benar- benar disukai
wisatawan,”katanya.
Fachrori Umar pada kesempatan itu juga
meminta para perantau asal Kerinci yang berada di mana saja, termasuk di negeri
jiran Malaysia agar tidak melupakan kampong halaman, seni – budaya dan sanak
saudara.
“Para perantau asal Kerinci kami
harapkan sering-seringlah pulang melihat kampung halaman dan sanak saudara.
Para perantau Kerinci juga jangan lupa membangun Kerinci,”katanya.
Banyak Berubah
Menurut Fachrori Umar, Kabupaten
Kerinci belakangan ini sudah banyak berubah. Pembangunan infrastruktur,
khususnya jalan semakin baik, termasuk jalan menuju tempat-tempat wisata.
Bandara Depati Parbo Kerinci juga kini sudah lebih bagus, semakin layak dan
aman didarati pesawat.
Namun demikian, lanjut Fachrori Umar
masih banyak ruas jalan di Kerinci yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan
kualitasnya. Misalnya ruas jalan Sanggaran Agung, Danau Kerinci menuju Kota
Sungaipenuh dan ke arah Kota Jambi sekitar 8,7 kilometer (Km). Kemudian ruas
jalan Jujun sepanjang 13,8 Km, jalan Lempur sekitar 22,5 Km, Kelok
Sago-Sanggaran Agung sekitar 21,2 Km.
“Perbaikan dan pembangunan ruas jalan
menuju objek-objek wisata Kerinci itu sudah mulai dilaksanakan dan anggarannya
sudah ada. Anggaran pembangunan jalan ke Lempur tahun ini sekitar Rp 14 miliar
dan anggaran dana pembangunan jalan Jujun – Kota Sungaipenuh sekitar Rp 27
miliar,"katanya. (PJN/RSM)
0 Komentar